29

239 50 14
                                    



>>°°°°°*°°°°°<<


"Yoon, bagaimana jika suatu saat nanti kita diharuskan untuk tidak saling menyapa dan menjauh. Di masa depan, aku hanya takut hubungan kita ini hancur begitu saja"

"Ck, kau ini berkata seperti itu seperti mau mati saja"

"Bagaimana jika semua itu terjadi"

"Maka malaikat maut yang akan menjemput mu harus berhadapan denganku dulu"

Tak

Sepertinya sekali Yoongi harus mendapatkan jitakan di kepalanya, semakin lama mengenal Yoongi semakin tidak wajar saja sikapnya selama ini. Sebenarnya Yoongi ini titisan iblis atau malaikat sih?
Atau mungkin saja Yoongi dulu lahir dari batu, sifat menyebalkan nya itu tidak bisa hilang meski hanya nol koma persen.

"Bodoh. Aku ini berbicara serius dengan mu, bocah. Kapan kau bisa serius sih, Min Yoongi?"

"Idiot, tentu saja aku sedang berbicara serius. Kau itu yang ngawur, tiba-tiba saja berbicara ngelantur dan tidak jelas seperti itu. Aku masih ingin menikah dan memiliki banyak anak. Jangan membicarakan kematian di hadapanku!"

Pria dengan penampilan kacau balau tersenyum tipis, tangan kanan nya tak berhenti menuangkan botol berisikan cairan panas berwarna bening ke dalam gelas berukuran kecil. Kenangan pertengkaran kecil nan manis itu menyambangi pikiran kacau nya. Dua tahun berlalu dengan cepat, begitu juga dengan perubahan Yoongi yang semakin hari semakin mengerikan. Penyesalan selalu saja datang terlambat, tidak peduli semenyesal apapun, semuanya tidak akan bisa kembali seperti semula. Andai saja, yang Yoongi lakukan sekarang hanya bisa berandai saja. Seluruh penyesalan yang saat ini Yoongi rasakan adalah buah dari hasil penghianatan dirinya di masa lalu.

Sendirian di tengah kekacauannya, Yoongi kembali menangis tanpa suara. Jika masih pantas untuk dikatakan, sesungguhnya Yoongi begitu merindukan Yerin. Setelah menangis tanpa suara, Yoongi menertawakan dirinya sambil menatap gelas kecil di depannya. Saat ini dirinya tidak di dampingi oleh siapapun. Dirinya datang sendirian ke kelab malam usai bertengkar hebat dengan Wendy.

"Seharusnya kau bunuh aku saja aku saat itu, Yerin. Seharusnya kau tidak membiarkan bajingan seperti ku ini hidup bebas. Apa karena kematian itu terlalu mudah untuk aku lalui, makanya kau memilih untuk meninggalkan ku lalu menghilang begitu saja?"

Tidak puas dengan satu tegukan, Yoon Gi beralih mengambil botol bening berukuran lumayan besar untuk dia minum isinya. Ini adalah botol ke lima yang berhasil Yoon Gi habiskan. Toleransinya terhadap alkohol memang mengagumkan. Saat akan memesan botol ke enam, sebuah suara berhasil mengalihkan atensinya. Wajahnya yang sudah berubah menjadi sangat kuyu dengan rona merah di kedua pipinya. Menandakan jika Yoon Gi sudah mencapai batasannya.

"Apa yang kau lakukan? Ayo pulang"

Itu suara Namjoon, sedangkan Yoon Gi terkekeh pelan lalu diikuti dengan suara batuk. Namjoon yang sudah sangat khawatir dengan keadaan Yoon Gi, segera mendekat dan memapah Yoon Gi yang hampir saja limbung. Bau alkohol yang menguar dari napas pelan Yoon Gi, membuat Namjoon mengernyitkan keningnya.

"Hyung, kau habis berapa botol?"

Yoon Gi tidak menjawab, dirinya berusaha melepaskan diri dari Namjoon. Mungkin karena efek alkohol yang sudah diminumnya, Yoon Gi bahkan tak sanggup untuk menyangga tubuhnya sendiri. Saat melepaskan diri, pandangan nya berputar dengan pening yang begitu menyiksa. Dengan sigap Namjoon kembali menangkap tubuh Yoon Gi yang limbung. Dirinya merasa kasihan serta tak tega melihat Yoon Gi menjadi sekacau ini.
Dua tahun belakangan ini, alkohol menjadi minuman yang harus dikonsumsi nya setiap saat. Kepergian Yerin yang begitu mendadak dan hilang bagai ditelan bumi, berhasil menyadarkan Yoon Gi. Yoon Gi seakan kehilangan separuh jiwa nya, meski Wendy masih bersamanya. Namun, tanpa Yoon Gi sadari hatinya sudah dilabuhkan sepenuhnya pada Yerin.

Moon Child ( COMPLETE ) | Tersedia versi E-book dan versi Cetak |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang