Musim dingin mulai menarik dirinya. Membuat gumpalan salju yang menghiasi ranting pohon perlahan mencair. Tergantikan oleh kuncup bunga yang bermunculan; menunggu untuk bermekaran. Pertanda bahwa musim semi akhirnya telah datang.
Hari ini ... terhitung empat belas hari telah berlalu sejak Baginda Raja Lee Donghae menutup usia. Pada hari ini pula, Lee Jeno akan dinobatkan menjadi raja di negeri peninggalan ayahnya. Bersamaan dengan diresmikannya pernikahan Lee Jeno dengan tunangannya dari Kerajaan Barat; Putri Hwang Yeji.
Kamu menutup rapat pintu kamarmu dari luar.
Di saat yang sama, Park Jisung berjalan menghampiri dirimu. Dengan senyuman yang terpatri di wajah manisnya.
"Kakak mau ke mana? Ke pesta Kak Jeno, ya? Mau Jisung temani?"
Kamu menggelengkan kepalamu. Tangan kananmu menggapai pucuk kepala Jisung, meski kamu harus sedikit berjinjit untuk melakukannya. Lalu kamu mengusak lembut rambutnya.
"Kakak ada urusan. Jisung pergi sama Ayah aja. Tapi janji sama Kakak, jangan nakal di pesta, ya?"
Senyuman di wajah Jisung terganti dengan raut sedih. Tapi bocah tinggi itu akhirnya mengangguk; bersedia untuk mematuhi permintaanmu.
"Kakak pergi, ya?" izinmu.
Maka bocah Park itu sedikit meminggirkan dirinya; membiarkanmu meniti langkah menjauhi dirinya.
"Hati-hati ya, Kak! Kakak bisa cari Jisung kalau Kakak butuh teman!" teriaknya, sebelum kamu benar-benar menghilang dari pandangannya.
Kamu akhirnya tiba di luar kediamanmu. Berjalan pelan seraya melihat ke sekitar. Menyadari bahwa seluruh orang di Kerajaan Beannaithe ini terlihat sangat bersukacita menyambut datangnya hari ini. Ah, tak hanya warga Beannaithe, kamu juga dapat melihat wajah-wajah yang asing di sekitarmu. Sedang tersenyum penuh gembira.
Mungkin, mereka adalah perwakilan dari Kerajaan Barat.
Seluruh manusia itu berbondong-bondong menuju ballroom di bangunan utama istana. Hendak menghadiri pesta pernikahan raja dan ratu negeri Beannaithe. Yang dalam waktu singkat akan segera dilangsungkan.
Akan tetapi, mereka semua bukanlah fokus utamamu.
Kamu tetap melangkahkan kedua kakimu yang berlapiskan sepatu hak berwarna hitam. Menuju lorong bagian dalam istana. Yang tentunya sepi karena jauh dari hiruk pikuk keramaian.
Ya, kamu datang ke sana. Ke sebuah kamar yang dibatasi oleh pintu kayu yang mewah; dengan retakan besar di permukaannya. Hasil karya Lee Haechan tempo hari tatkala kamu bersama dengannya.
Helaan napas meluncur dari bibirmu.
Bicara tentang ksatria Lee itu ... kamu sama sekali belum melihatnya. Entah ia yang memilih menjauhimu, atau justru kamu yang bersembunyi lantaran rasa bersalahmu padanya.
Yang pasti, saat ini pun, kamu berharap Lee Haechan baik-baik saja.
"Nana, aku datang." Kamu berucap pelan.
Kamu memposisikan dirimu di samping ranjangnya. Duduk di kursi yang biasa. Lalu menatap sedih raga lelaki yang hingga saat ini selalu kamu suka.
Tanganmu beranjak menyentuh tangan Na Jaemin. Merasakan bagaimana jemari yang dulu bisa menggenggam tanganmu dengan erat dan hangat kini justru terasa kian ringkih. Lantaran sudah dua minggu lamanya hanya bisa terbaring tanpa bisa membuka matanya.
Lagi dan lagi, kamu kembali meneteskan air mata.
Ternyata, kamu memang tidak mampu menyelamatkan sang Pangeran Kedua dari nasib buruknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...