Malam ini, di salah satu rumah megah terdapat banyak manusia yang datang bersama pasangannya atau keluarganya, untuk menghadiri sebuah pesta yang diadakan oleh salah satu orang penting di kota itu, Krashinveens.
Terlihat banyak wartawan dan orang yang berlalu lalang di rumah itu, suara jebretan kamera dan perbincangan mereka, membuat keadaan kian ramai. Bahkan banyak anak anak yang berlarian kesana kemari, tanpa melihat sekitarnya.
"Akh!" suara bocah 7 tahun yang baru saja menabrak sesuatu di depannya.
"Ini pesta bukan taman bermain, nggak usah lari lari, di mana coba orang tuanya masa anaknya nggak di awasin." Ujar pemuda yang baru saja tertabrak, dia terlihat kesal dan menatap tajam pada bocah tersebut.
"Ma-maaf om, a-aku tidak sengaja." Sahut bocah itu yang terlihat ketakutan bahkan mungkin dia akan menangis sebentar lagi.
"Gue bukan om lo ya, nggak usah nangis, lo yang salah juga." Pemuda ini membuat bocah itu semakin ketakutan dan beberapa detik kemudian tangisnya benar benar pecah. "Hey ngapain lo pake nangis sih, gue ngak ngapa ngapain lo juga." Dia terlihat panik dan melihat kekanan kekiri dan tidak ada yang menyadari tangis bocah 7 tahun itu.
"Lo apain dia?" Tanya gadis yang baru saja menghampiri mereka dan berusaha menenangkan bocah itu. "Lo kalau nggak bisa jaga adiknya, ya nggak usah bikin nangis dia."
"Gue nggak ngapa ngapain dia, dan dia bukan adek gue. Lagian dia yang nabrak gue tadi, pas gue nasehati malah nangis."
"Kalau lo nggak ngapa ngapain, dia ga bakal nangis." Bantah gadis itu dan mengalihkan tatapannya pada bocah yang baru berhenti menangis. "Kamu kenapa menangis?" Tanyanya.
"O-om itu marah marah, a-aku takut." Jawab bocah itu polos. "Aku menabraknya dan sudah meminta maaf, tapi dia malah memarahiku."
"Gue nggak pernah marah sama lo ya, gue nasehati lo biar nggak lari lari lagi." Protes pemuda itu.
"Ck, sudah jelas lo yang salah, adek ayo kakak antarkan kamu ke orang tuamu." Ajak gadis itu meminggalkan pemuda yang masih kesal.
Terlihat dua orang yang sedang berebut sebuah puding yang memang tinggal satu di sana.
"Ini punya gue, gue yang lihat ini duluan." Ujar gadis itu sambil terus berusaha menarik piring puding itu.
"Enak aja, gue yang ambil dulu, siapa cepat dia dapat." Sang lawan tak mau kalah, dia terus menarik piringnya.
"Ngalah dong sama cewek."
"Nggak ada sejarahnya cowok selalu ngalah sama cewek, itu nggak berlaku buat gue."
Mereka berdua tetap tarik menarik piring berisi puding itu, dan tanpa sadar pudingnya terlempar saat aksi mereka semakin kuat menarik piring satu sama lain, membuat puding terjatuh tepat di kepala seseorang, keduanya menoleh dan melihat kemarahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ꮶrashinveens Family ✓
RandomCover by @eboyjkjeon ❛❛Bagaimana jika kedua belas manusia yang saling bertolak belakang itu di satukan dalam satu rumah, karena sebuah tradisi yang turun temurun? Akankah mereka mampu menangani semua masalah yang akan muncul nantinya?❜❜ Semua akan t...