[44] Terulang Kembali

140 16 25
                                    

Setelah apel pagi, trio A menuju kamar mereka. Menata buku dan beberapa alat tulis untuk mereka bawa ke kelas. Hari ini kelas akan diajar oleh ustadzah Rumi.

Sama seperti sekolah pada umumnya, pondok pesantren pun mempunyai jadwal piket kelas. Kebetulan, hari ini Nisa mendapat jadwal untuk piket kelas.

Merasa itu adalah tanggung jawabnya, Nisa mempercepat semua aktivitasnya dan berlari menuju kelasnya. Tak lama, sampailah ia di kelasnya.

Fina dan Adel berjalan dibelakang Nisa. Mereka mengobrol dan sesekali bersenda gurau mencairkan suasana.

Ketika Nisa akan mengambil sapu, salah satu temannya menepuk pundak Nisa.

"Nis, aku diberi amanah dari ustadzah Rumi untuk kamu. Katanya, kamu diminta menemui ustadzah dikantornya, sekarang." ujar Salwa, teman sekelas trio A.

"Oh, iya, makasih infonya."

"Fin, Del, aku ke kantor dulu ya, ada urusan bentar!" ucap Nisa seraya memandangi kedua sahabatnya.

"Kenapa Nis?" tanya Adel.

"Gak tau, dah ya, assalamualaikum!" pamit Nisa.

"Waalaikumsalam. Jadi ketua kelas ribet ya Del. Untung dulu aku gak mau jadi ketua." kata Fina sembari memutar badannya menghadap Adel.

"Iya. Kasian Nisa, pasti dia capek banget ngurusin kelas." sahut Adel.

Nisa berlari menuju kantor, nafasnya memburu dan keringatnya bercucuran. Tangannya mulai mengetuk pintu dan bibirnya mengucapkan salam.

"Assalamualaikum." ucap Nisa.

"Waalaikumsalam. Masuk aja Nis!" sahut seseorang dari dalam ruangan.

Ceklek.

"Afwan ustadzah, ustadzah Rumi manggil Nisa? Ada apa ustadzah?" tanya Nisa.

"Duduk dulu. Atur nafasnya, kayaknya kamu habis lari ya?"

"Na'am ustadzah."

"Kenapa lari Nis? Jalan biasa kan bisa."

"Nih, ini tugas dari ustadzah untuk hari ini, maaf ustadzah berhalangan hadir untuk mengajar. Saya masih ada beberapa urusan terkait ponpes. Ustadzah minta kamu jaga kelas ya, usahakan agar tetap kondusif. Setelah urusannya selesai, ustadzah akan ke kelas." ustadzah Rumi memberikan kertas berisi beberapa soal kepada Nisa.

"Na'am ustadzah. InshaAllah Nisa menjaga amanah ustadzah."

"Iya, ustadzah percaya sama kamu."

"Kalo gitu, Nisa pamit ustadzah, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

💚💚💚

Seorang pria yang tergolong masih muda memasuki ruang kelas. Jalannya tegap, dan sepertinya dia termasuk orang yang berwibawa.

Tangannya membawa beberapa buku dan punggungnya yang menopang tas berwarna hitam.

"Assalamualaikum!" ucap orang itu memasuki ruangan.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh ustadz." jawab seluruh santri.

"Ustadz Husein!!" celetuk Rizky, salah satu santri di kelas tersebut.

"Mulai hari ini, saya, ustadz Husein akan mengajar kalian selama satu tahun ke depan. For your information saya paling tidak suka dengan murid yang ngeyel apalagi nakal. So, kalian harus patuh dan taat kepada saya, bukan hanya kepada saya, kalian juga harus patuh dan taat kepada ustadz dan ustadzah yang ada di ponpes ini juga. Jika kalian ngeyel, ustadz tidak akan segan-segan untuk menghukum kalian. Kalian mengerti?"

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang