Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing,so berhenti membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain karena kamu tidak tidak akan pernah menjadi seperti mereka dan sebaliknya
***
MUNGKIN jika orang yang tidak tahu akan mengira Naya memang benar sedang menunggu seseorang yang sejak tadi dia nanti.
Tapi siapa sangka gadis cantik ini tidaklah menunggu siapapun.
Sejak tadi yang dia lakukan hanya memainkan kakinya yang mulai pegal dan bermain ponsel sesekali untuk menghilangkan rasa bosan.Taman kota memang sudah khas tempatnya orang pacaran apalagi dimalam hari.
Kanan kiri depan belakang semua penuh dengan dua sejoli yang entah apa yang sedang dibicarakan tapi terlihat sangat asyik.Waktu kecil aku selalu liat orang gedek pacaran dan sekarang aku lihatin anak kecil pacaran,terus aku pacarannya kapan!
"Masih lama enggak siii Ra,"rengeknya sambil merengut.
"Bentar lagi Nay,"jawab Nara yang sejak tadi tidak henti celingukan.
Naya menghembuskan nafas malas,sudah hampir satu jam dia dan Nara berada disini tapi orang yang ditunggu Nara belum juga datang.
"Gue pulang aja ya,"ujarnya seraya memasukkan ponsel kedalam celana.
"Jangan Nay,"dengan cepat Nara duduk memegangi tangan Naya.
"Lo bilang sama mama tadi bentar ya Ra tapi sampe malem gini gebetan lo nggak dateng-dateng."
"Temen Nay,"koreksi Nara membenarkan ucapannya.
"Ya apalah itu,"Naya menggidikan bahunya.
"Dirumah itu lebih enak tau, rebahan sama nonton film apalagi kalo ada cemilan udah paling surgawi,tapi kalo ada yang ngajak chattingan lebih baik si,"ujarnya saat mengingat kesehariannya dirumah.
Walaupun terkesan anak nakal tapi Naya lebih sering dirumah mungkin dia pergi ke Sweet Home rumah Marcell atau dengan Riri dan Diana, selebihnya ya dirumah walau kadang memang bosan karena disuguhkan pemandangan mamanya dan Nara yang selalu mengabaikannya.
"Tapi kebanyakan orang ngira kalo lo itu gadis liar dan nggak bermoral Nay,"ucap Nara hati-hati karena dia pernah mendengarnya dari orang lain.
Naya menoleh dan tersenyum sendu,"orang memang gitu selalu berasumsi dari apa yang mereka lihat bukan apa yang mereka tahu,"jelasnya pelan.
"Kadang gue heran,apa enaknya si main keluar ngabisin uang dan jalan nggak jelas, menurut gue itu merugikan banget,pertama jelas merugikan keuangan yang kedua merugikan diri sendiri karena capek buat alasan yang belum pasti,"cecar Naya saat mengingat Mora dan gengnya.
"Kadang gue iri sama lo Nay,"ucap Nara saat Naya diam.
"Iri kenapa? Bukanya lo lebih baik dari gue!"
Nara menggeleng,"lo salah Nay kalo nganggep gitu, karena hidup lo jauh lebih baik dan menyenangkan dibanding sama gue yang hidup bagai disangkar emas,"ujar Nara tersenyum pilu.
Naya mengedipkan matanya beberapa kali merasa aneh dengan apa yang dia dengar.
"Tuhan itu adil nggak mungkin merencanakan sesuatu yang nggak baik buat hambanya,"Naya mengusap bahu Nara pelan.
"Sebenernya siapa si yang kita tunggu?"tanya Naya mengubah topik pembicaraan mereka.
Seketika Nara melotot seakan ingat sedang apa dia ditaman kota saat ini.
"Nanti juga lo tau kok,"jawabnya malu.
"Akhir-akhir ini lo berubah Ra, udah pinter bohong sama mama,"ujar Naya mengejek.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alnaya ✓
Fiksi Remaja[ SELESAI ] Alnaya Hanslay Ayuningtyas dan Annara Hanslay Sidharta mereka kembar tapi berbeda,bisa dikatakan sangat sulit untuk membedakan keduanya,tapi siapa sangka justru kasih sayang yang mereka dapatkanlah yang berbeda. Seingat Naya sejak dia mu...