[42] Hukuman

726 50 13
                                    

Happy Reading!! 🌹

"Del kita ngapain sih ke ruangannya ustadz Musa?"

"Ssstt! Diem deh."

Aban mengernyitkan dahinya bingung, ia berdiri dibelakang Adel yang hendak mengetuk pintu.

Tok tok tok...

"Assalamualaikum ustadz."

"Waalaikumsalam, ya masuk!"

Adel membuka pintu dan masuk ke ruangan ustadz Musa.

"Duduk!"

Aban dan Adel pun duduk didepan ustadz Musa.

"Afwan ustadz, ana kesini, ada apa ya? Ana berbuat salah ya?" Aban yang memang bingung dengan semua ini, memberanikan diri untuk bertanya pada ustadz Musa.

"Adel cerita sama saya, kamu udah nabrak Adel dua kali, apakah itu benar?" Ustadz Musa langsung to the point.

"Tidak ustadz, ana menabrak Adel hanya satu kali."

Mendengar jawaban Aban, Adel memelototi Aban.

"SATU KALI APA? ORANG UDAH DUA KALI. KAMU GA INGET?" Kesal Adel dan berdiri.

"Apa? Yang kemaren itu kan kamu yang nabrak aku, masa aku yang disalahin?"

"GA USTADZ, ABAN. ABAN YANG NABRAK SAYA!"

"Dih apa sih Del. Yang kemaren itu, kamu yang nabrak aku. Kenapa kamu salahin aku sih?"

"IH INI TUH SALAH KAMU ABAN! UDAH DEH. KAMU NGAKU AJA!"

"APA? KOK KAMU JADI NUDUH AKU GINI SIH? INI TUH SALAH KAMU. KAMU YANG NABRAK AKU!" Aban yang tak mau disalahin Adel, mencoba mencari pembelaan untuk dirinya.

"INI SALAH KAMU!"

"APA APAAN SIH DEL? KENAPA KAMU ITU NYALAHIN AKU UNTUK KESALAHAN KAMU SENDIRI?"

"AKU GA SALAH. KAMU TUH YANG SALAH. KAMU UDAH NABRAK AKU DUA KALI, DISENGAJA PULA."

"AKU GA SALAH. TITIK!"

"EKHEM!"

"DIAM!!" Teriak Aban dan Adel bersamaan.

"EKHEM!"

Aban dan Adel saling menatap.

"Kalian ini bisa diam tidak? Kalian kan sudah dewasa, jangan seperti anak kecil gini. Telinga saya sakit dengar ocehan kalian."

"A-afwan ustadz!" Ucap keduanya.

Ustadz Musa menghembuskan nafasnya gusar, sembari memegang dadanya dan mengucap istighfar.

Tingkah kedua santrinya ini benar-benar membuatnya geleng-geleng kepala.

"Aban ustadz mohon, ceritakan yang sebenarnya."

"Na'am ustadz. Kejadian pertama,  ana lagi jalan, tiba-tiba si Adel nabrak ana. Ana tanya, kenapa kok lari-lari gitu, si Adel jawab, katanya ada hantu gitu ustadz. Nah ternyata, yang dimaksud hantu itu si Nisa yang lagi pake selimut warna putih. Karena Adel orangnya penakut, jadi ya lari gitu. Tapi larinya ga pake mata, jadinya nabrak ana. Terus bukannya minta maaf sama ana karena udah nabrak, eh malah nyalahin ana balik. Marah-marah ga jelas!" Jelas Aban melemparkan tatapan sinisnya pada Adel.

"Adel, apa itu benar?"

"Eumm, i-iya ustadz." Jawab Adel menundukkan kepalanya.

"Berdasarkan penjelasan Aban dan pernyataan dari kamu, bahwa penjelasan Aban itu benar, maka ustadz simpulkan, kalo ini Adel yang salah. Adel yang nabrak Aban, bukan Aban yang nabrak Adel."

The Power of SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang