31

198 50 6
                                    

Satu-satunya hal yang saat ini Yerin inginkan adalah mencoba memahami isi pikirannya sendiri. Yerin merasa jika benda yang ada di dalam kepalanya ini memang harus dikeluarkan lalu dilakukan pencucian otak. Setelah satu jam yang lalu dirinya berdebat dengan Hoseok karena masalah keberangkatan nya ke Korea. Kali ini dirinya harus dihadapkan dengan situasi yang tak kalah menjengkelkan. Jam keberangkatan nya terancam dibatalkan karena masalah cuaca, secara tiba-tiba hujan mengguyur kota Tokyo hingga mengakibatkan pembatalan ke sejumlah penerbangan sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Heol!! Ini musim panas. Musim dimana matahari seharusnya bersinar terang, menyingkirkan awan-awan kelabu dan juga membuat langit bersih tanpa mendung. Bukan malah berpindah tugas dan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada hujan.

Hoseok datang lagi ke apartemennya lima menit yang lalu, menatap ke arah Yerin dengan pandangan mengejek. Sepertinya Hoseok merasa sangat bahagia dengan semua kesialan Yerin di hari ini.

"Sudah kubilang bukan? Menurutlah pada calon suami mu ini, hmm"

Yerin yang mendengar sendiri kalimat menggelikan itu tentu saja melempari Hoseok dengan bantal sofa.
Satu jam yang lalu dirinya memang memperjuangkan hak asasi nya atas tiket penerbangan yang dijadwalkan terbang hari ini pukul enam petang. Tapi, Hoseok dengan begitu percaya diri mengatakan jika tiketnya sudah hilang.

Tolong ditekankan sekali lagi.

H I L A N G.

Hilang atau dihilangkan Yerin sudah tidak peduli lagi dan langsung mengusir Hoseok dari apartemen nya. Mengatakan jika dia sudah tidak butuh Hoseok lagi, memutuskan hubungan dan menyuruh nya untuk tidak menemuinya lagi. Seharusnya memang seperti itu, sebelum akhirnya Yerin menelpon Hoseok kembali dan menangis tersedu-sedu.

"Sejak kapan kau menjadi pawang hujan, huh?"

"Aku? Pawang hujan? Kau ini bicara apa sih?"

"Ah molla" Yerin mengusak surai nya sendiri, merasa jika otaknya memang membutuhkan setelah ulang.

Hoseok yang melihat kegelisahan sang kekasih, mendekat. Memupus jarak dengan Yerin yang sekarang ini tengah berjongkok di lantai apartemen nya. Kelihatan sekali jika dia sedang merasa sangat kacau. Tapi, tentang masalah cuaca yang tiba-tiba saja berubah sungguh bukan ulahnya. Dia bukan gumiho ataupun dewa yang mengatur hujan atau parahnya pawang hujan seperti yang barusan Yerin bilang.

Hoseok memeluk Yerin yang masih menyembunyikan kepalanya diantara surai lebatnya. Hoseok sebenarnya tidak benar-benar menghilangkan tiket itu, hanya saja dia lebih tahu terlebih dahulu tentang cuaca yang berubah secara tiba-tiba. Ucapannya tidak akan didengarkan Yerin jika wanita itu tidak mengetahui dengan sendirinya. Jika mau pun, Hoseok bisa membuat Yerin berangkat saat itu juga tanpa harus menunggu membeli tiket. Hanya saja, keselamatan Yerin lebih penting dari apapun juga.

"Kau sudah tahu dulu ya?"

Yerin bergumam di dalam pelukan Hoseok, dia juga tidak ingin menghindar dari pelukan hangat Hoseok. Memang ini yang dia butuhkan dan selalu dia dapatkan tanpa meminta jika sudah bersama Hoseok.

"Masih ingin marah padaku?"

Yerin memukul pelan pundak Hoseok, jadi kesal sendiri karena Hoseok sengaja mengerjainya. Jika tau akhirnya akan seperti ini dirinya tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk marah-marah tidak jelas pada kekasihnya itu.

"Kita akan berangkat jika cuacanya benar-benar mendukung by. Mereka juga pasti akan memaklumi mu"

Hoseok melepaskan pelukannya, Yerin juga langsung memasang wajah cemberut. Masih belum puas berpelukan, masih ingin lebih lama. Mengabaikan wajah Yerin yang kembali mendung, Hoseok menuntun Yerin dan mengajaknya duduk di sofa. Niat awal sebenarnya Hoseok ingin memberi satu wejangan lagi sebelum akhirnya Yerin kembali memeluknya erat. Sepertinya sangat tahu jika Hoseok bersiap kembali menceramahi nya.

Moon Child ( COMPLETE ) | Tersedia versi E-book dan versi Cetak |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang