36. The Reason

21 8 0
                                    

Senyum Ajun saat ini tidak henti-hentinya terukir. Sampai-sampai Zelo heran. Sedari tadi laki-laki yang tiba-tiba berstatus tunangannya itu sejak sebulan yang lalu terlihat tersenyum saja tanpa mengatakan apapun.

"Kenapa sih?"

Tunangannya itu hanya menggeleng pelan, namun senyumnya masih mengembang.

"Aku boleh pegang tangan kamu?"

Meskipun sudah bertunangan, Ajun sama sekali belum berani menyentuh Zelo tanpa permisi kecuali pelukannya di hari kelulusannya.

Zelo tersenyum dan mengangguk. Saat ini keduanya ada di kosan Zelo. Lebih tepatnya di lobby kosannya. Karna selain perempuan, laki-laki tidak di perbolehkan masuk ke dalam kamar.

Zelo memang masih memiliki trauma terhadap laki-laki. Bahkan saat ini sebenarnya ia belajar membiasakan diri pada sentuhan Ajun yang akan jadi suaminya kelak.

Ajun bergeser duduk di dekat Zelo dan menggenggam lembut tangannya.

"Aku cuman ga nyangka aja kalo crita kita bakal kayak gini" ucap Ajun sembari nenatap sumringah Zelo.

"Iya yah ehehehe" Zelo cengengesan.

"Aku boleh tanya apa aja?"-Ajun

"Boleh" jawab Zelo

"Jadi pada akhirnya kenapa kamu memilih aku? Padahal masih ada Juna, Jio dan Hanan yang lebih dulu dekat sama kamu selain Tian"

Mendengar pertanyaan Ajun membuat Zelo tersenyum dan membalas genggaman tangan Ajun dan memainkannya.

"Mmmm kamu mau dengerin?"

Ajun mengangguk.

"Sebenarnya aku gatau. Aku terlalu punya banyak alasan sampai aku tidak tau. Dari awal ketika bareng kamu, aku menjadi aku lagi. Selama ini aku ga sadar bahwa ternyata kamu yang selalu membawa aku pulang ke rumah"

"Dulu ketika aku jatuh cinta untuk pertama kalinya, saat itu juga aku kehilangan diriku. Aku jadi begitu bodoh, sering menyakiti diri sendiri, sering banget boongin diri sendiri padahal aku ga baik-baik aja, dan akhirnya semuanya tidak memiliki arti setelah apa yang udah aku laluin diam-diam dan sendirian"

"Kedua, aku semakin kehilangan diriku ketika aku jatuh di lubang yang sama. Kembali jatuh cinta diam-diam. Bahkan lebih parahnya, perasaan itu datang bersamaan dengan obsesi yang cukup parah sampai mental dan fisikku juga kembali semakin tidak baik-baik saja"

"Ketiga, ketika aku kehilangan sosok panutan cinta pertama dari seorang anak perempuan. Waktu itu kakek dan aku tanpa sempat mengisi rindu masing-masing pergi mendahului"

"Selanjutnya, untuk pertama kalinya aku merasa sangat di lindungi ketika aku ingin di jahati bahkan hampir dilecehkan yang buat aku ketakutan seperti orang gila"

Di sela ceritanya, Ajun semakin menggemgam dan sesekali melap air mata Zelo menceritakan itu.

"Bahkan waktu itu aku belum sempat berterima kasih ke kamu"

Ajun menggeleng dan tersenyum mendengar ucapan Zelo.

"Dan pada akhirnya aku kembali kehilangan, ketika aku sama sekali tidak mengenal dunia ini, kamu datang membawa kembali harapan dan impian di duniaku. Ketika semua orang mengganggap aku gila, kamu lebih gila membawa aku kembali kepada apa yang di sebut rumah dengan aku sebagaimana aku"

"Jadi, tidak ada alasan aku ga pilih kamu. Bahkan memang sebenarnya aku memang harus pilih kamu"

"Sampai aku merasa aku ga pantas buat kamu"

"Sssttt, aku gamau denger yang itu"- Potong Ajun.

Zelo tersenyum dan melanjutkan "aku tidak pernah memperhitungkan kamu sebelumnya, hingga pada akhirnya fakta menunjukkan bahwa tidak terhitung betapa berartinya kamu buat aku"

That Feeling |Completed|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang