[26] Kebenaran

815 51 2
                                    

💚💚💚

Sampai di dapur, ketiga santriwati itu disambut oleh ustadzah Rumi.

"Assalamualaikum ustadzah." Ucap ketiganya.

"Waalaikumsalam." Jawab ustadzah.

"Apa yang bisa kami bantu ustadzah?" Tanya Fina.

"Begini, ustadzah minta tolong sama kalian, pergi ke pasar dekat supermarket yang dipinggir jalan itu ya. Kalian belanja keperluan masak. Ini ustadzah udah buat daftar bahan-bahan yang harus kalian beli. Yang ini untuk bahan roti, yang ini untuk sayurnya, yang ini untuk buah-buahannya. Khusus untuk roti, udah ada berapa kg bahan yang harus dibeli." Ujarnya dengan menyodorkan beberapa lembar kertas.

"Baik ustadzah," kata Fina.

"Ini uangnya."

"Terimakasih ustadzah. Kami pergi dulu. Assalamualaikum." Pamit Fina mewakili Adel dan Nisa.

Ditugasi untuk pergi ke pasar, ketiganya bergegas pergi. Mereka berjalan ke arah pos satpam dan menunggu angkot datang.

Letak pasar dengan pondok sebenarnya tidak begitu jauh, tapi karena kaki Nisa yang masih sakit, jadi mereka memutuskan untuk naik angkot yang biasa mereka tumpangi saja.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab ketiganya, bersamaan dengan pak satpam pula, karena disitu juga ada pak satpam.

"Kalian mau kemana?" Tanya Hafidz.

"Mau ke pasar kak." Jawab Adel.

"Ngapain?"

"Beli cangkul nak Hafidz." Sahut pak satpam.

"Hah beli cangkul? Kok dipasar? Harusnya kan di toko bangunan. Bukannya kalo dipasar itu harusnya beli bahan makanan atau sayur gitu." Tegas Hafidz.

"Nah itu tau kalo pasar itu buat beli bahan makanan atau sayur, ya berarti kita mau beli bahan makanan dong. Ya kali beli cangkul!" Ketus Fina.

"Eh." Cengir Hafidz dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Kalo gitu mau gak aku temenin? Biar kalian aman, kan akhir akhir ini ada banyak kejadian kayak copet gitu kan. Nah itu bahaya. Gimana?" Tawar Hafidz.

"Gimana?" Tanya Fina kepada Adel dan Nisa.

Adel dan Nisa mengiyakan tawaran kak Hafidz dengan menganggukkan kepala.

"Oke. Aku cek angkotnya dulu, kalian duduk disini."

Tak selang beberapa lama, angkot pun datang. Mereka berempat berpamitan dengan pak satpam untuk pergi ke pasar.

💚💚💚

Azmi pergi menuju lapangan, yang letaknya didekat masjid, dimana lapangan itu adalah tempat lomba akan dilaksanakan.

Saat berjalan, sekilas ia melihat trio A sedang duduk di pos satpam. Azmi tau, pasti mereka bertiga mau keluar pondok.

1 menit, 2 menit, masih aman. Tak ada apa-apa. Tiba-tiba, Azmi melihat seorang laki-laki yang ia yakini itu adalah kak Hafidz.

Azmi memicingkan matanya, memastikan dugaannya benar. Dan benar, rupanya itu memang kak Hafidz.

"Mau ngelakuin apa lagi dia? Ck. Modus!" Batin Azmi.

Karena mata Azmi tak sanggup melihat Nisa akrab dengan Ikhwan lain, memutuskan untuk pergi dan kembali ke tujuan awalnya, ke lapangan.

💚💚💚

10 menit perjalanan, mereka berempat sampai di pasar. Hafidz sebagai seorang laki-laki, merasa bertanggung jawab untuk membayar angkot.

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang