Untuk pertama kalinya dalam hidup, Hoseok sangat bersyukur mendapatkan rasa sakit. Menikmatinya meski sekujur tubuhnya terasa amat nyeri. Saat pertama kali Hoseok membuka maniknya, pemandangan pertama kali yang dapat dia lihat adalah wajah Yerin yang tertidur pulas. Berbantalkan selimut tebal Hoseok, dengan satu tangan masih berada di genggamannya. Ini sangat manis dan langka, mengingat jika Yerin sangat galak jika sudah berdekatan dengannya. Hoseok tersenyum dalam diam, dengan tangan kiri nya yang bebas Hoseok menyentuh pelan surai milik Yerin. Takut gerakan kecilnya mampu membuat Yerin terbangun.
"Kau benar-benar khawatir padaku? Kau bilang tidak peduli padaku?" Hoseok terkekeh pelan saat mengingat bagaimana ketusnya Yerin saat menjawab pertanyaannya kala itu.
Yerin bilang tidak akan peduli pada Hoseok, sekalipun Hoseok sakit. Namun nyatanya Yerin bahkan rela tidur dengan posisi duduk, punggungnya rela tak berselimut padahal suhu terasa dingin. Tokyo hari ini turun salju, salju pertama dan itu membuat suhu menjadi sangat dingin dari biasanya. Hoseok pasti akan mengutuk dirinya sendiri jika setelah ini Yerin demam karena menjaganya.
"Terimakasih. Kau sudah menjagaku dengan sangat baik"
Yerin yang menggeliat pelan sontak membuat Hoseok menarik tangannya. Namun tidak melunturkan senyum manisnya, saat dirinya melihat Yerin mengangkat kepalanya, dengan nada lembut Hoseok mencoba memulai percakapan.
"Sudah bangun?"
Entah karena nyawa yang belum terkumpul sempurna, Yerin memandang Hoseok dengan manik sayu khas bangun tidur. Bahkan saat Hoseok mengusap pelan surai lembutnya, Yerin tidak bereaksi sama sekali.
"Kau baik-baik saja?" Hoseok tentu saja berubah menjadi khawatir melihat reaksi Yerin yang bahkan hanya diam saat dirinya sentuh. Biasanya Yerin akan mengelak lalu memukul Hoseok dengan kasar, itu karena Yerin anti sentuhan. Hoseok juga menyentuh kening Yerin yang ternyata sedikit hangat. Mengetahui hal ini membuat Hoseok makin dilanda rasa bersalah. Yerin_nya demam dan itu karena dirinya.
"Kau sedikit demam"
"Aku akan membuatkanmu sarapan, kau harus minum obat. Jangan merepotkanku lagi" menghempaskan tangan Hoseok, Yerin berdiri dan pergi ke luar kamar.
Hoseok yang melihat kepergian Yerin hanya bisa diam dengan tatapan sedihnya. Meski sudah dua tahun bersama dengan Yerin, namun Hoseok sama sekali belum bisa membuat Yerin jatuh hati padanya. Yerin terkesan begitu dingin dan tak tersentuh. Ada dimana Hoseok begitu penasaran dengan kehidupan Yerin sebelum mengenal Hoseok. Namun jika Hoseok dengan lancang melakukan itu semua, maka kebencian Yerin terhadap nya akan semakin besar. Bukan perkara yang sulit bagi Hoseok untuk mengetahui masa lalu dari orang yang dia inginkan. Namun rasa penasaran itu harus dia pendam dalam-dalam.
Lima belas menit berlalu dalam keheningan, Yerin muncul dengan semangkuk bubur hangat dengan segelas air putih. Hoseok bisa melihat jika tatapan Yerin kali ini lebih lembut dari sebelumnya. Hoseok terus menatap kemana Yerin melangkah dan setiap kali Yerin bergerak. Keterdiaman Yerin menjadi hal yang paling menarik untuk dirinya tebak. Yerin memiliki banyak keistimewaan hingga bisa membuatnya rela kehilangan nyawa demi membuatnya bahagia.
"Makan!" Yerin memberikan semangkuk bubur hangat pada Hoseok, sepertinya enggan untuk menyuapi namun bukan Hoseok namanya jika tidak menyebalkan.
"Aku kan sakit" suaranya dibuat semenyedihkan mungkin.
"Punggung mu yang sakit, bukan tanganmu Hoseok!!" tegas Yerin, benar-benar enggan jika harus menyuapi Hoseok.
"Siapa yang membuatku seperti ini?"
"Bukan aku yang minta"
"Tapi aku sudah menyelamatkan mu?"
"Oh kau menyesal menyelamatkan ku? Kenapa tidak kau biarkan aku mati saja waktu itu?" Yerin merasa tersinggung dengan kalimat Hoseok yang terkesan memintanya untuk membalas budi, lagipula dirinya tidak minta diselamatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Child ( COMPLETE ) | Tersedia versi E-book dan versi Cetak |
Fiksi PenggemarSahabat, cinta dan takdir. Tiga hal penting yang berhasil membuat kehidupan Jung Yerin seperti setetes air di tengah lautan. Yerin dihadapkan oleh ketiganya, memaksa nya untuk segera memilih. Antara sahabat, cinta atau takdir yang sedang mencoba be...