Satu minggu telah berlalu sejak musim dingin datang. Kini, seluruh Kerajaan Beannaithe sudah tertutup sempurna oleh salju. Pun udara menjadi semakin dingin. Mengharuskan seluruh warga Beannaithe mengenakan pakaian hangatnya. Mencegah hawa dingin menyapa kulit mereka.
Kamu berjalan santai bersama tiga orang lelaki. Lee Jeno, Lee Haechan, dan Park Jisung.
Kalian bertiga berinisiatif menemani Jeno untuk berkeliling. Menghirup udara segar sekaligus membantu Jeno membiasakan diri untuk bergerak.
Haechan merangkul bahu Jisung. Sibuk bercanda dengan bocah tinggi itu. Hingga Haechan dengan gemas mengacak rambut hitam milik Jisung.
"Ah, jangan diberantakin! Nanti Jisung jelek kayak Kak Haechan!" keluh Jisung, menahan tangan Haechan agar tidak hinggap di kepalanya.
"Sembarangan!"
Sementara itu, Lee Jeno memposisikan dirinya tepat di sampingmu. Berjalan dengan perlahan, tapi tak lagi membutuhkan bantuan.
Jeno menggerakkan tangannya ke atas kepalamu, menyingkirkan salju yang hinggap di rambutmu. Hingga kamu menoleh padanya. Sedikit mendongak untuk menatap wajah tampannya.
"Maaf, ada salju," kata Jeno.
Kamu tertawa kecil. Mendapati Jeno yang terlihat kikuk dan gugup. Sampai wajahnya dihiasi semburat kemerahan.
"Iya, terima kasih, Jeno. Santai aja."
Ya. Kamu tidak lagi canggung dengannya. Sudah menganggap Lee Jeno sebagai seorang teman. Sama seperti hubunganmu dengan Lee Haechan.
Dari posisimu, kamu dapat mendengar suara langkah kaki yang menginjak salju. Berhenti tepat beberapa langkah di depanmu. Kamu menoleh ke depan, kemudian tertegun.
Mendapati sosok Na Jaemin di sana.
Berdiri tegap dengan membawa seikat bunga mawar putih di tangannya. Ingin menuju arah yang berlawanan denganmu. Mungkin ingin mengunjungi makam sang Bunda.
Na Jaemin menatap lekat ke arahmu dan Jeno. Netra jelaganya dengan jelas melihat bagaimana Jeno menyingkirkan salju dari kepalamu tadi. Menyaksikan bagaimana kalian berdua semakin dekat. Kontras dengan dirinya yang justru menjauh.
"Pangeran Na Jaemin!" sapa Jisung dengan semangat.
Na Jaemin hanya mengangguk singkat. Sadar bahwa Jisung hanyalah anak kecil yang tidak terlibat dalam masalah kalian.
Kamu sedikit menghindari tatapan Jaemin. Merasa sedikit tak enak hati. Tapi tiba-tiba kamu teringat pada jaket hitam yang kamu temukan tempo hari. Jaket yang kamu yakini sebagai milik Na Jaemin. Yang ia tinggalkan di atas rerumputan di tepi sungai.
"Na, apa kamu kehilangan jaketmu? Aku menemukan sebuah jaket hitam seminggu yang lalu. Sepertinya itu milikmu," katamu.
Na Jaemin hanya menatap lurus padamu, tidak memberikan jawaban. Membuatmu menggigit bibir bawahmu. Berusaha setengah mati melawan rasa gugup di hatimu.
"Jika memang itu milikmu, aku akan mengembalikannya. Tapi maaf, aku nggak membawanya sekarang. Apa kamu mau aku membawakannya ke bangunan utama istana?"
Jaemin tetap bungkam. Tidak berniat menjawab pertanyaanmu. Lelaki Na itu justru melangkahkan kaki. Berniat untuk pergi.
Park Jisung menolehkan kepalanya secara bergantian antara dirimu dan Na Jaemin. Merasakan bagaimana dinginnya atmosfer di antara kalian berdua. Yang jelas membuat Jisung kebingungan.
Tepat saat Na Jaemin bersisian dengan Lee Jeno, sang Pangeran Mahkota hanya bisa menunduk. Tidak berani menatap saudara tirinya, apalagi untuk menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...