"Park Hani isn't an option to me, she's my number one priority."
Usai mengatakannya, Na Jaemin langsung menarik tali pengatur kudanya dengan kuat. Membuat hewan berwarna cokelat yang ia tunggangi berlari kencang menuju gerbang istana. Menyusul Lee Haechan, Park Jisung, dan Lee Jeno yang sudah pergi beberapa saat lalu.
Sementara itu, Hwang Yeji masih terdiam di tempatnya. Kakinya terasa melemas. Gadis cantik itu bahkan jatuh terduduk di atas tanah. Menundukkan kepala dan menangis dalam kesunyian malam.
***
Tidak butuh waktu lama untuk Na Jaemin mengejar ketertinggalannya. Kudanya sudah berada tepat di samping kuda yang ditunggangi oleh Jeno.
Sang Pangeran Mahkota menolehkan kepala.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Jeno.
Na Jaemin melirik ke arah Jeno menggunakan ekor matanya. Lebih memilih untuk tetap fokus pada jalan di depannya.
"Nggak penting," kata Jaemin singkat.
Lelaki Na itu kemudian mempercepat laju kudanya. Berhasil mendahului Jeno. Tepat saat Jaemin nyaris menyalipnya, Jeno mendengar suara lirih dari Jaemin.
"Mencari Hani jauh lebih penting daripada mengurusnya..."
Jeno memperhatikan sosok saudara tirinya itu dalam diam. Ingatannya seakan terbawa ke beberapa waktu lalu. Tepat kita ia dan Na Jaemin terlibat dalam keributan kecil. Kala itu, sang Pangeran Kedua tertangkap basah mengantarkan Park Hani untuk pulang. Entah apa yang habis mereka berdua lakukan. Jeno tidak sempat bertanya dan sudah terlanjur ditelan emosi.
Kalimat yang terucap dari bibir Na Jaemin saat itu terasa bergema dalam otak Jeno. Mengusik hati nuraninya.
"Mulai sekarang, aku akan menyerah pada semuanya. Tapi tolong, jangan ambil Hani dariku."
Mungkin, saat itu, Lee Jeno bisa dengan mudah mengabaikan permintaan Na Jaemin. Toh keduanya bukanlah saudara yang saling mengasihi. Justru cenderung saling menghindari dan membenci.
Tapi sekarang, semuanya sudah berbeda.
Ibunya telah membunuh Bunda Yoona dengan sengaja. Mengambil satu-satunya keluarga yang Na Jaemin miliki di sisinya. Membuat lelaki Na itu menderita. Jaemin bahkan tidak mengetahui alasan sebenarnya di balik kematian sang Bunda.
Membuat Lee Jeno dihantui rasa bersalah.
Apa sebaiknya ia mengalah?
Apa dengan melakukannya, Jeno bisa menebus dosa-nya dan sang Ibunda?
"Kak Jeno!"
Teriakan Park Jisung itu berhasil menarik Jeno kembali pada realita. Menyadari bahwa ia dan kudanya sudah tertinggal sangat jauh dari tiga orang di depan sana.
"Iya!" Jeno pun segera menyusul tiga kuda itu. Berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran yang tadi sempat menguasai benaknya.
***
Kamu baru saja selesai mengobati luka memar di tubuhmu. Kedua tanganmu bergerak, mengambil secangkir teh yang tadi Renjun buatkan untukmu.
Hangat. Benar-benar kontras dengan udara di sekitarmu saat ini yang kelewat dingin. Terlebih, rumah ini tidak dilengkapi penghangat ruangan. Membuat angin malam yang dingin dapat leluasa memeluk kalian bertiga.
Huang Renjun masih duduk di lantai. Melihat ke arah gadis yang baru saja ia selamatkan. Kamu: Park Hani.
Dari sekali lihat saja, Renjun tahu bahwa kamu adalah gadis yang cukup "berada". Gaun tidur putih yang kamu kenakan saat ini terbuat dari sutra. Masih terlihat indah meski sekarang dikotori oleh beberapa noda dan debu. Pun kulitmu putih dan halus. Benar-benar khas gadis kerajaan yang seringkali Renjun lihat ketika ada perayaan besar di pusat kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...