Hari yang cerah. Mentari tidak enggan tersenyum memandang Magic Fantasy. Langitpun biru sejauh mata memandang. Sekarang sudah memasuki awal musim semi. Beberapa tempat masih diselimuti salju membuat udara musim dingin belum hilang sepenuhnya. Aku dan kakak duduk bersandar di bawah pohon Afrin yang rindang di halaman belakang Istana. Berlindung dari terik mentari yang mencairkan salju.
" Tidak terasa ya... aku harus kembali ke academy tiga hari lagi. Liburanku hampir habis. Hnghh... berat sekali rasanya meninggalkan Istana ini..." ucap Kak Raiga menghela nafas panjang. Kami berdua duduk bersisian bersandar di bawah pohon Afrin yang rindang dan besar. Angin siang berhembus lembut memainkan anak rambut.
" Ya bagus dong! Berarti aku bebas dari kakak untuk beberapa bulan kedepan." Ucapku ringan dengan kedua tangan bersilang di belakang kepala sebagai bantalan sembari menyandarkan punggung di pohon Afrin yang kokoh itu. Aku duduk dengan mata terpejam. Walau kakak mengajakku bicara, aku tak ada niat sedikitpun untuk membuka mata.
Kemarin adalah hari terakhir dari sesi latihan beratku. Untuk empat hari--termasuk hari ini, Kak Raiga ingin mengahabiskan waktunya bermain denganku.. ah, aku tidak yakin itu. Palingan dia akan menghabiskan waktu dengan menjahiliku.
Ah... tenangnya dunia... sedari tadi aku memejamkan mata dan menikmati ketenangan ini. Ah... aroma ini, seperti rerumputan yang baru tersiram gerimis. Ah, mungkin mirip aroma hutan hujan.. ini wangi favoritku. Aroma ini membuatku tenang dan rileks. Namun itu tak bertahan lama, tiba-tiba... PLETAK!!
" Aduh! Ouch! Sakit tau!" Omelku sembari mengusap-usap dahiku. Apa salahku coba? Tiba-tiba saja Kak Raiga menjitak dahiku.
" Makanya, kalau ngomong disaring dong! Kau ini! Seenaknya saja kalau bicara! Bilang bebas dariku... memangnya aku ini apa? Lucifer? Penjahat? Monster?" Tanya Kak Raiga yang geram dengan ucapanku.
" Tapi... ya... aku benar'kan? Aku bisa bebas dari kakak selama enam bulan kedepan. Kakak'kan selalu memaksaku berlatih keras dari pagi sampai sore. Aku capek kak... Padahal selama ini aku juga latihan kok! Kakak saja yang tidak tahu. Kakak terlalu sibuk di academy, belajar ini belajar itu, latihan ini latihan itu. Tidak sedikitpun peduli padaku. Kakak bahkan mengabaikanku. Sekalian saja kakak tidak pulang lagi ke Istana ini." Jawabku santai, lantas berbaring seperti semula. Dan... PLETAKK!! Uh.. aku dijitak lagi.
" Ouch! Sakit kak!" aku membuka mata dan duduk bersila memandang manik safir yang sama denganku. Kedua tanganku mengusap-usap dahi yang baru saja dijitaknya. Lagi.
" Siapa bilang aku mengabaikanmu, hah?!" Tanyanya tanpa rasa bersalah telah menjitakku.
" Hunghh... Kakak lebih dari Lucifer, penjahat, apalagi Monster." Jawabku enteng sembari mengusap-usap dahiku yang memerah. Apa dia pikir ini nggak sakit? Lihat, bahkan dahiku sampai memerah karena ulah gilanya ini. Huh! Academy itu benar-benar sudah merubah Kak Raiga.
" Apa kau bilang?!" Tanya Kak Raiga kesal.
" Ah, tidak apa-apa." Jawabku pura-pura tidak tahu. Aku lupa dia seorang Mind Reader. Dia tahu apa yang aku pikirkan.
Kak Raiga mengambil ancang-ancang untuk menjitakku lagi. Apa-apaan ini? Kemarin-kemarin aku diburu dengan latihan, dan sekarang aku diburu dengan jitakan. Benar-benar kakak yang Lucifer. Tidak punya hati.
Aku tak mau tinggal diam. Mana mungkin aku membiarkan dahiku dijitak untuk ketiga kalinya. Dengan menggunakan teknik Teleportation, aku yang semula berada di samping kirinya berpindah ke samping kanannya. Berlindung sekaligus menghindari jitakan mautnya Kak Raiga. Hal hasil Kak Raiga hanya menjitak angin kosong. Hahaha... Untung dahiku selamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Fantasy"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...