[41] Tempat Sampah

717 50 2
                                    

Hiruk pikuk suasana pesantren di pagi hari membuat seluruh penghuninya bersemangat untuk beraktivitas.

Tak terkecuali Adelia Nurul, si kalem dari trio A. Terbiasa untuk bangun pagi, ia langsung turun dari tempat tidurnya, dan segera mengambil sapu lidi untuk membersihkan halaman depan kamar.

"Loh loh. Tempat sampah yang biasanya ada disini, kemana ya, kok tiba-tiba ngilang, udah kayak doi aja." Adel celingak-celinguk mencari keberadaan tempat sampah khusus daun kering.

Merasa tak menemukan tempat sampah itu, Adel berniat menanyakan keberadaan tempat sampah di kamar tetangga.

Tok tok tok...

"ASSALAMUALAIKUM!" teriak Adel.

"ASS-"

"Waalaikumsalam. Kenapa sih pagi-pagi gini teriak-teriak?"

"Hehe, maaf Syila. Adel cuma mau nanya, itu tempat sampah yang biasanya disamping rak sandal kenapa ga ada ya?"

"Oh itu, rusak Del."

"Kok rusak? Perasaan kemaren masih adem aja tu tempat sampah."

"Kalo itu gatau aku Del. Udah ya, aku mau beresin tempat tidur. Assalamualaikum!" Ucap Syila lalu menutup pintu dengan suara kencang yang disengaja.

"Eh buset. Ga bisa nyelow si Syila. Ampun dah."

Karena tempat sampah yang hilang bak ditelan bumi, akhirnya Adel hanya mengumpulkan sampah itu dan meletakkannya disudut tembok.

Lalu, ia berjalan, menuju ke kamar, dan...

Brugh!

Tubuh Adel jatuh, saat seseorang menabraknya dari belakang.

"Innalillahi, ABAN!" Suara Adel benar-benar membuat telinga menjadi budeg untuk sementara waktu.

Aban yang mendengar teriakan Adel, spontan menutup kedua telinganya dengan tangannya.

"Aban gimana sih? Kalo jalan suka ga make mata!" Ketus Adel sambil membersihkan gamisnya yang terkena debu lantai.

"Maaf Del. Aban buru-buru." Aban yang masih ngos-ngosan, lari menjauhi Adel.

Adel yang kesal karena sudah dua kali Aban menabraknya, berinisiatif untuk melemparkan sandalnya sebagai pembalasan untuk Aban.

"Nih rasain!"

"Aduh duh, Adel kenapa sih? Kasar banget. Punggung Aban sakit tau!"

"BODOAMAT."

"Bener-bener nih ye, udah galak, kasar lagi, perfect banget dah."

"Ha? Apa kamu bilang? Perfect? Sini kamu! Aku lempar sandal lagi nih!" Adel melayangkan sandal satunya lagi untuk Aban, tapi sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"Aduh mampus, kena ustadz Musa. Astaghfirullahaladzim." Sontak Adel menjadi panik, bukannya Aban yang kena sandalnya, malah ustadz Musa yang kena.

"Adel!" Panggil ustadz Musa.

"Afwan ustadz, Adel ga sengaja."

"Hhh." Ustadz Musa menghembuskan nafasnya gusar.

"Kenapa sandal ini kamu lempar Del?" Ustadz Musa berusaha untuk tetap tenang dan sabar.

"An-anu ustadz, tadi mau dilemparin buat Aban," jawab Adel ragu.

"Kenapa dilemparin ke Aban?"

"Karena, Aban nyebelin ustadz, dia, dia udah nabrak Adel untuk kedua kalinya."

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang