38

61 12 1
                                    

"Apa ini sakit?" lirih nya, meski Yerin tahu pertanyaan nya ini tak akan dijawab oleh Yoon Gi.

"Kau bilang kau akan baik-baik saja setelah kita berpisah, kau akan bahagia dengan pilihanmu. Ta-tapi... kenapa kau berbohong? Kenapa kau terluka seperti ini?"

Air mata Yerin tidak hentinya keluar, hatinya sakit luar biasa. Yerin kira dirinya tidak akan menangis atau merasa iba pada mantan suaminya ini. Namun saat melihat nya sendiri, desiran serta bayangan pada masa lalu memaksanya untuk kembali mengingat. Masa dimana dirinya dan Yoon Gi masih diliputi oleh kebahagiaan.

"Siapa yang harus bertanggung jawab atas semua ini Yoon? Ada apa dengan kebahagiaan?" Yerin meraih tangan Yoon Gi yang terbebas dari selang infus.
Menggenggam nya perlahan lalu meletakkannya pada pelukan.

"Aku sudah datang, harusnya kau menyambutku... Bukannya malah tidur, kau harusnya bangun... Bercanda denganku atau memelukku dengan erat... Aku... aku... aku merindukan pelukanmu.."

"Tidakkah kau tau Yoon, kau selalu saja menyusahkan ku. Kau selalu saja berhasil merusak semua tatanan kehidupan ku. Kau tidak membiarkan aku bahagia sebelum kau bahagia. Kau jahat, ayo bangun dan bertengkar denganku... Ayo bangun dasar pecundang..."

Lagi-lagi yang Yerin dengar hanya mesin pendeteksi jantung. Ocehan tak berguna nya tidak akan di dengar oleh Yoon Gi.

"Kau berhasil membuatku hancur untuk sekian kalinya" bisikan Yerin terdengar sangat lembut.

Hingga setelah nya hanya terdengar isakan yang keluar dari bibir Yerin dengan tangan yang masih menggenggam jemari Yoon Gi dalam pelukan. Perasaan yang selama ini Yerin kubur dalam-dalam perlahan mulai kembali muncul ke permukaan.

Terhitung satu jam Yerin terjebak di dalam ruangan dingin itu, saat keluarpun kedua maniknya tetap basah. Wajahnya menunjukkan jika dirinya tidak baik-baik saja. Hoseok mendekat, namun di dahului oleh seorang wanita paruh baya. Hoseok tidak yakin, tapi sepertinya itu adalah ibu dari Yerin. Tanpa diduga, Yerin menolak dengan segera saat wanita itu ingin menyentuh Yerin. Kedua manik kembarnya mencari keberadaan Hoseok yang ternyata tidak jauh dari jangkauan nya. Seperti bisa membaca pikiran Yerin, Hoseok segera mendekat.

"Bawa aku pergi dari sini"

"Yerin.... Yerin.... Yerin mama ingin berbicara denganmu... mama rindu nak... mama ingin memelukmu..." tangan renta itu berusaha meraih salah satu tangan Yerin.

Namun Yerin tidak bergeming dan memilih untuk tetap melangkah, menjauh dari wanita paruh baya itu, tanpa menoleh ke belakang.

"Yerin... tidakkah kau rindu pada mama mu?"

Kali ini suara pria paruh baya, sejenak Yerin menghentikan langkahnya namun tanpa menoleh ke belakang.

"Aku datang kemari karena Yoon Gi, bukan karena kalian semua"

Ucapan yang sekaligus membuat semua orang terhenyak, Hoseok menatap Yerin dari samping. Mencoba melihat bagaimana keadaan Yerin saat ini, wanita itu terlihat beberapa kali mengedipkan kedua maniknya.

"Ayo... kita pergi Hoseok"

"Yerin.... Yerin... dengarkan mama nak... Yerin jangan pergi..."

Yerin menarik tangan Hoseok dan segera melangkahkan kakinya dengan cepat bahkan terkesan ingin berlari. Sedangkan wanita yang disebut mama Yerin itu terlihat meraung memanggil nama Yerin, berulang kali memanggil dengan tubuh yang meronta karena ditahan.

"Yerin_ah... anakku.... maafkan mama..."

Gemaan suara itu semakin melemah seiring langkah Yerin dan Hoseok yang semakin jauh. Segera setelah keluar dari rumah sakit, keduanya menghentikan taksi dan mencari hotel terdekat dengan rumah sakit.

Moon Child ( COMPLETE ) | Tersedia versi E-book dan versi Cetak |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang