"Aku bingung denganmu Nona. Dengan kekuatan sehebat itu, kenapa malah sampah-sampah macam mereka yang ada di sekitarmu? Dan selalu berusaha melindungimu." Ejeknya. Lingkaran hitam tercipta di belakangnya dan dia seolah terseret kedalam sana dan menghilang.
"Aku akan kembali menjemputmu Nona. Master mungkin akan memarahiku karena pergi tanpa izin. Tapi aku puas bisa bertemu denganmu. Hanya saja, aku masih penasaran dengan kekuatanmu hingga membuat Master menginginkanmu hidup-hidup." Ujarnya sebelum benar-benar lenyap dari pandangan kami.
Para penjaga dan pihak keamanan academy melayangkan tembakan sihir pengunci ke arah Sekai. Namun sial! Andai saja mereka sedetik lebih cepat, Sekai pasti kena. Setidaknya kami punya peluang untuk menangkapnya. Lagi.
Aku hanya bisa menatap nanar setelah semua yang terjadi. Kakakku terbaring tidak sadarkan diri dengan tiga duri menancap di punggungnya. Para penjaga yang dikirim dari Keiza mulai berdatangan dengan kekuatan teleport. Berusaha menyelidiki portal penghubung yang digunakan Sekai tadi. Kak Naoki memberikan pertolongan pertama dengan kekuatan curer-nya.
Aku masih terpaku di tempatku. Tanganku gemetar hebat entah karena apa.
"Nona! Apa anda baik-baik saja?" Salah seorang prajurit dari Keiza menegurku. Diluar kendali, tanganku diselimuti api begitu saja dan nyaris saja aku tembakkan pada pengawal itu.
Sepersekian detik, tiba-tiba Mama muncul di hadapanku. Menahan tanganku sampai api itu lenyap. Pengawal yang melihat api di tanganku hanya terpaku tak percaya dengan mulut ternganga. Tepatnya tak mengetahui kekuatanku. Mama menatap matanya beberapa saat. Mata Mama dan pengawal itu bercahaya violet lembut dan setelah cahaya itu hilang, pengawal itu hilang ingatan mengenai api di tanganku.
"Jangan seperti itu lagi. Kendalikan kekuatanmu!" Ujar Mama mendekapku.
"Hei! Cepat bawa Raiga ke Rumah Sakit sekolah!" Seru Mama lantang melepas pelukan.
"Baik yang mulia!" Jawab beberapa pengawal kompak.
Aku beranjak berdiri. Kakiku lemas menyaksikan kejadian tadi. Di depan mataku kakakku terluka untuk kesekian kalinya. Dan itu demi melindungiku.
Di sepanjang jalan aku hanya bisa menunduk. Menatap kedua kakiku yang dibalut sepatu putih yang sudah di penuhi debu. Kak Naoki mensejajarkan langkah denganku. Merangkulku.
Pilu menyaksikan Kakak teluka di hadapanku tanpa bisa berbuat apa-apa berhasil membuatku menangis. Jalan yang kulalui memburam. Terhalang air mata yang siap menghujan.
'Kakak terluka saja sudah membuat kulemah. Jika kakak pergi demi melindungiku...' pikiran buruk itu menghantuiku dan membuat semakin pilu.
****
"Cepat! Pastikan Raiga selamat!" Seru Mama tegas.
Para petugas kesehatan segera menyiapkan segala peralatan untuk menyelamatkan kakak.
"Kak, apa Kak Raiga akan baik baik saja?" Tanyaku pelan menatap ubin.
"Nee, Yuzuru-chan. Kau tahu, Raiga anak yang kuat. Aku mengenal Raiga sama baiknya dengan kau mengenalnya. Dia tak akan mati hanya karena terkena tiga duri kecil. Percayalah." Jawab Kak Naoki.
Aku tahu dia hanya berusaha menghiburku. Dalam hatinya, dia juga mencemaskan hal yang sama denganku. Mungkin dia lupa, tapi aku bisa membaca pikirannya.
Kami berdua duduk di kursi tunggu rumah sakit. Harap-harap cemas menanti dokter membawa kabar mengenai kondisi Kak Raiga. Blact bukanlah kekuatan main-main. Duri kegelapan sangat mematikan. Apalagi jika daya tahanmu lemah.
"Yuzu!" Seru seseorang memanggilku. Pelan aku menoleh ke sumber suara. Yaouru, Kiara, Kazuo, Ryu, Rin, dan Satoshi bergegas menghampiri kami.
"Yaoru..." balasku lemah.
"Kak Nao!!" Suara Kiara memenuhi lorong rumah sakit dan dalam sepersekian detik dia telah loncat memeluk Kak Naoki erat. Kiara menangis sesegukan.
Bukankah yang sepantasnya menagis itu aku.. kakakku didalam sana entah bernasib seperti apa. Lirihku dalam hati. Yaoru menyentuh pundakku, menatapku lembut.
Kak Raiga akan baik-baik saja. Begitulah arti tatapannya.
Aku menghela nafas panjang memeluk Yaoru erat. Tak sepantasnya aku marah pada Kiara. Jangan sampai emosi membawaku larut dan hilang kendali seperti tadi. Aku tahu, Kiara juga sangat mencemaskan Kak Raiga dan Kak Naoki. Wajar saja dia menangis.
"Yuzu, bagaimana keadaan Kak Raiga?" Di sela sesegukannya, Kiara bertanya.
"Kau tidak terlukakan?" Tanyanya lagi.
"Yu, jawab aku. Bagaimana kondisi Kakak?" Tanya Kiara mendesakku. Aku menggelengkan kepala.
"Aku tak tahu." Jawabku lirih yang hampir tak terdengar. Mataku terasa panas dan aku mulai terisak.
"Ini semua salahku." Tambahku.
"Kami masih menunggu dokter selesai memeriksanya Kiara. Dan ini bukan salahmu, Yuzu. Jika ada yang patut dipersalahkan, adalah pengkhianat itu." Kak Naoki menjelaskan lebih baik.
Senyap. Tak ada seorangpun diantara kami semua yang angkat bicara. Tidak tahu topik percakapan apa yang bisa dibicarakan. Seolah semua kalimat bisa melukai hati salah satu dari kami. Kiara sudah berhenti menangis. Yaoru dan Kak Naoki duduk di sampingku.
Dua jam sudah kami menunggu tanpa ada kabar. Mama masih di dalam ruangan bersama petugas kesehatan. Huh! Bagus sekali. Baru beberapa hari aku di Academy ini. Tapi hal seperti ini sudah terjadi. Aku menghela nafas panjang. Berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa Kakak akan baik-baik saja.
Tak berselang lama, Mama keluar dari ruangan bersama dokter dan perawat yang menangani Kakak. Kak Naoki dan Yaoru langsung berdiri menghampiri mereka. Dokter menjelaskan kondisi Kak Raiga pada Kak Naoki. Sementara Mama langsung menghampiriku.
"Tenanglah Yu.. Kakakmu baik-baik saja. Tiga duri kecil tak akan membunuh seorang yang akan memimpin Keiza suatu hari nanti." Mama memelukku erat. Lega sekali mendengar kabar bahwa kondisi Kakak tidak terlalu parah.
"Syukurlah..." Jawabku pelan.
"Apa kami bisa melihat Kakak?" Tanya Kiara tak sabaran.
"Tidak saat ini sayangku. Dia butuh istirahat." Jawab Mama lembut.
"Sekarang, sebaiknya kalian kembali ke asrama. Pasti kejadian tadi membuat seluruh murid pias, termasuk kalian semua." Jelas Mama.
"Dengar anak-anak. Aku yakin kalian semua terkejut dengan penyerangan tadi. Penyerangan tadi, dilakukan oleh salah satu pengikut Daidan. Tapi kalian jangan khwatir. Aku akan melindungi kalian semua." Ujar Mama tenang menatap semua teman-temanku bergantian.
"Tapi, jangan sampai ada yang tahu bahwa penyerangan tadi dilakukan oleh Darkness World." Bisik Mama pada mereka semua.
"Sudah, sebainya kalian semua kembali ke academy." Tambah Mama.
"Tapi Kakak..." aku ingin tetap berada di rumah sakit ini.
"Mama yang akan menjaganya Yuzuru. Kembalilah ke asrama bersama teman-temanmu. Naoki. Bawa adik-adikmu kembali ke academy." Perintah mama yang langsung diangguki Kak Naoki.
Alhasil, aku hanya bisa menurut. Paling tidak aku tahu, bahwa Kakak akan baik-baik saja. Jadi tak ada yang perlu kucemaskan. Kami semuapun melangkah menuju asrama.
'Kakak sedikit curiga pada Kazuo dan Satoshi. Berhati-hatilah dengan mereka berdua' sepintas ucapan Kak Raiga di rooftop tadi terngiang di telingaku. Aku melirik dua anak yang dimaksud oleh Kak Raiga. Tidak ada yang aneh dari mereka berdua. Kecuali, ya... sikap mereka yang seperti es berjalan.
Biarkan apa yang akan terjadi. Yang pasti aku harus bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi. Kalaupun mereka suruhan Darkness World, aku tak akan segan untuk membunuh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Fantasy"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...