Kamu yakin betul itu adalah Pangeran Na Jaemin. Second Prince dari Kerajaan Beannaithe. Tokoh yang semalaman suntuk kamu tangisi kematiannya. Tokoh yang selalu merasakan kesedihan di sepanjang hidupnya.
Dan dia sekarang berdiri di sana.
.
.
.
Kamu baru menyadari semuanya...
.
.
.Situasi yang ada di hadapanmu terlihat seperti bagian awal dari novel yang kamu baca.
Kalau perkiraanmu benar, maka...
"Dia akan bertanding dengan Pangeran Mahkota, Lee Jeno."
Saat itu juga, Panglima kerajaan sekaligus ayahmu menyebutkan nama mereka berdua. "Pangeran Lee Jeno dan Pangeran Na Jaemin silakan maju!"
Matamu mengikuti pergerakan mereka berdua. Mereka yang awalnya berdiri berdampingan berjalan menuju arah yang berbeda. Hingga mereka berdiri berhadapan dengan jarak beberapa langkah.
Keduanya mengeratkan pegangan tangan mereka pada pedang kayu. Saling mengarahkan mata pedang itu satu sama lain.
Satu aba-aba dari ayahmu membuat keduanya saling menerjang. Membenturkan pedang masing-masing dan berusaha mencari cela untuk menyerang. Ketika dua pedang itu bertemu, Jaemin dan Jeno saling menahan dan mendorong pedangnya. Kedua mata mereka saling bertemu.
Jaemin melihat Jeno dengan penuh amarah.
Sementara Jeno hanya menatap Jaemin dengan dingin.
Kamu tahu, betapa bencinya Jaemin terhadap Jeno. Betapa irinya ia melihat semua orang yang menyanjung Jeno. Mengelukan statusnya sebagai Pangeran Mahkota, calon raja dari kerajaan ini. Layaknya Jeno adalah pusat dari lampu sorot yang sangat terang benderang.
Sementara Jaemin seolah berdiri tepat di belakang Jeno. Menjadikannya dikelilingi kegelapan. Jaemin yang hanya anak selir, selalu menerima cemooh dan hinaan. Membuatnya selalu menyesali hidupnya dan memupuk kebencian pada saudaranya, Lee Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasiKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...