“Ikutlah denganku.” Dengan santainya dia mengulurkan tangan di hadapanku.
Seiring dengan uluran tangan itu, seluruh pintu dan jendela di ruangan ini tertutup dalam satu kali hentakan. Tidak akan ada yang menemukanku jika begini.
Sejenak aku menatap pintu dan jendela yang mulai terkunci perlahan setelah hentakan tadi. Sihir apa lagi yang tidak kuketahui darinya?
“Lantas apa? Aku ikut denganmu, kau menyerahkanku pada Daidan lalu duduk santai menunggu kehancuran dunia? Belum puaskah dia menghancurkan hidupku, hah?!” teriakku menatapnya garang.
“Aku tidak akan menyerahkanmu padanya. Aku hanya ingin kau bebas dari penderitaan ini Nona.” Jelasnya dengan percaya diri tinggi.
“Kau hanya akan menambah penderitaanku, Sekai." Aku berseru pelan. Bulir air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. Seolah aku bisa melihat kilas balik tragedi kelam yang menimpa keluargaku.
“Pecayalah Nona. Aku bukan pengkhianat.” Jawabnya pelan diujung kalimat.
“Tak ada pencuri yang mengaku pencuri, Sekai!” Jawabku dingin berusaha menahan agar air mata ini tidak jatuh.
“Kau pikir aku akan percaya setelah semua yang kau lakukan padaku? Jangan bodoh Sekai! Aku bukan gadis 7 tahun yang bisa kau bujuk dengan mainan! Dan asal kau tahu, kau berada di daftar teratas orang yang ingin kubunuh!” tambahku.
“Kalau begitu, mengapa kau tidak menyerangku, Nona?" Tanya Sekai merentangkan kedua tangannya seolah siap menerima kematian.
"Kau tidak sepenuhnya berada disini." Jawabku datar.
"Aku dihadapanmu, Nona. Ah iya! Pada pertemuan minggu lalu, kau pun tidak menyerangku dengan kekuatan penuh. Kau ragu, Nona." Deliknya.
"Aku sama sekali tidak ragu!" Pekikku.
"Seranglah tubuh ini. Gadis ini juga membuatmu kesal, bukan?” Sekai tersenyum miring.
Aku tidak akan menyerangnya. Tubuh itu hanya perantara agar Sekai seolah ada disini. Semenyebal apapun Victoria, dia tetap tidak ada hubungannya dengan masalah ini.
“Apa kau ingin merubahku menjadi monster sepertimu? Yang menyerang orang-orang yang tak bersalah. Membuat ledakan menggemparkan academy? Kekuatan ini untuk melindungi banyak hal.” jawabku setengah teriak.
“Melindungi Tuan Muda Raiga saja, Anda belum mampu, Nona.” Jawabnya. Mataku semakin panas dan dalam hitungan detik, air mata ini akan membasahi pipiku.
“Diam kau! Kau pikir karena siapa kakakku seperti itu?! Kau sama saja dengan Mastermu itu. Menghacurkan orang lain demi ambisi pribadi.” Bulir air mata layaknya kristal akhirnya gugur membasahi pipiku.
“Aku tidaklah sama sepertinya, Nona. Ada alasan yang tak bisa kuberitahukan padamu di balik semua ini, Nona.” Jawabnya.
“Tidak ada yang percaya pada pengkhianat, Sekai. Bahkan dalam mimpimu sekalipun!” Tukasku.
“Kalau memang begitu, kenapa Anda ragu menyerangku, Nona? Anda pasti tahu bahwa tubuh asliku juga akan terkena dampaknya. Ya, walau gadis ini juga akan mati.” Jelasnya.
“Tidak! Walau menyebalkan, Victoria tidak ada hubungannya dengan ini." Aku tetap dengan pendirianku.
“Bilang saja bahwa kau memang tidak bisa menyerangku. Karena kau mencintaiku, Oujo-sama.” Jawab Sekai penuh percaya diri. Api mulai memutari kepalan tanganku. Aku menarik napas panjang agar bisa mengontrolnya.
“Kenapa Nona? Kenapa harus menahannya? Oh ya! Tentu saja! Itu suatu kejanggalan di dunia ini. Karena Anda bisa menguasai banyak elemen dan kekuatan pendukung. MF bisa gempar kalau tahu kekuatan sehebat ini. Wah wah, kasihan sekali, Nona. Anda bagaikan burung dalam sangkar, yang terpenjara karena keindahannya sendiri.” Ejeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Fantasy"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...