Bagian 9

816 44 1
                                    

Dengan berani Putra menyentuh tubuh Daniel, Daniel hanya terdiam tanpa menolak dan kemudian menarik tubuh Putra ke pelukannya, membuat lelaki itu tertegun dan terkejut.

"Lo ..." nafas Putra terasa sesak, ini pertama kalinya ia merasakam semuanya, setelah ia mengakui ada yang lain di dirinya yang berbeda.

"Kenapa lo melakukan ini? Lo gay ?" Tanya Putra berbisik dan terengah dan sedikit mengerang ketika tangan Daniel mengusap punggungnya.

"Gue ... biseksual !" Ucapnya terus terang, Putra merenggangkan tubuhnya dan menatap Daniel di antara guyuran air shower.

"Kenapa ?" Tanya Daniel, Putra melepas pelukan.

"Kita harus cepat, nanti ketinggalan makan malam !" Ujar Putra mengambil handuk yang tergantung miliknya, tadi sempat ingin mandi ketika tanpa di duga, sekamar dengan Daniel. Dan kemudian keluar kamar mandi, sementara Daniel memejamkan mata sambil menghela nafas dan kemudia mematikan shower melamgkah ke luar kamar mandi, tepat Putra berdiri di depannya menyerahkan handuknya.

"Terima kasih !" Ucapnya dan keluar sambil tetap telanjang dan mengeringkan tubuhnya termasuk Putra juga. Mereka berganti baju tanpa berkata apa pun. Ketika semua selesai mereka hendak keluar kamar tapi di tahan oleh Daniel.

"Gue ingin berteman dengan lo !" Ucapnya sambil menatap Putra yang bersender di dinding.

"Oke, baiklah !" Jawab Putra, Daniel tersenyum dan kini ke duanya menuju kantin.

Kantin Andra dan Daniel berbeda, itu di sengaja karena ada dua kegiatan yang berbeda, agar tidak saling mengganggu. Daniel menuju ke tempat teman-temannya, begitu pun Putra. Mereka makan malam dengan asyik.

"Oke, setelah ini kalian istirahat, besok saya akan menyeleksi untuk tim inti dan cadangan, gabungan senior dan junior !" Ucap pelatih basket. Semua mengangguk setuju.

Daniel kembali ke kamar, menolak berpesta di kamar kedua sahabatnya dan mereka memakluminya. Daniel tidak melihat Putra tapi sempat anak itu ke belakang dia pun menuju ke sana. Disana sepi dan agak gelap, ketika hendak pergi ada suara minta tolong dari gudang yang tidak jauh dari situ.

"Putra lo ngapain disini !" Setelah berhasil membuka pintu gudang, tapi Putra langsung memeluk Daniel dan menangis.

"Siapa yang telah melakukan ini sama lo ?" Tanyanya. Tapi Putra masih memeluk erat Daniel.

"Ya udah kita ke kamar yuk !" Bisiknya. Dan Putra pun merenggangkan pelukan sambil membuka kaca mata untuk mengusap air matanya.

Mereka pun kembali ke kamar dengan lift, ketika pintu lift terbuka ada kelompok Bima di sana, tanpa diduga Putra seperti bersembunyi di belakang Daniel, kedua saling bertatapan tajam. Kelompok Bima masuk ke dalam lift dan tertutup.

Kini Daniel dan Putra sudah masuk kamar, Daniel menarik tubuh Putra dan mendorong ke dinding. Pintu kamar sudah tertutup,

"Apa Bima pelakunya ?" Tanya Daniel, Putra terdiam dan mengangguk perlahan.

"Sudah berapa kali dia melakukan itu ?" Putra hanya memalingkan wajah, dan memeluk Daniel kembali, Daniel hanya menghela nafas.

"Apa yang telah dia lakukan !" Bisiknya. Putra hanya meneluk erat.

"Apa dia menyentuh mu !" Perlahan Daniel merenggangkan pelukannya, Putra menunduk.

"Kurang ajar, gue engga menyangka kalau dia seperti itu !" Ujarnya marah. Putra memeluk Daniel dan kembali menangis, Daniel membalas memeluknya.

---------------------

Malamnya Daniel menelpon Andra menanyakan bagaimana tentang MOS memang tidak lama karena besok dia harus bangun pagi. Daniel melirik Putra yang tertidur pulas di tempatnya karana double bed, bisa sih berdua tapi berdempetan.

