"Berhenti," suara lembut yang penuh dengan kharisma itu berhasil menghentikan titah Lee Jeno. Lalu kamu dapat melihat eksistensinya.
Hwang Yeji.
Gadis cantik itu berjalan dengan anggun ke hadapan Lee Jeno. Menciptakan suara hentakan antara high heels di kaki jenjangnya dan lantai marmer di ruangan megah itu. Hwang Yeji kemudian berhenti tatkala dirinya tiba di samping sang Kakak, yang sejak tadi masih saja berlutut di tempatnya.
"Berdirilah, Kakak, Felix, dan yang lainnya. Kalian tidak perlu menjatuhkan harga diri Kerajaan Barat di sini."
Perkataan Hwang Yeji membuat Lee Jeno menatapnya tajam. Pun Lee Haechan nyaris melangkah maju. Untungnya kamu sempat menahannya. Kamu takut Haechan akan memperkeruh suasana dengan segala emosinya.
"Tenanglah, Echan."
Suaramu itu berhasil membuat Yeji menoleh ke belakang--melihat ke arah dirimu dan Haechan. Menyadari eksistensi kalian berdua di sana. Selanjutnya, sang gadis Hwang kembali membuang muka dan menatap lurus pada tunangannya; Lee Jeno yang tengah duduk di singgasana.
"Apa yang kau lakukan, Yeji? Cepat pergi dari sini dan biarkan aku menyelesaikan semua ini." Hyunjin berkata pelan. Enggan beranjak dari posisi berlututnya.
Yeji bergeming di tempatnya. Mengabaikan perintah sang Kakak di sampingnya. Gadis cantik itu bersikeras menatap lurus Lee Jeno di depan sana; seolah menantang.
Satu yang harus kalian paham.
Hwang Yeji datang bukan untuk menelan kekalahan.
"Bagaimana kalau saya mengatakan bahwa permasalahan ini berawal dari Pangeran Na?"
Kamu membelalakkan mata tatkala mendengar pertanyaan yang dilontarkannya secara tiba-tiba. Pun Haechan di sampingmu terlihat sama bingungnya.
"Jangan bicara omong kosong, Putri." Jeno berkata tajam.
"Saya bicara yang sesungguhnya, Calon Yang Mulia," kata Yeji. Jelas sedikit mengejek Jeno dalam perkataannya. Membuat lelaki tampan itu menggertakkan giginya pelan.
Hwang Yeji kemudian menoleh pada sang Kakak.
"Kakak ingat, kemarin aku kembali dengan basah kuyup dan berakhir terserang demam?" tanya Yeji. Dijawab anggukan singkat oleh Hyunjin. "Itu semua ... terjadi karena Pangeran Na."
Suasana ruangan itu kembali hening. Membiarkan Hwang Yeji melanjutkan ceritanya.
"Seperti yang Anda tahu, Yang Mulia. Hubungan di antara kita berdua hanyalah sebatas pertunangan politik dua kerajaan. Kita terpaksa terikat, tanpa bisa sedikit pun mengelak. Dan saya ... satu-satunya yang ada di hati saya selama ini hanyalah Pangeran Na," jelas Yeji.
Penjelasannya itu membuatmu mengerutkan dahi. Jelas tidak memahami mengapa putri cantik dari Kerajaan Barat itu mengakui perasaannya di sini.
"Saya ... sangat menyukai Pangeran Na, sampai di titik dimana saya selalu mengekorinya selagi saya bisa. Saya bahkan dengan senang hati melepas posisi saya sebagai tunangan Anda apabila dia mau menerima saya, Yang Mulia."
Kamu merasakan tarikan napasmu semakin berat di setiap untaian kata Yeji. Menyadari bahwa gadis di depan sana itu sangatlah mencintai Nana; orang yang juga kamu cinta.
Tanpa sadar, kamu mencengkram tangan Haechan yang sejak tadi kamu genggam. Membuat lelaki itu sedikit menoleh dengan wajah khawatir. Pun yang bisa Haechan lakukan hanyalah mengelus pelan tanganmu dengan ibu jarinya, seolah menenangkanmu. Lalu Haechan kembali memusatkan atensinya pada Yeji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...