[25] Pencak Silat

830 44 0
                                    

Maaf lama banget ga up. Hehe🌹
Happy reading 💚

----------------

Beberapa hari setelah kejadian yang menimpa Nisa, Azmi berubah menjadi sosok yang pendiam. Ia lebih banyak diam dan memilih untuk acuh terhadap segala hal.

Seperti pelajaran pagi ini misalnya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang, yang jelas ekspresi murung terlihat jelas di wajahnya.

Pikirannya sedang tidak fokus hari ini, karena itu, ia memilih untuk meminta izin kepada ustadz Muklis untuk meninggalkan kelas dengan dalih ia merasa tak enak badan.

"Afwan ustadz,"

"Iya Azmi, ada apa?"

"Badan Azmi meriang ustadz. Boleh gak kalo Azmi istirahat dikamar?" Ucapnya to the point.

"Hari ini aja ustadz." Azmi memohon.

Ustadz Muklis diam sejenak dan mengecek keadaan Azmi dengan memegang jidatnya.

"Kamu ga sakit kok mi."

"Tapi pusing banget ustadz. Boleh ya, hari ini aja ustadz. Azmi bener-bener pengen istirahat."

"Ya udah kalo emang kamu sakit, ustadz izinkan kamu untuk istirahat. Tapi janji harus istirahat beneran lo ya!"

"Iya ustadz. Siap. Kalo gitu Azmi permisi. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Azmi pun bergegas ke kamarnya yang letaknya tak begitu jauh dari kelasnya. Ia berjalan pelan dengan wajah yang masih murung.

Nisa. Sebenernya Nisa lah yang ia pikirkan sejak tadi. Dalam benaknya, ia ingin sekali menyapa Nisa dan menanyakan kabar terbarunya. Tapi apakah daya, ia sudah terlanjur kecewa dengan kenyataan yang ada.

Sesampainya di kamar, ia langsung merebahkan dirinya dan mencoba tidur. Untuk sejenak melupakan semua masalah ini.

💚💚💚

Pagi ini, Nisa tidak mengikuti kelasnya. Ya karena kakinya belum sepenuhnya sembuh. Jadi ia memilih untuk meliburkan diri selama 1 atau 2 hari kedepan.

Adel dan Fina sudah berangkat ke sekolah. Jadi Nisa sendirian di kamar. Merasakan kegabutan berkepanjangan, Nisa memilih untuk melakukan aktifitas yang masih bisa ia kerjakan. Seperti melipat pakaian misalnya.

Tok tok tok...

"Assalamualaikum. Nisa!" Panggil seseorang.

Mendengar itu, Nisa berusaha keluar kamar dan mengecek siapa yang datang sepagi ini.

"Waalaikumsalam." Balasnya dengan membuka pintu.

"Loh kak Hafidz."

"Iya Nis hehe. Maaf ya aku kepagian dateng kesini. Soalnya kan aku harus sekolah dulu."

"Iya gapapa kok kak. Kakak ngapain kesini?"

"Ini mau kasih kamu bubur ayam. Tadi aku beli deket ponpes. Buat kamu nih! Biar cepet sembuh!"

"MasyaAllah kak. Jadi ngerepotin nih."

"Ga ngerepotin kok. Ga sama sekali. Justru aku seneng bisa bawain kamu ini."

"Oalah iya. Makasih loh kak."

"Iya sama-sama. Kalo gitu, kakak langsung aja ya. Bentar lagi bel soalnya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

💚💚💚

Setelah adzan Ashar berkumandang dan shalat telah dilaksanakan, semua santri dan santriwati dibuat heboh, lantaran dikejutkan dengan kabar yang sangat menggembirakan bagi para santriwati.

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang