Lee Jeno duduk di balik meja kerja sang Ayah. Dengan satu buah buku tebal di hadapannya. Buku tentang sejarah kerajaan Beannaithe. Lengkap dengan capaian serta kebijakan para raja terdahulu; leluhurnya dari garis keturunan sang Ayah.
Lelaki tampan itu tampak tenggelam dalam aktivitasnya.
Kedua iris sekelam jelaganya bergerak tenang. Mengikuti satu per satu kata yang tercetak pada buku di hadapannya. Menunjukkan tekadnya yang kuat untuk mempelajari seluk-beluk pemerintahan di kerajaan-nya.
Ya, benar. Lee Jeno akhirnya telah menetapkan pilihan. Bahwa ia akan memprioritaskan negeri ini. Akan mengemban tugas yang memang seharusnya ia taati. Dengan menaiki takhta yang memang sepatutnya ia miliki.
Dan Lee Jeno tak akan lagi peduli perihal hati.
Krek!
Tiba-tiba saja, sebuah retakan muncul di pigura yang berada di atas nakas. Tepat di samping Jeno. Membuat sang Pangeran Mahkota menoleh. Memperhatikan objek hiasan yang masih berdiri tegak di sana, sama sekali tidak tergerak dari posisinya.
Tangan Jeno bergerak menjangkaunya. Lalu memperhatikan pigura itu lebih dekat.
Pigura yang berisikan sang Ayah, Bunda Yoona, dan Na jaemin di dalamnya.
"Aneh..." lirihnya.
Di saat yang sama, gema suara langkah kaki terdengar dari luar ruangan. Bising. Agaknya orang itu sedikit tergesa. Hingga pintu ruang kerja Baginda Raja itu dibuka oleh seseorang. Seo Johnny.
"Pangeran Jeno, Baginda Raja telah tiada."
***
Kamu berjalan dengan bantuan Lee Haechan di sisimu. Menyusuri jalan bersalju untuk tiba kembali di kediamanmu.
Tapi langkahmu terhenti.
Entah ini hanya khayalanmu atau bukan, tapi kamu dapat mendengar suara dentingan logam secara samar. Nyaris tertutup oleh riuh badai salju yang sejak tadi masih menerjang dirimu dan Haechan.
"By? Ada apa?"
Kamu menoleh pada Haechan. Menatap lurus obsidiannya yang memandangmu kebingungan. Kamu terdiam selama beberapa saat. Larut dalam berbagai pertimbangan di otakmu.
Hingga kemudian, kamu memutus kontak mata di antara kalian.
"Maaf, Echan. Kamu pulanglah lebih dulu."
Tanpa aba-aba, kamu melepaskan diri dari Lee Haechan. Lalu berlari kembali ke arah sebaliknya. Berniat menyambangi sumber suara dentingan logam yang masih saja kamu dengar.
"By, berhenti! Terlalu berbahaya!" Haechan berujar kencang. "KAK HANI, KUMOHON DENGARKAN AKU!"
Alih-alih berhenti, kamu justru berlari sekuat tenagamu.
Hatimu kini bergemuruh; mungkin berhasil mengalahkan ramainya tumpahan salju. Kamu terlalu kalut. Kamu takut. Tidak mampu menepis berbagai prasangka buruk yang bersarang di kepalamu. Perihal suara peraduan besi yang hingga saat ini masih menyapa telingamu.
Apa yang sedang terjadi? Pertarungan?
Apa Nana baik-baik saja? Bagaimana jika dia terluka?
Bagaimana jika ... kamu tidak bisa menyelamatkan Nana?
"Akh!" Langkahmu yang kelewat tergesa menyebabkan dirimu tergelincir. Jatuh tersungkur dan membuat jaket milik Jaemin menghantam salju.
Tapi kamu segera bangkit, kembali mengambil jaket milik Jaemin dan melanjutkan langkahmu.
Kamu masih mengikuti sumber suara tadi. Meski entah mengapa, kini suaranya semakin samar. Menandakan pertarungan yang mungkin telah usai. Bukannya merasa tenang, batinmu justru semakin tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...