Area belakang istana itu tampak gelap dan sunyi. Hanya ada Lee Haechan yang setia menemanimu dan Na Jaemin di punggungnya.
Kamu menggigit bibirmu dalam diam. Berusaha mati-matian menahan rasa perih dari luka di lehermu; hadiah dari Lee Felix beberapa waktu lalu. Kamu nggak sampai hati untuk merengek kesakitan di depan Lee Haechan yang kini sudah kesulitan lantaran harus menggendong tubuh Jaemin.
"By, kamu masih kuat?" tanya Haechan.
Bukan tanpa alasan. Lelaki Lee itu menanyakan hal itu karena kamu sudah beberapa kali menghentikan langkah, bahkan nyaris terjatuh. Dan berkali-kali pula Lee Haechan harus ikut memperlambat langkahnya.
Kamu menoleh ke arah Haechan.
Mendapati sorot mata yang sarat akan kekhawatiran. Jelas ia tidak tega melihat dirimu yang semakin kepayahan.
Ingin rasanya sang Ksatria Lee melempar tubuh Na Jaemin dari punggungnya. Kemudian beralih membopongmu guna bergegas menuju tabib di istana. Tapi agaknya ia tahu bahwa kamu tidak akan mau meninggalkan sang Pangeran Kedua. Terlebih dengan kondisinya yang sekarang; nyaris meregang nyawa.
Maka kamu sedikit mengulas senyum dan mengangguk. Bertingkah seolah kamu baik-baik saja.
"Ugh!" Di detik yang sama, Na Jaemin terbatuk pelan.
Matamu membulat mendapati Na Jaemin mengeluarkan banyak darah dari mulutnya. Mengotori pakaian Lee Haechan, hingga jatuh menuju salju yang dipijaknya.
Kondisinya semakin memburuk.
"Echan, boleh ... aku minta tolong lagi?"
Lee Haechan terdiam. Tidak mengiyakan, tidak pula menolak. Ia hanya memperhatikan wajahmu yang kian memucat. Tengah menatap dirinya dengan penuh harap.
Haechan tahu pasti apa yang akan kamu pinta padanya.
"Bisa ... kamu tolong antarkan Nana lebih dulu?" tanyamu. "Kepalaku sedikit pening. Kurasa, aku harus beristirahat dulu. Tapi aku janji, aku akan segera menyusulmu."
Tepat seperti yang ia pikirkan.
"By..."
Kamu yang paham bahwa Haechan akan menolak, segera memotong perkataannya.
"Tolong, ya? Kali ini saja. Aku janji akan segera menyusul."
Mendengar ucapanmu itu, maka sang Ksatria Lee tidak bisa berkelit lagi.
Kamu memang titik lemahnya. Apa pun yang kamu katakan seakan menjadi hal wajib baginya. Tidak mampu ia bantah. Sekalipun hati kecilnya terus memberontak.
Sekalipun semua ini demi lelaki yang kamu cinta. Dan sayangnya, lelaki itu bukan lagi dirinya.
Bukan lagi Lee Haechan.
"Aku mengerti. Kalau kamu lama, aku akan segera kembali untuk menjemputmu."
Kamu tersenyum lemah. "Iya, terima kasih banyak, Echan."
Haechan pun membuang pandangannya ke depan. Tidak mampu melihat wajahmu. Pun ia segera berlari sekuat tenaga. Membawa pergi tubuh sang Pangeran Kedua yang masih lemas di punggungnya. Memenuhi tanggungjawab yang dengan tega kamu bebankan di kedua pundaknya.
Dan dalam kegelapan, tetesan air mata itu akhirnya jatuh juga.
Lee Haechan ... ternyata tidak sekuat kelihatannya, ya?
***
Drap! Drap! Drap!
Derap langkah yang begitu riuh terdengar dari koridor di depan kamar Hwang Yeji. Membuat sang Kakak menoleh ke jendela. Pun yang lebih muda kembali terjaga. Tidak lagi tertidur meski kondisi tubuhnya masih belum prima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...