Kamu memapah Lee Jeno dengan hati-hati. Membiarkan sang Pangeran Mahkota melingkarkan lengannya di bahu mungilmu. Membimbing Jeno menuju kamar tidurnya.
"Agh..." Jeno meringis tertahan. Merasakan perih pada luka di dadanya. Efek terlalu banyak bergerak.
"Maaf, Anda mau istirahat dulu?"
"Nggak apa-apa. Lanjut saja," kata Jeno. Ia kembali melangkahkan kakinya. Memaksamu menuruti perkataannya.
Setibanya kalian di kamar sang Pangeran Mahkota, Jeno pun dengan sukarela melepaskan rangkulannya dari bahumu. Ia bersandar pada dinding di belakangnya. Membuatnya berdiri di depanmu.
Kamu dapat melihat wajah tampannya. Dengan jejak air mata yang mulai mengering di pipi putihnya. Pun hidung bangirnya memerah. Menunjukkan bahwa Jeno baru saja menyudahi tangisannya.
"Terima kasih sudah mengantarku, Hani." Jeno berkata pelan dengan suaranya yang bergetar.
"Nggak masalah. Anda bisa memanggilku jika butuh bantuan. Aku akan menolong sebisaku, Pangeran."
Lee Jeno tersenyum lemah. Perkataanmu berhasil menyentuh hatinya. Membuat perasaan hangat menjalari dadanya. Memberikan rasa nyaman di tengah kesedihannya.
"Sekarang lebih baik Anda beristirahat. Aku pamit," katamu.
Kamu menjejakkan kakimu untuk meninggalkan sang Pangeran Mahkota. Tapi tangannya tiba-tiba saja bertengger di lenganmu. Sedikit menahanmu.
"Aku ... benar-benar minta maaf atas perbuatan ibuku."
"Bukan salah Anda, jadi Anda nggak perlu merasa bersalah."
Lee Jeno menundukkan kepalanya. Memandangi kakinya yang dilapisi sepatu hitam. Tak sampai hati memandangi wajahmu.
"Harusnya ... waktu itu aku membiarkanmu melaporkan Ibu pada ayahku."
Kamu tersenyum kecil. Mendapati Jeno yang mirip dengan Jisung apabila sedang meminta maaf padamu. Penuh ketakutan dan kekhawatiran. Benar-benar menunjukkam rasa sesalnya.
Kamu mengangkat tanganmu, lalu mengacak lembut surai hitamnya.
"It's okay. Nggak perlu disesali."
Pandangan Jeno kembali terangkat. Bertemu dengan mata kelammu. Membuatmu sadar akan apa yang sedang kamu lakukan. Kamu pun menarik tanganmu dari kepalanya. Takut Jeno merasa tersinggung atas tindakanmu.
"Maaf, aku nggak sengaja. Kebiasaan kalau lagi sama Jisung dan Echan." Kamu mencicit pelan. Disambut senyuman hangat dari Lee Jeno.
"Hani," panggil Jeno. Membuatnu bergumam kata 'ya' dengan pelan. "Boleh aku minta tolong sesuatu?"
Kamu mengangkat alismu. Bingung. Tapi kamu mengangguk singkat. "Silakan," jawabmu.
"Bisakah ... mulai saat ini kamu memanggilku dengan namaku?" tanya Jeno dengan lirih. "Aku ... ingin menjadi temanmu."
Kamu terdiam selama beberapa saat, membuat Jeno menatapmu gugup.
Kedua matamu memandang lurus pada wajahnya. Mendapati rasa sedih yang mendalam pada sosoknya. Membuatmu tidak tega apabila harus menolak permintaannya seperti dulu.
Ya, mungkin tidak ada salahnya.
Mungkin pula, Lee Jeno memang membutuhkan teman untuk mengobati luka di hatinya. Luka yang diciptakan oleh sang Ibunda.
"Iya, Jeno. Aku akan jadi temanmu."
Jawabanmu itu membuat Lee Jeno mengembangkan senyumnya.
"Terima kasih banyak, Hani."
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasiaKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...