Daniel menatap Putra, tubuhnya menggeliat dan memeluk tubuhnya, kini saling berhadapan. Tak lama Putra terbangun dia terkejut.

"Maaf" ucapnya ingin melepas pelukan tapi di tahan Daniel.

"Engga apa-apa, lo tidur aja !" Ujarnya dan melingkar di pinggang Putra, membuat wajah putra kembali memerah, mau tidak mau dia memeluk tubuh Daniel dan merasa hangat dan nyaman.

Keesokan harinya, Putra terbangun duluan dan melirik ke arah jam weker di meja menunjukan pukul enam pagi. Dia melirik Daniel yang masih tertidur, untuk beberapa saat dia terdiam dan menghela nafas. Dia menyadari terlalu lemah dan cengeng. Kemudian perlahan menyingkirkan tangan Daniel dari pinggangnya hendak ke kamar mandi. Tapi baru saja bangun tubuhnya sudah ditarik Daniel hingga jatuh kepelukan lelaki itu. Bahkan wajahnya sangat dekat.

"Mau kemana? Jam berapa ini ?" Tanya Daniel sambil menatap Putra di atasnya.

"Pukul enam, gue mau ke kamar mandi !" Ucapnya dengan muka merah. Kini pelukan Daniel melonggar dan Putra merasa bebas dan bangun menuju kamar mandi karena ada yang bangun di tubuhnya.

Daniel melirik ke arah jam dan menggeliatkan tubuhnya dan bangun juga kemudian ke kamar mandi tapi di kunci.

"Put, kok dikunci sih ! Gue mau buang air kecil nih !" Daniel sambil mengetuk pintu. Tak lama Putra keluar dengan muka basah sepertinya baru cuci muka.

"Tuh udah !" Dia memalingkan wajah dari Daniel setelah melihat ternyata lelaki itu bangun juga,

Daniel masuk ke kamar mandi, tak lama keluar sama habis cuci muka.

"Put, jadwal seleksinya jam berapa ?" Tanya Daniel sambil menggerakan tubuhnya olah raga ringan.

"Menurut jadwal pukul 10 pagi sampai selesai, makan pagi pukul delapan !" Jawab Putra yang termasuk staf tim basket yang tahu segala jadwal, dia dan temannya melakukan pekerjaan di tim yaitu memberikan minum, handuk dan juga mencatat skor pertandingan itu adalah tugasnya.

Daniel melakukan olah raga ringan lalu push up sebanyak 20 kali, dan meminta Putra duduk di kakinya untuk melakukan sit up.

"Kamu hitung ya !" Ujar Daniel. Putra hanya mengangguk. Dia pun menghitung ketika Daniel bangun wajah mereka menjadi dekat, keringat Daniel mulai muncul.

Putra menjadi grogi ketika beberapa kali wajah Daniel tepat di wajahnya apalagi dia tidak menggunakan kaca mata. Pada hitungan ke dua puluh, tanpa diduga bibir Daniel menempel tepat di bibirnya, tubuh Putra menegang dadanya berdebar keras. Putra merasakan hangatnya bibir Daniel, sementara tubuh Daniel pun sama dia tertegun ternyata bibir Putra lebih lembut dari perempuan yang sudah pernah ia cium.

Perlahan tapi pasti, bibir keduanya mulai bergerak dan kini saling berciuman. Kedua tangan Putra melingkar di leher Daniel sementara tangan Daniel di pinggang Putra. Tangan Daniel menarik pinggang Putra hingga merapat.

Untuk beberapa saat mereka berciuman, sebelum Putra tersadar dan melepas ciuman, nafasnya terengah sambil menatap sayu ke arah Daniel. Sementara Daniel pun nafasnya memburu.

"Niel !" Putra tertegun ketika bibir Daniel kembali melumatnya, padahal ia ingin menyudahi ciuman itu. Dia tak menolak bahkan membalasnya. Akhirnya setelah beberapa menit mereka melepas ciuman, kaki Putra melingkar di pinggang Daniel tubuh mereka menyatu.

"Udah ah !" Ucapnya pelan dengan nafas terengah. Daniel mengangguk dia memeluk Putra.

Setelah beberapa lama mereka bangun dan mandi, tapi tidak bersama, Daniel dahulu lalu kemudian Putra. Daniel sudah memakai pakaian basketnya dan mereka pun turun untuk sarapam pagi.

Bersambung ...

ANDRA & DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang