Kamu berlari keluar dari rumahmu. Untungnya, para ksatria kerajaan termasuk Jisung dan ayahmu masih sibuk berlatih pedang usai kepergian Jaemin dan Jeno. Jadi, mereka sama sekali tidak menyadari kehadiranmu di tepi lapangan.
Kamu dapat melihat bangunan istana megah yang berjarak beberapa meter dari bangunan rumahmu. Kamu ingat, bahwa kediaman panglima sekaligus lahan berlatih ksatria kerajaan memang berada di sayap kiri istana.
Saat melihat bangunan istana Beannaithe yang indah itu, matamu juga menangkap punggung seorang lelaki tegap yang berlari menuju area belakang istana. Itu Pangeran Mahkota, Lee Jeno. Kamu mengenalinya dari pakaian hitam serta postur tubuhnya.
Kamu pun bergegas menyusulnya.
Di tengah pelarianmu, kamu baru sadar kalau kamu tidak mengenakan alas kaki.
"Aw! Sialan, kakiku sakit!" Kamu meringis kesal. Kakimu sepertinya tergores permukaan tanah dan rerumputan, hingga kamu merasakan perih di sana. Tapi kamu tidak bisa berhenti. Masa depan Jaemin menjadi taruhanmu sekarang.
Kamu pun terus berlari hingga akhirnya menemukan sebuah lahan berumput di belakang istana.
Dapat kamu lihat pula kedua pemuda yang tengah berdiri berhadapan dan saling mengacungkan pedang. Lee Jeno dan Na Jaemin. Lagi-lagi kamu menyumpah serapah. Sialan. Ini karena tubuhmu yang lemah dan mungil, hingga kamu terlambat untuk mencegah mereka berkelahi.
Tepat seperti kisah di novel itu. Kamu dapat melihat bahwa Jaemin mengacungkan pedang yang berbahan logam. Sementara Jeno hanya membawa pedang kayu.
Kalau sampai Jeno terluka dan semua orang tahu bahwa Jaemin adalah pelakunya, habislah sudah.
"Tenang saja. Aku tidak akan melakukan tindakan bodoh dengan pedang ini. Karena yang akan kulakukan adalah membunuhmu!"
Kamu pun merajut langkah mendekati keduanya. Tidak peduli bahwa Na Jaemin sedang melangkah maju, hendak menerjang Lee Jeno.
"Hentikan!" teriakmu.
Kamu berdiri di antara mereka, memunggungi Jeno dan menghadap ke Jaemin, merentangkan tanganmu. Menghalangi Jeno dari serangan Jaemin. Kamu hanya bisa menutup matamu dan berharap kamu tidak mati.
Atau setidaknya, berharap apabila kamu mati, kamu bisa kembali ke duniamu yang sebenarnya.
Krash!
Kamu dapat mendengar suara sesuatu yang terkena tebasan. Kamu menunggu rasa sakit sembari tetap memejamkan matamu erat. Sialan, bagaimanapun kamu berpikir, kamu tetap takut mati!
Tapi anehnya, rasa sakit itu tak kunjung datang. Kamu pun memberanikan diri membuka mata. Dapat kamu lihat sebilah pedang berada di sisi kiri lehermu. Nyaris membuat kepalamu terpisah dari badanmu. Pun kamu dapat melihat ekspresi kaget dari Na Jaemin di hadapanmu. Tapi dia masih membatu di tempatnya. Sepertinya ia juga sama shoknya dengan dirimu.
Jantungmu masih berdebar kencang. Betismu pun seakan kehilangan tenaganya dan kamu jatuh terduduk. Kamu selamat dari kematian.
Tapi ketika duduk, kamu merasakan sebuah cairan menetes menuju gaun tidur putihmu. Merah. Itu darah.
Saat kamu mendongak, kamu dapat melihat bahwa ada satu tangan yang menahan pedang logam milik Jaemin.Itu tangan Lee Jeno.
Dia yang menyelamatkanmu dari kematian.
Saat itu juga, Jaemin melemparkan pedangnya ke arah lain. Jaemin pun mengambil langkah mundur.
Sementara itu, Jeno justru berlutut di sampingmu. Kamu dapat melihat wajahnya yang pucat, juga terlihat penuh kekhawatiran. Wajahnya begitu dekat denganmu. Kamu bahkan menahan napasmu. Kamu baru menyadari bahwa Pangeran Mahkota setampan ini.
"Kamu baik-baik saja?" tanyanya.
Kamu hanya bisa menganggukkan kepala. Kamu dapat melihat Jeno menghela napas lega. Tapi kemudian kamu baru sadar bahwa Jeno adalah satu-satunya orang yang terluka. ini bisa bahaya. Baik untuk Jeno maupun Jaemin. Tanpa sadar, kamu menarik lengan Jeno yang tadi meneteskan darah.
Jeno terkesiap atas tindakanmu.
"Anda terluka, harus segera diobati agar tidak infeksi." Juga agar Jaemin tidak dihukum oleh Raja, lanjutmu dalam hati.
Kamu terus menatap luka menganga di telapak tangan Jeno. Membayangkan betapa sakitnya itu. Hingga kamu tidak menyadari bahwa Jeno mengembangkan senyum tipisnya. Jeno melihatmu dari ujung kepala hingga kaki. Kemudian ia sadar kamu tidak mengenakan alas kaki. Membuat kedua kakimu tergores dan mengeluarkan sedikit darah.
Tanpa kata, Jeno meletakkan tangannya di punggung dan lipatan lututmu. Ia menggendongmu. Sukses membuatmu secara refleks mengalungkan tanganmu pada lehernya. Takut jatuh.
"Pangeran, tangan Anda terluka! Anda tidak perlu menggendongku! Aku baik-baik saja!" Ujarmu dengan panik. Nyaris berteriak karena ya--kamu tidak pernah menyangka akan digendong olehnya.
Jeno membenarkan posisimu dalam gendongannya, membuat telapak tangannya tidak menyentuh lipatan lututmu. Bukannya sakit, ia hanya takut membuatmu tidak nyaman karena darahnya. Meski nyatanya gaun putih yang kamu kenakan sudah dihiasi oleh noda darahnya.
Dengan santai Jeno berkata, "Aku itu kuat, aku akan baik-baik saja. Kakimu lebih butuh diobati."
Kamu terhenyak. Menyadari betapa pekanya Pangeran Mahkota yang tengah membawamu.
Melihatmu terdiam di gendongannya, Jeno segera melangkahkan kakinya untuk meninggalkan tempat itu. Juga meninggalkan Jaemin yang menatap ke arah kalian dalam diam. Kamu menyembulkan kepalamu dari sisi bahu Jeno, hingga kamu dapat melihat eksistensi Jaemin yang membatu jauh di belakang sana.
Ada sorot mata bersalah di sana.
Jaemin tidak tahu bahwa kamu telah memaklumi tindakannya. Kamu yakin dia tidak sengaja melakukannya. Ia hanya terbawa oleh emosinya. Emosi pada hidupnya. Juga pada segala kesedihan yang mewarnai takdirnya. Dan sayangnya, Jeno adalah satu-satunya subjek yang dapat ia salahkan.
Kamu pun memberi senyuman lembut pada Pangeran Na Jaemin.
"Aku akan berusaha semampuku untuk melindungimu, Na..."
.
.
.
.
Bersambung...Tap the vote button if you like the story!
KAMU SEDANG MEMBACA
Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]
FantasyKamu menangis semalaman penuh karena tokoh kesayanganmu di novel berakhir menyedihkan. Na Jaemin namanya. Seorang Pangeran Kedua yang dieksekusi mati dengan hukum gantung di depan kerajaannya sendiri. Kamu terus bertanya, mengapa takdir begitu kejam...