Ꮶrashinveens || 27

356 51 4
                                    

Setelah menjelaskan semua pada sang kakek, Niel menyuruh tuan Bastian dan Aruna di minta pulang terlebih dahulu dan menjemput sekaligus menyelesaikan masalah di kantor polisi.

Di ruangan yang cukup luas itu hanya ada tiga orang saja, yaitu kembar dan kakeknya.

"Untuk kamu Niel ke ruangan kakek!" Perintah kakek dan berjalan dulu menuju ruangannya.

"Niel gue ikut juga ya?" Niel mengeleng menolak tawaran kembarannya itu.

"Lo pulang jaga yang lain, jangan sampai yang kayak gini terulang lagi."

"Niel maaf, gue salah udah iri sama lo selama ini."

"Nggak papa udah, lo balik sekarang." Usir Niel secara halus.

"Lo kapan balik ke rumah?"

Pertanyaan Kael membuat Niel tersenyum mendengarnya, rasanya Kael sudah menyadari semua kesalahannya.

"Nanti." Balas singkat Niel.

Setelah Kael keluar dari rumah ini, Niel menghela nafas panjang bersiap dengan segala resiko yang akan di berikan oleh kakek.

Dengan langkah tegas Niel berjalan menuju ruangan kakek, mengetuk pintu yang tertutup itu dan setelah mendapat jawaban dari dalam, Niel membuka dan terlihat kakeknya yang sudah berdiri di samping meja kerjanya dengan cambuk di tangan kanan.

"Kakek ijinin kamu keluar dari mansion Krashinveens dengan satu syarat tidak akan ada masalah yang terjadi di rumah itu." Ucap kakek.

"Tapi, apa ini? Kamu tidak menepati janjimu itu? Banyak masalah yang menimpa kita sekarang bahkan polisi dan media terlibat, sangat mempermalukan nama Krashinveens."

"Maaf." Hanya kata itu yang mampu terucap dari mulut cucu tertua Krashinveens itu.

"Seperti kesepakatan kita waktu itu, jika kamu melakukan kesalahan maka, kamu siap menerima hukuman."

Niel tidak bisa melawan karena memang itu adalah kesepakatan keduanya, dengam santai Niel membuka pakaian atasnya dan memperlihatkan tubuhnya yang bagus.

Kakeknya mulai mendekat dan mengarahkan cambuk tersebut kearah punggung Niel, mencambuknya tidak henti membuat Niel menahan rasa sakit di area punggung sekaligus menahan teriakannya agar tidak keluar sedikitpun.

Jorgas yang memang berada di mansion ini tidak sengaja melihat ruangan kakeknya yang sedikit terbuka, dia mendekatinya dan terkejut melihat Niel yang tergeletak di lantai dengan kakek yang masih mencambuknya.

Jorgas bisa merasakan rasa sakit yang di alami Niel, bagaimana tidak Niel sudah benar benar tidak bisa melakukan apa apa, dia tergeletak dan mungkin sebentar lagi kesadarannya menghilang.

"Bang Niel." Lirih Jorgas melihat kondisi kakak sepupunya itu.

Setelah di cambuk, kakek mengangkat tubuh lemah Niel agar berdiri, keadaaannya sudah sangat menyedihkan tapi, kakek masih belum puas, beliau kembali memukul Niel beberapa kali membuat Niel benar benar tidak sadarkan diri.

Jorgas yang melihat semua sudah tidak sanggup lagi dia menerobos masuk dan melihat kakak sepupunya itu penuh dengan luka cambuk dan juga pukulan, bahkan ada beberapa darah di tubuhnya itu.

"KAKEK APA APAAN DIH!?" Jorgas meneriaki kakeknya itu yang malah santai merapikan bajunya juga menyimpan kembali cambuk pada tempatnya.

"Karena memang dia nggak becus! Obatin dia, itu juga karenamu." Suruh kakek dan keluar dari ruangan itu meninggalkan kedua cucunya itu.

"Bang, bang Niel." Panggil Jorgas sambil menepuk pipinya berharap dapat menyadarkan kakaknya itu.

Benar saja, Niel mulai membuka matanya perlahan dan yang pertama dia lihat adalah Jorgas, adik sepupunya.

Ꮶrashinveens Family ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang