40.TAMENG PERLINDUNGAN

1.2K 54 0
                                    

Kubisa saja kembali kubisa saja bertahan tapi tuk apa jika tak dihargai

***


"SISKA!"

"SISKA!"

Zou yang tadinya sedang berada ditaman sekolah langsung bergegas kekelas mencari biang masalah dia dan Naya.
Sesampainya dikelas cowok itu langsung menghampiri Siska yang sedang berbincang asyik dengan Cindy.
Matanya nyalang tatapannya sinis seperti api ditengah jantung hutan yang siap membara.
Ternyata selama ini kesabarannya malah membuat teman-temannya menindas dirinya seenak jidat.

Brakk

Siska dan Cindy terlonjak kaget sampai memegangi permukaan dadanya.

"Ada apa Zou?"tanya Cindy berdiri.

"Maksud lo apa?"tanyanya menatap Siska mengabaikan Cindy begitu saja.

Siska menautkan alisnya bingung,"maksud apa?"

Zou melirik kondisi kelasnya yang ramai,jika dia berteriak artinya dia menggali lobang kuburnya sendiri.
Akhirnya dia mendekati Siska menjajarkan tingginya dan berbisik,"maksud story lo diIG apa?"tanyanya tandas.

Siska menjauhkan diri dari Zou dan sesegera mungkin menarik nafas dalam-dalam, gadis itu menatap Cindy meminta bantuan.
"Iseng aja,"jawabnya santai.

Zou menggebrak meja kedua kalinya,"iseng lo bilang? Lo mikir gak si akibatnya?"

"Gu--gue......maaf Zou."

"Tega lo ya ngelakuin itu,picik banget!"

"Gu--gue da--pe--t dariMora."

Seketika pandangan Zou meredup,"Mora?"

"Iya gue ngambil dari hpnya Mora."

Tidak habis pikir Zou dengan perempuan itu, kenapa jahat sekali.
Zou mengusap wajahnya,"hapus story lo,"ujarnya pelan

"Haa--pus? Nanti kan hilang sendiri."

"Mau lo atau gue yang hapus."

Siska langsung mengambil ponselnya yang hendak disentuh Zou diatas meja.

"Iya entar gue hapus."

***

Naya menopang dagunya seraya membuka lembar demi lembar buku yang tadi dia ambil dari rak buku disebelahnya.
Tepat dibelakangnya ada tumpukan kertas yang dibuang sembarangan,itu semua juga ulahnya.

"Udah istirahat?"tanyanya pada Diana yang baru masuk ke perpustakaan.

"Iya."

Diana memungut sampah kertas tadi dan langsung memasukkan kedalam tong sampah yang tersedia.

"Tumben lo nggak masuk kelas?"tanya Diana duduk didepannya.

"Males."

"Kalo males ngapain sekolah coba cuma bikin capek mending dirumah,"ujar Diana menatapnya tidak mengerti.

"Riri dimana?"

Belum sempat Diana menjawab pintu sudah terbuka terlebih dahulu dan menampakkan sosok Riri dengan rambutnya yang digerai.

"Hai,"sapanya langsung mendekati mereka berdua.

"Lo udah enggak marah Ri?"tanya Naya menegakkan kepalanya.

Riri tersenyum,"marah kenapa? Justru gue mau terimakasih sama lo berdua,"ucapnya tulus seraya memegang tangan kedua temannya.

"Lo udah sadar kalo Martin jahat kan,"seru Naya melihat cowok yang dia maksud dari jendela.

Alnaya ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang