CHAPTER 29: MENANTI HARAPAN

798 77 11
                                    

"Rambut hitam, sekarang!" Serunya dan sekejap kemudian kami berada diantara Yaoru dan yang lainnya.

"Siapa yang kau panggil rambut hitam, hah. Naoki-san dan Youru juga berambut hitam, dasar bodoh." Dengan napas tak beraturan Satoshi berusaha protes.

"Setidaknya kau mengerti siapa yang kumaksud." Jawab Sekai cengengesan meski dengan napas yang masih tak beraturan.

"Aku pikir kau akan menyerangku, Sekai. Meleset tiga senti saja aku akan kehilangan telinga kiriku." Omelku.

"Lebih baik dari pada kau kehilangan nyawamu, Pangeran." Jawabnya.

Sekarang aku dan Sekai berada dalam formasi yang disusun Yaoru. Kami—aku, Satoshi, Yaoru, Naoki dan Sekai membentuk setengah lingkaran demi melindungi Asami dan Rin yang sedang mengobati Yuzuru dan Yoshio.

"Saa, ayo kita bertahan sekuat tenaga." Yaoru berujar—memandang Daidan dengan tatapan tajam.

“Wahai, kalian bekerja sama untuk melawanku? Percayalah, kalian tidak akan menang. Lebih baik kalian serahkan tiga anak di belakang itu dan nyawa kalian akan aku ampuni.” Daidan kembali angkat bicara.

“Jangan mimpi, Paman. Dan satu lagi, sepertinya matamu itu mulai bermasalah. Di belakang itu ada empat orang, bukan tiga. Saranku, sebaiknya  kau harus mengobati matamu itu dulu sebelum melawan kami.” Celetuk Yaoru dengan santainya. Apa anak berambut raven dengan manik biru ini tidak sadar berhadapan dengan siapa? Sifat santainya itu sebelas dua belas dengan Yuzu.

“Wahai, ternyata kau  berani juga anak muda.” Jawabnya tenang. Sementara Yaoru hanya tersenyum miring, menyembunyikan rasa takutnya.

“Teman-teman, apapun yang terjadi, jangan sampai formasi kita hancur. Bagaimanapun caranya, pertahankan formasi ini." Yaoru berkata tegas melalui mind readernya.

“Saat ada celah, kita bisa mencoba menyerang. Tapi saat ini prioritas kita adalah bertahan. Karena ada hal yang harus kita lindungi.” Tambahnya, masih tanpa bicara. Hanya memberitahukan rencana melalui mind readernya. Di wajahnya masih terukir senyuman—senyuman getir.

Kalau dipikir-pikir, Yaoru memang anak yang cerdas. Kepintarannyadi atas saudaranya yang lain meski dari segi kekuatan, bisa dibilang dia yang paling lemah dari kami semua. Tapi hanya dia yang di saat genting seperti ini masih sempat memikirkan strategi agar kami bisa bertahan.

Yaoru tampak menarik napas panjang, memasang kuda-kuda dan tameng dari kekuatan cherubnya—bersiap dengan segala kemungkinan serangan yang dilancarkan oleh Dadan.

Sekai juga memasang tameng yang kuat. Begitu pula Naoki, patron power miliknya juga terlihat kokoh. Hanya tameng milik Yaoru yang tampak seperti gelembung sabun. Sementara aku dan Satoshi akan mencari celah serangan.

Semua memasang kuda-kuda bersiap bertahan. Tapi di luar dugaan, Daidan malah tertawa—terdengar mengerikan memang. Tapi tak seorangpun dari kami mengganti posisi siaga.

“Hahaha.... Kalian pikir kalian bisa bertahan? Bagaimanapun, aku akan tetap merebut mereka.” Daidan berseru lantang. Saat itu pula dia mulai menyerang kami.

“Dan bagaimanapun kami akan mencegahmu.” Jawab Yaoru santai.  Anak ini seperti berkepribadian ganda. Tentu saja kami melihat dia menangis dan terisak tadi saat masih di dalam patron milik Mama tapi sekarang, santainya keterlaluan. Atau mungkin dia memang berkepribadian ganda? Ah, itu bisa diurus nanti.

Daidan mengeluarkan sihir api dengan skala cukup besar. Tameng Yaoru meletus bak gelembung sabun bahkan sebelum sihir itu mengenainya. Tameng Naoki tampak bergetar namun tidak meletus. Sejauh ini, Naoki memiliki tameng terkuat dari Yaoru dan Sekai. Sekai karena dalam kondisi terluka, walau sebenarnya anak ini juga sangat kuat. Sementara Yaoru, dia mengandalkan cahaya untuk membuat tameng, dan di tengah malam begini, hanya cahaya lampu yang bisa dimanfaatkan.

KISEKI ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang