8

482 82 26
                                    


»°°°°°*°°°°°«

Yerin termenung di kamarnya, menatap kosong ke arah dinding bercat biru muda. Tubuhnya tiba tiba saja lemas, jiwanya seakan akan baru saja terlepas dari raganya.
Yerin ingin menangis.
Sungguh.
Tak ada yang lebih menyakitkan dari apa yang baru saja dia dengar. Yerin berusaha mencerna ucapan yang terlontar tepatnya satu jam yang lalu. Saat Yerin panik luar biasa, saat Yoon Gi berpamitan untuk pulang, saat Yerin mendapati kenyataan yang harus dirinya terima. Yerin berharap satu jam sebelumnya lenyap dan tak pernah terjadi apa apa di waktu itu.

Perlahan, liquid bening luruh dari sudut maniknya. Yerin kembali menangis dalam diam.
Kamarnya tidak lagi berbentuk kamar. Semua barang berantakan, dalam kondisi kacau bahkan tanpa Yerin sadari pergelangan kakinya berdarah karena terluka. Serpihan kaca terlihat berserakan di lantai dengan jejak darah yang berasal dari kaki Yerin. Tapi Yerin tak merasakan apa-apa kecuali sakit di hatinya. Sakit luar biasanya, suara ketukan pintu berulang kali dari luar kamar Yerin abaikan begitu saja. Gadis yang saat ini terduduk di lantai dengan kondisi yang mengenaskan perlahan merebahkan kepalanya pada pinggiran ranjang besarnya.

Pening luar biasa menggerogoti kepalanya.
Tubuhnya dalam kondisi lemah saat ini. Maniknya terpejam bersamaaan dengan pintu kamar yang didobrak dari luar. Dengan kesadaran yang tersisa Yerin berucap pelan,"aku tidak bisa, Yoon Gi..... dia sahabatku..."

Saat kesadarannya menghilang hal terakhir yang dia ingat pekikan hebat dari ibu dan adiknya. Berganti dengan nafas memberat dan semua berganti menjadi gelap. Yerin lelah, dia terlelap secara perlahan.

Berbeda dengan Yoon Gi yang saat ini hanya bisa terdiam. Terlalu terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan ayahnya. Pria itu memundurkan beberapa langkah, tubuhnya terhuyung dengan tangan yang memegang kepalanya.

"Ayah sudah putuskan!"

"Tidak"

"Aku tidak menerima penolakan, Min Yoon Gi" suara tak terbantahkan sang ayah menggema di ruang keluarga.

"Ayah!" sentak Yoon Gi.

Ini pertama kalinya Yoon Gi berucap dengan nada tinggi seperti itu pada ayahnya. Selama ini Yoon Gi begitu menurut pada apapun yang diucapkan ayahnya. Tak pernah membantah, tak pernah mengecewakan ayahnya. Namun di hari ini, rasa hormat seakan akan lenyap dari diri Yoon Gi. Dirinya terlalu kalut dengan keputusan sang ayah.
Ini terlalu mendadak.
Yoon Gi bahkan tak yakin jika yang diucapkan oleh ayahnya itu adalah sebuah kenyataan.

"Minggu depan kalian akan melangsungkan pernikahan" final sang ayah.

P E R N I K A H A N.

DIA  DAN  JUGA  YERIN.

Minggu depan?

Omong kosong macam apa ini.

"Kenapa?"

Ayahnya yang semula berbalik dan melangkahkan kakinya terhenti saat Yoon Gi mulai kembali bersuara.

"Kenapa harus Yerin. Kenapa harus kami berdua. Kenapa kami harus terjebak dengan urusan bisnis ayah" teriak Yoon Gi.

Plakkk

Tamparan keras mendarat dengan sempurna di pipi kanan Yoon Gi. Saking kerasnya tubuh Yoon Gi sampai terhuyung. Nyonya Min yang mengetahui anaknya ditampar memekik dan berusaha memperingatkan suaminya agar tidak melewati batas.

"Ini semua untuk kebaikanmu"

"Kebaikanku atau kebaikan perusahaan?"

"Min Yoon Gi, jaga ucapanmu!"

Moon Child ( COMPLETE ) | Tersedia versi E-book dan versi Cetak |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang