19. Chaka

22 9 0
                                    

Sore ini, rencananya Zelo ingin menonton pertandingan final Tian, tapi dari tadi Tian memerintahkannya untuk tidak kemana-mana dan melakukan ini itu.

Kadang-kadang Tian bisa mirip Juna dalam keadaan tertentu menurut Zelo. Bisa menjadi posesif dan otoriter, tapi sepertinya Zelo sudah menjadi budak cintanya Tian. Sehingga ia tidak protes apapun.

Derrt deerrt~

Zelo saat ini memperhatikan layar handphonenya, ada apa Chaka menelfonnya tiba-tiba.

"Yaa Chaka?"

"Kamu dimana? Di asrama ga?"

"Iya, aku di asrama"

"Aku lagi di jalan menuju asrama,tungguin di kantin ya?"

Pip.

Meskipun sedikit bingung, Zelo menuruti Chaka. Tidak biasanya ia seperti ini. Kantin asrama sedikit sepi sore ini.

Dalam hati Zelo berharap semoga Tian pulang malam, ia tidak ingin di omeli.

Saat mengedarkan pandangannya, matanya bertemu dengan Chaka yang terlihat berantakan.

Chaka menghampirinya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Oh ayolah, Zelo tidak ingin partner cerianya ini mendapat masalah. Meskipun ia sering berisik memanggilnya dengan sebutan "istriku".

Zelo yang peka segera menghampiri Chaka dan membawa Chaka ke area lapangan futsal yang disana tidak ada siapa-siapa sore ini .

Chaka menurut dan masih menahan air matanya yang sudah di ujung pangkal matanya.

Zelo menuntun Chaka duduk di pinggir lapangan futsal asrama. Betul saja, beberapa detik Zelo menatap mata Chaka, pemuda berkulit putih bak perempuan itu menghambur ke pelukan Zelo.

Demi apapun, kenapa teman-temannya senang melakukan sentuhan fisik?, Zelo tidak ingin di cap perempuan murahan. Tapi rasa simpatinya memang lebih besar dari omongan orang-orang.

Lagi pula dengan ilmu yang bersinggungan dengan ilmu psikologi membuatnya lebih aware dengan kepekaan orang di sekitarnya.

Zelo menepuk pelan punggung Chaka yang saat ini bergetar. Ia bisa merasakan betapa hancurnya temannya satu ini.

Beberapa menit kemudian, Chaka melepas pelukannya. Mata dan hidungnya sudah merah.

"Tunggu bentar, jangan kemana-mana"

Chaka mengangguk patuh.

"Nih" Zelo memberikan Tissue dan air mineral pada Chaka yang pandangannya masih kosong.

Sekarang Zelo menepuk bahu pemuda di depannya ini. "Jadi, mau crita sekarang atau nanti?"

Chaka menghadap Zelo sekarang, sepertinya ia sudah cukup tenang.

"Skarang aja. Pertama maafin gue yang mungkin buat kamu kaget dan lancang begini"

Chaka sedikit mengubah sedikit cara berbicaranya pada Zelo pertanda bahwa sekarang ia benar-benar serius.

"Santai, gue ada buat dengerin seorang Chaka sekarang"

Perkataan Zelo membuat Chaka semakin tenang, dia tidak salah orang mencurahkan masalahnya.

"Jadii.... tadi pas gue dari kampus pulang lebih awal karena kepala gue rasanya pen pecah. Berharap sampai rumah gue bisa istirahat dan bisa beraktivitas lagi. Tapi lu tau apa yang gue liat dengan mata kepala gue sendiri?

Chaka mengehala napasnya berat, seolah ia akan mengatakan ketakutannya. Melihat itu Zelo menggenggam tangan Chaka untuk menguatkannya.

"Abang gue bercumbu sama pacarnya literally persis yang dilakuin suami istri di depan mata gue, di kamar gue, dan dengan santainya dia ngelanjutin itu padahal jelas-jelas gue udah nangkep basah mereka"

That Feeling |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang