CHAPTER 34: NEE, APAKAH TAKDIR MASIH MEMIHAKKU?

458 59 5
                                    

YUZURU POV

Susul menyusul aku mengirimkan sihir skala besar untuk menyerang Daidan, tapi seranganku hanya berdampak kecil padanya. Kuakui, seranganku berhasil membuat Daidan terkesiap tapi itu hanyalah serangan kejut. Sekarang dia jauh lebih siap. Aku mengumpulkan sihir api di tangan kananku dan mengayunkan tangan kiriku membentuk tornado angin yang cukup besar. Debu-debu beterbangan dan bangunan kelas separuh hancur bergetar hebat. Aku meniupkan api pada tornado itu, seketika tornado api mengepung Daidan. Namun, dalam satu kibasan jubahnya, tornadoku lenyap.

Daidan menghentakkan kakinya dan dari dalam tanah kembali muncul bayangan hitam yang akan menghantamku. Aku memasang tameng dari cherub, namun sial! Aku terlambat sedetik dan sihir hitam itu telak menghantamku. Membuatku terlempar menghantam parton yang kubuat sendiri. Dari sudut bibirku mengalir darah segar.

"Serang dari sisi kiri dengan panah api." Pandu Nako.

Aku mengaktifkan sihir api dan membuat busur panah. Sesuai strategi Nako, aku melakukan dash ke belakang dan langsung menembakkan anak panahku ke sisi kiri Daidan. Tepat saat panah itu mengenai sesuatu, ledakan hebat kembali terjadi. Daidan terlempar beberapa meter. Ternyata aku mengenai tameng sihir hitam yang tadi menyerangku dan membuatnya meledak.

"Sekarang melompat setinggi mungkin dan lepaskan sihir es skala besar. Bekukan dia." Nako kembali mengatur serangan. Tanpa bertanya, aku melakukan apa yang disuruhnya. Daripada menyerang tanpa arah, memiliki strategi kecil akan lebih baik, bukan? Lagipula, Nako bisa menggunakan kekuatannya memperlambat waktu nantinya.

Splash! Daidan terbelenggu dalam balok es yang tampak seperti stalagmit* raksasa memenuhi area bertarung. Tapi itu belum cukup untuk melumpuhkan Daidan. Bongkahan es yang membekukannya bergetar lantas hancur berkeping-keping.

*stalakmit batuan yang meruncing ke atas. Biasanya terdapat di lantai gua.

"Ciptakan tornado dengan jarum es ke arah Daidan, lalu perangkap dia dengan patron powermu. Pastikan serangan itu berfokus padanya." Nako membuat rencana lain.

"Aku akan memundurkan waktu untuk memperbaiki segel kuno disana. Kau fokuslah pada musuh utama kita." Jelas Nako menunjuk Ayah. Aku mengangguk menahan air mata dan mencoba strategi dari Nako namun lagi-lagi dengan mudah dilaluinya. Krak! Patronku kembali hancur berkeping-keping.

"Jangan memaksakan diri karena dendam, segel itu berdampak pada tubuhmu. Ingat itu!" Seru Nako dari segel tempat Ayah terkunci. Apa pula maksud anak ini?

"Wahai, sepertinya kau ingin bermain-main denganku. Apa kau ingin ayahmu terbelenggu sihir kuno itu. Bebaskanlah dengan Hakaimu." Daidan yang sudah keluar dari patron powerku berusaha melemahkan emosiku.

"Dia bukan lagi Ayahku, kau sudah membunuhnya 5 tahun yang lalu." Jawabku. Terdengar kejam, tapi di saat perang aku tidak boleh meletakkan perasaan. Saat ini, Ayahku hanyalah tubuh tanpa jiwa. Didan sudah mengubahnya menjadi mesin pembunuh yang siap menghunuskan pisau pada darah dagingnya sendiri.

Daidan memandang Ayah dengan sudut mata dan mengulurkan tangannya, kabut hitam keluar dari telapak tangannya dan mengarahkan pada Ayah. Di luar kendali, aku bergerak begitu saja untuk melindungi Ayah yang tertahan sihir Kuno. Tanpa sadar, aku mengeluarkan tameng begitu saja. Sihir Daidan membuat tamengku bergetar hebat dan membuatku mundur dua langkah. Tapi sihir itu tidak cukup kuat untuk mneghancurkan tamengku.

"Apa kau gila Yuzuru?! Kau baru saja melindungi musuhmu!" Kesal Nako.

"Aku tahu, tapi aku tidak bisa... aku bergerak sendiri." Manikku mulai panas membuat amarah Nako urung.

KISEKI ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang