7. The Crown Prince is Kinda Weird

3.5K 767 19
                                    

"Kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu ... menyukai Haechan?" tanya Jeno dengan nada kecewa.

Oh, shit.

Kamu meringis kecil. Merutuki timing yang sangat buruk ini. Bisa-bisanya kamu salah mengira Jeno sebagai Haechan si bocah tengil. Belum lagi, ekspresi Jeno di hadapanmu membuatmu bingung. Kenapa dia bertanya begitu dengan wajah kecewa? Apa dia marah? Kamu membuatnya murka?

Gawat! Kamu benar-benar takut akan dihukum gantung sekarang!

Kamu harus segera berkelit dan minta maaf!

"A-apa? Tidak, tentu saja tidak! Aku tidak menyukai Haechan. Pangeran sepertinya salah dengar tadi," jelasmu. "Aku juga minta maaf sudah menepis tangan Anda. Aku tidak sengaja..."

Jeno masih menatapmu penuh tuntutan.

Kamu menggaruk tengkukmu, pura-pura gatal. Kamu sebisa mungkin menghindari tatapannya. Dia benar-benar membuatmu tidak nyaman.

"Oh iya, ini pertama kalinya aku melihat Anda setelah hari itu. Apa tangan Anda sudah baikan?" tanyamu, berusaha mengubah topik pembicaraan.

Lee Jeno mengembuskan napasnya. Sepertinya dia menyerah untuk mendesakmu.

Jeno tiba-tiba mengangkat tangan kanannya, menunjukkannya padamu. Sudah tidak ada perban di sana. Bekas lukanya juga sudah samar.

"Iya, sudah sembuh. Makanya aku ada di sini. Aku ingin ikut latihan hari ini."

"Anda berangkat latihan sepagi ini?" tanyamu.

Padahal masih gelap, latihan pun setahumu baru akan dimulai pukul 8 nanti, lanjutmu dalam hati. Maklum, kamu selalu mengamati para ksatria yang berlatih di depan rumahmu. Jadi kamu mengetahui jadwal mereka.

"Aku berniat mengunjungimu dulu, tapi ternyata bertemu di sini."

"Begitu rupanya..." kamu merespons seadanya.

Kamu merasakan kecanggungan di antara kalian. Membuatmu yang biasanya banyak bicara jadi cuma bisa bungkam. Ini semua gara-gara Haechan! Kalau dia tidak membuatnu emosi, kamu tidak akan kelepasan bicara aneh-aneh di depan Jeno dan terjebak situasi mencekik ini.

Benar-benar deh anak itu!

"Kak Hani! Kak Jeno!"

Kamu dan Jeno serta merta menoleh ke sumber suara. Ada Park Jisung dan Lee Haechan di sana. Berjalan santai menuju kamu dan Jeno. Lebih tepatnya, menyusulmu.

Eh, tunggu. Apa tadi Jisung bilang?

Kak Jeno?

"Jisung, kamu nggak sopan!" ujarmu.

Kamu bahkan langsung menoleh ke segala arah, memastikan tidak ada orang lain di sekitar. Untungnya, kondisi di sekitarmu sepi. Mungkin karena hari masih terlalu pagi.

Jisung segera bersembunyi di balik punggung Haechan. Bocah itu bahkan merundukkan tubuhnya agar tertutupi secara sempurna oleh Lee Haechan.

Kamu baru saja ingin berjalan ke arah Jisung, ingin memberinya pelajaran. Tapi tangan Jeno menahanmu. Membuatmu tetap di hadapannya.

"Aku yang meminta Jisung memanggilku begitu. Jangan marahi dia," kata Jeno dengan kalem. Masih memegang tanganmu.

"Oh? Baik, Pangeran..." katamu pelan.

Kamu sedikit menarik tanganmu, memaksa Jeno melepaskan tangannya. Tapi sang Pangeran Mahkota enggan melakukannya. Kamu makin bingung dengan sikapnya yang aneh ini.

"Kamu juga bisa memanggilku Jeno kalau kamu mau."

"Tidak-tidak!" Penolakanmu yang terkesan spontan itu membuat Jeno menatapmu penuh tanya. "Itu tidak sopan, Pangeran..."

Bagaimana pun juga, Jeno adalah Pangeran Mahkota. Calon raja di negeri Beannaithe. Kamu tidak bisa seenak jidat menyebut namanya. Once the people in the Beannaithe Kingdom know that you call him by his name, lehermulah taruhannya!

Beda halnya dengan Jaemin. Tidak akan ada orang yang peduli dengan caramu memanggil Jaemin. Jangankan menghormatinya. Orang-orang di kerajaan bahkan sibuk merendahkan lelaki Na itu. Makanya kamu berani memanggilnya hanya dengan nama, meski sebenarnya kurang sopan juga.

"Pokoknya aku tidak bisa, Pangeran!" tegasmu.

"Kalau begitu aku tarik ucapanku tadi. Aku, Pangeran Mahkota di kerajaan ini, memerintahkanmu untuk memanggilku dengan namaku."

"A--- itu..."

"By, bukankah kamu harus segera pulang? Maidmu akan kebingungan kalau kamu tidak ada di kamarmu saat dia datang."

Good job, Echan!

Kamu segera melepaskan tangan Jeno dari tanganmu.

Kamu menoleh ke Haechan dan memberinya jempol secara diam-diam. Lelaki itu pun membalasnya.

"Echan benar, saya harus segera pulang agar Mina tidak khawatir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Echan benar, saya harus segera pulang agar Mina tidak khawatir. Aku pamit, Pangeran. Aku duluan, Jisung Echan!"

Kamu pun berjalan cepat menjauhi tiga pemuda itu. Kamu sudah tidak kuat berada di sana. Tatapan Jeno dan segala ucapannya membuatmu bingung setengah mati. Daripada kamu melakukan kesalahan, lebih baik kamu menghindari Pangeran Mahkota itu.

"Kakak! Jangan cepat-cepat, nanti jatuh!" teriak Jisung dari tempatnya.

Kamu balas berteriak mengiyakan, tapi tidak mengurangi kecepatanmu.

"Jisung menyusul Kakak ya, Kak Echan, Kak Jeno. Takut Kakak kenapa-kenapa," kata Jisung.

Lelaki Park itu segera berlari mengejarmu. Meninggalkan dua sosok kakak laki-lakinya. Tanpa tahu bahwa kedua lelaki Lee itu tengah dalam situasi sengit. Saling menatap dalam kesunyian pagi yang mulai terang.

Jeno merajut langkah mendekati salah satu ksatrianya itu. Kedua netranya menatap Haechan dengan tajam.

"Know your place, Chan."

"I did, Your Highness," jawab Haechan sembari membungkukkan badannya beberapa derajat ke depan.

Jeno pun berlalu dari hadapan Haechan. Membiarkan ksatria Lee itu sendirian di posisinya. Setelah yakin Jeno sudah menjauh, Haechan baru menegakkan tubuhnya.

Kedua matanya mengikuti punggung Jeno yang menjauh. Menatapnya lamat-lamat. Kemudian menghela napas panjang.
.
.
.
.
Bersambung...

Tap the vote button if you like the story!

Protect The Second Prince | Lee Jeno X You X Na Jaemin [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang