Lagi.
Untuk kesekian kalinya Yerin harus kembali sendirian. Memberikan sensasi sunyi menyakitkan, biar bagaimanapun juga Yerin benci jika harus sendirian. Apapun yang dia lakukan, hanya melibatkan dirinya seorang.
Tidak ada Yoon Gi, tidak ada Jeno ataupun si kembar Min. Setelah menikah rasa rasanya kesunyian mendominasi lebih banyak. Kesibukan Yoon Gi yang semakin hari semakin menggila, meninggalkan dirinya yang kesepian tanpa teman.Aku akan kembali lembur
Brakk
Benda pipih berwarna hitam mengkilap itu berakhir mengenaskan. Yerin perlahan mulai membenci kalimat itu. Kalimat yang dulunya menjadi sebuah maklum namun kali ini berubah memuakkan. Yerin mulai membenci kata lembur, Yerin mulai membenci Yoon Gi yang begitu terobsesi pada pekerjaannya. Bagaimana bisa satu minggu penuh, tidak ada sedikitpun waktu untuknya. Hanya bekerja, bekerja dan bekerja.
Satu minggu ini Yoon Gi bahkan hanya pulang sekali. Selebihnya, pria itu lebih memilih untuk menginap di kantor. Apa Yoon Gi pikir, dirinya yang sekarang ini seorang lajang. Apa dia pikir Yerin tak cemas setengah mati setiap kali Yoon Gi menghilang tak ada kabar. Haruskah setiap saat Yerin yang harus menanyakan keberadaannya, tidakkah dirinya memiliki inisiatif untuk memberitahu terlebih dahulu keadaannya.
Yerin sesenggukan di pojok kamar, dirinya kesal. Benar benar kesal, hingga rasa rasanya ingin menghancurkan semua isi yang ada di apartemen. Ingin rasanya Yerin menjerit di depan Yoon Gi dan mengutarakan seluruh isi bebannya.NTapi sialnya, setiap kali melihat wajah lelah sang suami. Amarah itu melebur entah kemana. Berganti dengan rasa pilu tak beralasan dan berakhir membiarkan Yoon Gi istirahat tanpa sempat menanyakan ini itu.
"Yoon, aku membutuhkanmu. Haruskah aku kembali terpuruk seperti dulu? Haruskah aku sakit agar fokusku kembali padaku?"
Setelah puas menangis, Yerin berdiri mengambil ponselnya yang sempat terkena amukannya. Ternyata ada satu pesan, itu dari Jungkook. Yerin mengusap pelan bekas lelehan si liquid bening.
Kau sibuk tidak? Datanglah ke studio jika kau bosan hanya berada di apartemen
Yerin sempat tertegun untuk beberapa saat.
Ada desiran aneh saat membaca pesan dari Jungkook. Namun di detik berikutnya Yerin menggelengkan kepalanya pelan. Wajar saja jika Jungkook mengatakan hal itu. Beberapa waktu yang lalu dirinya memang kembali bertemu dengan Jungkook. Tanpa sadar dirinya mengeluh jika berada di apatemen sendirian terasa begitu membosankan. Yerin tersenyum tipis sebelum akhirnya membalas pesan dari Jungkook.Bolehkah?
Yerin membalas pesan Jungkook dengan penuh harapan jika hari ini dirinya tidak akan kesepian lagi.
Tentu saja, hey studio itu milik Yoon Gi hyung, tentu saja kau bisa kesana kapanpun kau mau
Mendapatkan balasan sesuai keinginan hatinya membuat Yerin tersenyum lebar. Ya, setidaknya hari ini dirinya punya pelarian untuk tidak lagi sendiri. Mengangguk sendiri di depan layar ponsel yang ujungnya sudah retak. Yerin segera berdiri, bersiap untuk menyambut setengah hari baiknya. Yerin benar benar berharap, berada disana bisa membuang rasa bosannya dan melupakan sejenak masalah yang tengah dihadapinya.
»°°°°°«
Jungkook, dia yang pertama kali menyambut kedatangan Yerin dengan begitu antusias. Mengambil alih dua kantong kresek dari tangan Yerin. Menyuruh dirinya duduk sedang dirinya sibuk dengan apa yang ada di tangan nya.
Ruang studio Yoon Gi cukup luas, ini bahkan terbilang lebih luas dari area kamar si kembar Min. Ada dua sofa panjang, tiga sofa mini, satu meja bundar dipojok ruangan. Di sampingnya ada sebuah lemari kecil tempat meletakkan berbagai camilan. Yerin mengalihkan pandangannya ke arah lain. Atensinya tertuju pada sebuah dapur kecil lengkap beserta isinya. Bahkan ada kulkas mini. Dua meter dari tempatnya duduk, ada sebuah ruangan yang dia yakini jika ruangan itu dikhususkan untuk Min Yoon Gi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon Child ( COMPLETE ) | Tersedia versi E-book dan versi Cetak |
Fiksi PenggemarSahabat, cinta dan takdir. Tiga hal penting yang berhasil membuat kehidupan Jung Yerin seperti setetes air di tengah lautan. Yerin dihadapkan oleh ketiganya, memaksa nya untuk segera memilih. Antara sahabat, cinta atau takdir yang sedang mencoba be...