Hari baru, semangat baru. Ya.. memulai hari harus dengan semangat bukan? Aku melirik jam yang ada di nakas. Masih pukul 04.02. Asami masih terlelap di bawah balutan selimut violetnya. Okey, apa yang harus aku lakukan? Jika ke rooftop, nanti terlambat seperti kemarin. Huh! Sepertinya aku belajar dari masa lalu. Dan harus kerena masa lalu adalah guru terbaik.
"Sebaiknya, aku mandi dulu sebelum melakukan ide apapun yang terlintas di benakku." Gumamku.
Aku melangkah gontai menuju kamar mandi. Entah kenapa, perasaanku tidak enak untuk hari ini. Oh my lord, apalagi yang akan terjadi hari ini? Hnhh.. apapun itu, aku harap bukanlah hal yang merenggut nyawa seseorang.
Usai mandi dan berseragam lengkap--kecuali sepatu--aku mematut diri didepan cermin riasku. Dengan menghidupkan lampu utama, semua hal yang ada di kamar ini terlihat jelas. Hanya saja, sungguh disayangkan Asami tidak terganggu dengan teriknya sinar lampu utama. Sendiri juga.
"Okey, seragam rapi. Tas ada. Buku lengkap. Handphone dan earphone ada. Well tinggal berangkat." Ucapku sendiri.
"Tapi ini masih terlalu pagi." Ucapku pelan. Sekali lagi kulirik Asami. Tidurnya masih sama pulasnya dengan yang tadi. Alhasil, kuputuskan untuk duduk hati-hati di ranjangku, menjaga seragamku tidak kusut.
Aku menarik tas guna memastikan tidak ada buku penting yang aku tinggalkan. Tanganku meraih sebuah buku dengan sampul coklat tua. Huh! History. I hate it. Hari ini aku akan belajar sejarah tiga dunia. Sejarah itu membosankan dan menyakitkan, bagiku.
Dengan cepat aku memasukkan kembali buku sejarah ke dalam tas. Dari pada menatap buku tua itu lama-lama, bisa makin bosan aku saat belajar nantinya.
"Huh... bosan sekali. Apa aku harus membangunkan Asami? Tapi itu berarti aku mengganggu tidurnya. Duh, apa yang harus aku lakukan? Apa aku ke ruang makan saja? Staff di sana pasti sudah bangun." Gumamku sibuk dengan segala kemungkinan.
Tanpa pikir panjang lagi aku melangkah menuju ruang makan. Dari pada aku teleport, aku bisa kehabisan tenaga. Baru saja membuka pintu, dan... hampir saja aku menabrak seseorang.
"Yosh! Keizaki! Ohayou." Sapa Ryu yang berdiri di depan pintu kamarku. Ternyata aku membuka pintu saat dia sedang lewat.
"Nee, Hotaka-kun. Ohayou." Jawabku mengangkat sebelah tangan.
"Kau juga bangun sepagi ini? Aku tidak menyangkanya." Ujarnya sambil memakai hodie jaket yang dikenakannya.
"Kau mau kemana?" Tanyanya. Aku hanya mengangkat bahu. Tidak ingin bicara banyak pagi ini. Dan mungkin aku juga akan mengurungkan niat untuk pergi ke ruang makan.
"Bagaimana kalau kita pergi ke ruang makan?" Usul Ryu. Aku hanya diam.
"Ayolah." Pintanya
"Baiklah." Jawabku pasrah. Toh aku juga tidak punya banyak pilihan.
"Bagaimana kalau kita ambilkan sarapan untuk kelompok Airin." Usulnya lagi.
"Terserah." Jawabku singkat.
"Apa setiap hari kau bangun sepagi ini?" Tanya Ryu lagi. Dia benar-benar tidak peka. Aku sedang tidak ingin banyak bicara.
"Begitulah." Jawabku.
"Nee, Hotaka-kun, apa kau juga selalu bangun sepagi ini ?" Tanyaku akhirnya. Tidak enak juga rasanya jika dia terus yang bertanya.
"Tidak juga. Hanya sesekali aku bangun pukul empat. Biasanya setengah lima atau jam lima. Malam ini aku tidak bisa tidur nyenyak." Jelasnya. Wow! Dia berbeda sekali dengan es berjalan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Фентезі"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...