[22] Latihan Bersama Syubban

934 53 4
                                    

Setelah kegiatan belajar mengajar selesai, Azmi, Aban, dan Hafidz mempersiapkan diri untuk latihan bersama syubban hari ini.

Mereka akan latihan bersama menyanyikan lagu terbaru mereka yaitu Senandung Rindu.

Mereka bertiga kemudian berjalan dengan langkah cepat menuju tempat latihan sebelum adzan Ashar berkumandang.

"Assalamu'alaikum." Ucap ketiganya.

"Waalaikumsalam." Jawab semuanya.

"Ustadz Muklis belum dateng?" Tanya Aban.

"Belum ban. Mungkin sebentar lagi. Tunggu aja." Jawab kak Dimas.

Semua orang menunggu kedatangan ustadz Muklis dengan percakapan receh mereka. Tak sampai 15 menit, datanglah ustadz Muklis dengan beberapa lembar kertas ditangannya.

"Assalamu'alaikum. Untuk mempersingkat waktu, kita langsung saja latihan. Sebelumnya kita belajar nada dari liriknya dulu." Ujar ustadz Muklis.

"Waalaikumsalam. Baik ustadz." Jawab Azmi.

"Dimulai dari Azmi dulu. Karena nanti baris pertama dari lirik akan dibawakan Azmi. Sini mi!" Perintahnya.

Ustadz Muklis pun mengajari satu per satu nada dari setiap baris dengan begitu baiknya. Dengan sabar ia memperlihatkan bagaimana nada yang benar.

Dalam benaknya, ia bersyukur karena anak-anak Syubbanul Muslimin ini begitu semangat dan tergolong cepat faham dalam mengenal berbagai hal baru. Seperti belajar nada hari ini contohnya. Semua anak syubban cepat sekali faham dalam belajar nada kalo ini.

Sehingga tak memakan waktu yang lama, mereka sudah bisa nadanya. Tinggal memantapkan untuk menghafal liriknya saja.

💚💚💚

Keesokan harinya, Nisa berjalan cepat menuju kamar mandi karena ia kebelet. Ia berjalan sendirian tanpa Fina dan Adel disisinya.

Melihat ada satu kamar mandi akhwat yang kosong, Nisa segera masuk. Tak lama ia menghela nafas lega, karena rasa sakit di perutnya sedikit hilang.

Lalu ia beranjak pergi ke kelasnya. Tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.

"Safira! Apa apaan ini?!" Tanya Nisa berusaha menarik tangannya. Namun tak bisa, tangan Safira yang sedikit lebih besar darinya menarik tangannya dengan kuat dan secara paksa.

"Diem lu!"

"Lepasin fir!"

"Lo harus ikut gue!!" Tegas Safira.

"Fir! Lepasin! Sakit tau!!" Nisa masih berusaha untuk melepaskan tangannya.

"Lemah banget sih?!"

Safira membawa Nisa ke lantai paling atas pondok, yaitu lantai 3. Lantai yang jarang sekali dilewati para santri.

"Fir ngapain kesini? Kenapa kamu tarik tangan aku?"

"Ini sebagai akibat buat kamu, karena kamu udah berani buat deketin Azmi." Safira membuka salah satu ruangan kecil, yang penuh debu, dan terdapat banyak sekali barang tak terpakai disini. Ia memasukkan Nisa ke dalam ruangan itu, lalu menguncinya dan segera pergi menjauhi ruangan itu sebelum ada seseorang yang melihatnya.

"Gimana? Aman?" Tanya seorang Ikhwan.

"Tenang. Semua berjalan seperti rencana kita." Ucap Safira dengan entengnya.

"Tapi fir, sebenarnya aku takut jika harus meninggalkan dia sendirian. Apalagi di tempat seperti ini. Aku takut dia kenapa-kenapa."

"Huhhh!" Safira menghembuskan nafas berat. "Tenang aja, dia aman. Ga ada apa-apa disini. Toh kita cuma meninggalkan dia selama 2 jam saja. Itu ga akan lama." Jelasnya.

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang