Sang Pangeran Mahkota berjalan keluar dari kamar mandi di sudut kamar mewahnya. Mengeringkan rambut hitamnya yang basah dengan selembar handuk kecil. Lee Jeno baru saja membersihkan tubuhnya. Menghilangkan peluh yang membasahi tubuhnya karena baru menyelesaikan latihan pedangnya.
Jeno mendudukkan dirinya di pinggir ranjang. Masih mengusak pelan rambutnya yang meneteskan air.
Tanpa sengaja, ekor mata Lee Jeno melihat ke arah bingkai foto kecil yang tergeletak di nakas samping ranjangnya. Jeno mengambilnya, lalu mengamatinya dalam diam.
Ada Lee Jeno kecil, Raja Lee Donghae, juga Ratu Lee Jessica di sana. Tengah tersenyum ke arah lensa kamera seolah mereka adalah keluarga paling bahagia di dunia.
Jeno ingat, sewaktu foto ini diambil, ada Bunda Yoona dan Na Jaemin juga di studio foto itu. Menunggu giliran mereka untuk mengambil gambar dengan sang Ayah.
Waktu itu, Na Jaemin kecil nyaris menangis karena merasa iri pada Jeno. Karena Jaemin tahu, foto yang akan dipampang besar-besar di dinding istana hanyalah foto keluarga Jeno. Selaku keluarga resmi dari Kerajaan Beannaithe ini. Sementara itu, foto keluarga Jaemin hanya akan dipajang di kediaman Selir Na. Dengan bingkai biasa dan tidak akan ada yang melihatnya kecuali mereka sendiri. Ah, juga Raja tentunya jika Beliau berkunjung.
Semakin Jeno berpikir, Jeno semakin menyadari bahwa kehidupan Na Jaemin dan Bunda Yoona memang menyedihkan. Hidup dalam bayang-bayang keluarga kerajaan yang jelas menekan mereka berdua. Membenci keduanya meski mereka tidak melakukan apa-apa. Terutama Bunda Yoona, yang harus mengembuskan napas terakhirnya di tangan Lee Jessica.
Benar-benar malang.
"Maafkan Jeno, Bunda Yoona. Jeno nggak bisa menghentikan Ibu untuk menyakiti Bunda..." gumam Jeno seraya memejamkan matanya. Berharap Bunda Yoona di atas sana dapat mendengarnya.
Lelaki Lee itu meletakkan kembali foto keluarganya di atas nakas. Kemudian berjalan keluar kamarnya. Menuju lorong istana bagian dalam. Dimana terdapat ruang kerja dari ibunya. Ratu di Kerajaan Beannaithe, Lee Jessica.
Jeno butuh sang Ibu untuk menenangkan batinnya.
Tepat ketika tangan kanan Jeno nyaris menyentuh pegangan pintu, objek penghalang yang besar dan mewah itu sudah terdorong ke arah Jeno. Pertanda ada yang membukanya dari dalam.
Jeno mengangkat alisnya tatkala melihat sosok Hwang Hyunjin di hadapannya. Baru saja keluar dari ruang kerja Ratu.
Hyunjin menahan napasnya selama beberapa saat. Sedikit kaget.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jeno dengan mata memicing. Tidak suka.
Hwang Hyunjin tersenyum miring.
"Kenapa Anda selalu menanyakannya pada saya? Baginda Ratu lah yang memanggil saya, jadi tanyakan saja padanya. Saya pamit."
Usai mengatakannya, Hwang Hyunjin melangkah pergi. Menyisakan Lee Jeno yang menatap kesal pada punggungnya. Melihat bagaimana Pangeran Hwang itu berjalan dengan ponggah di istana Beannaithe.
Lee Jeno kemudian memasuki ruangan sang Ibu. Mendapati respons terkejut dari Jessica. Tidak menyangka bahwa dirinya akan dikunjungi oleh putra sematawayangnya. Tepat setelah kepergian Hwang Hyunjin.
"Jeno? Ada perlu apa dengan ibu?"
Sang Pangeran Mahkota mengerutkan dahi. Menyadari bahwa Ratu Jessica terlihat panik saat ini.
"Tadi Ibu bicara apa dengan Pangeran Hwang Hyunjin?"
Lee Jessica tertawa dengan sedikit terpaksa. Mengibaskan tangannya ke kanan dan kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...