Special: Kiara Part 1

245 34 5
                                    

Hari semakin berganti. Sudah lebih satu bulan kami tidak melihat academy. Yaa, pergi kesana juga akan percuma karena yang kami temui hanyalah reruntuhan dan puing-puing sisa pertarungan. Seluruh ruangan academy hancur menjadi bongkahan batu. Haaa, perang yang hanya beberapa jam itu menghancurkan academy kami. Setidaknya itu tidak menimbulkan korban jiwa. Yah, tidak. Tidak sepenuhnya benar, karena kami kehilangan Kiara dan Ryu yang sampai saat ini belum sadarkan diri.

"Menurutmu, kapan kita kembali ke academy?" Ujarku sembari memandang langit yang tampak cerah meski di ujung barat ada awan yang menggumpal hendak hujan.

"Are~ bukankah kau benci academy? Siapa yang dulu menangis saat diminta berangkat ke academy?" Yaoru mendelik jahil. Jika ini animasi, tentu saja perempatan imajiner sudah tercetak di pelipisku.

"Jangan mengungkit hal itu, bodoh!" Seruku kesal. Sementara Yaoru hanya terkekeh geli.

"Kau merindukan academy?" Tanya Yaoru sedikit serius.

"Aku benci mengakuinya. Tapi kurasa begitu. Aku rindu asrama kita. Aku rindu masakan di ruang makan. Aku rindu berlatih tarung dengan Master Zinan, walau latihan dengannya sangat menyiksa. Dan yeah, walau membosankan aku rasa aku rindu pelajaran sejarah tiga dunia." Jelasku.

"Dan sepertinya kau juga merindukan Yoshio." Goda Yaoru.

"Haaa?! Untuk apa aku merindukan orang yang kulihat setiap hari." Jawabku ogah-ogahan. Memang, selama ini Yoshio masih menetap di Istana Keiza, jadi bukankah aneh jika aku merindukannya?

"Hei ayolah. Aku hanya bercanda Yu-chan. Apa jangan-jangan kau..." Yaoru kembali menggodaku.

"Aku dan Yoshio tidak ada hubungan apa-apa, Yaoru." Ujarku jengah.

"Aku tidak bilang kau ada hubungan dengan Yoshio lho..." Senyuman jahil terukir di wajah Yaoru. Tentu saja dia sudah tahu apapun yang aku pikirkan. Mind Reader yang dimilikinya bahkan lebih tinggi dari Mama.

"Sadness Blact!" Ujarku pelan dan setelahnya, bayangan-bayangan menguar begitu saja menjerat Yaoru dan membawanya tergantung di udara.

Tubuh Yaoru sempurna terlilit dan sekarang tergantung dalam kondisi terbalik di ketinggian 3 meter. Semoga tak ada yang melihat 'pertengkaran' kami di taman ini.

"Yu-chan... Turunkan aku. Ini sudah kali keduanya kau menggantungku terbalik di ketinggian yang tidak wajar. Kenapa setiap membahas Yoshio kau selalu menggantungku?" Rengek Yaoru.

"Oi oi... Kau belum boleh menggunakan sihirmu, bodoh! Itu saja kau masih di kursi roda. Jangan buat Queen Hanami mengamuk Yuzuru. Dia bisa memenggalku karena aku yang bertugas menemanimu." Pekik Yaoru. Sungguh, mengerjainya adalah hal yang menyenangkan. Dulu, setiap kali mengerjai Yaoru pasti aku dan Kiara akan sakit perut tertawa karenanya. Ah iya.. Kiara...

Aku menurunkan Yaoru dan berhenti mempermainkannya. Dia menghembuskan napas lega setelah Shadow Power kembali aku non aktifkan.

"Kau kenapa? Kenapa mendadak sendu?" Yaoru bangkit menghampiri dan menatap manik dwi warna yang kini tidak bisa kembali seperti semula.

"Tanpa kujawab, pasti kau sudah tau. Jangan sembunyikan kekuatan itu lagi." Jawabku pelan.

"Aku tidak mau membaca pikiran orang sembarangan." Jawab Yaoru. Tentu saja aku tahu bahwa mind reader bukanlah kekuatan yang memerlukan aktivasi khusus karena aku juga memilikinya. Dia akan aktif sendiri saat seseorang memikirkan sesuatu. Memang kekuatan yang sangat berisik.

" Kau rindu pada Kiara,bukan? Ya.. aku juga. Tapi dia bukan milik dunia ini. Dan dia harus pergi." Jawab Yaoru tegas.

"Ya, aku tahu. Tapi semua kenangan itu, apa itu hanya..." Aku kehabisan kata. Tidak tahu harus berujar apa lagi.

KISEKI ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang