Mama menghilang begitu saja, meninggalkan kami berdua terkurung di dalam kubus kuning transparant ini. Mama pasti mengadakan pertemuan mendadak dengan Raja pemimpin pilar utama. Mereka akan membicarakan mengenai strategi perang.
“Baka! Sial!” seruku kesal, lagi-lagi memukul kubus ini sia-sia.
“Tenanglah Yu-chan. Mama akan menanganinya.” Hibur Yaoru walau dia sendiri tidak yakin dengan ucapannya.
"Ya! Aku akan tenang menyaksikan semuanya mati!" Bentakku.
"Yu-chan.." Lirih Yaoru mendekatiku dan menggenggam tanganku. Dia gemetar setelah mendengar semua berita mengejutkan ini.
Walau Yaoru adalah anak yang ceria, tetap saja ini semua mengguncang mentalnya. Ada sahabat yang dikhawatirkannya. Ada saudara perempuan yang juga terancam nyawanya. Dan beberapa anak--aku, Yoshio dan Asami--yang mendatangkan masalah ini yang mungkin akan ditawan Daidan.
"Maafkan aku." Jawabku sedikit pelan saat melihat maniknya yang bergetar. Yaoru menarik napas panjang.
"Tenanglah.. kita harus tenang dan tetap berfikir jernih di saat seperti ini." Jelasnya dengan suara bergetar.
“Bagaimana bisa tenang!” Seruku sambil menendang dinding kubus ini—jengkel saat tersadar bahwa kami terkurung. Tetap saja, aku tidak bisa tenang jika seperti ini walaupun di sampingku Yaoru berdiri linglung, bingung dengan nasib kami semua. Aku tahu Mama tidak akan membiarkanku dan Yaoru ke medan perang. Ayolah, ini perang bukan pertikaian kecil.
Tidak akan membutuhkan waktu lama untuk pertempuran pecah di area barat. Dan sebelum itu terjadi aku harus keluar dari kubah ini. Hakai tidak akan mempan dari dalam kubah karena hanya akan bekerja jika diserang dari luar. Aku memikirkan sebuah rencana, tapi kemungkinan berhasil tanpa melukai orang lain itu sangat kecil. Aku bisa menaikkan suhu kubus ini perlahan, dan lama-kelamaan kubus ini pasti akan meledak, tapi pasti akan mendatangkan masalah untuk Yaoru. Dia tidak akan sanggup menahan suhu tinggi.
Lima belas menit berlalu, aku masih sibuk mondar-mandir memikirkan rencana pelarian. Sambil mengomel sendiri, aku mencari celah sekecil apapun itu. Aku mencoba semua serangan dengan tetap mengontrol kekuatanku agar tidak melukai Yaoru.
"Kau bisa kehabisan tenaga, Yu." Cegah Yaoru.
"Pokoknya aku harus keluar dari kubah ini, Yaoru." Sergahku tanpa memandangnya sedikitpun. Masih menatap tajam kubus kuning transparant ini—berusaha mencari celah.
"Jika seperti ini, kalaupun kau bisa keluar kau akan kehabisan tenaga, Yu-chan." Jawab Yaoru yang tetap tidak kupedulikan.
Tapi yang pasti, Yaoru sudah jauh lebih tenang. Suaranya tidak lagi bergetar seperti tadi dan juga dia sudah kembali bersikap tegas seperti biasanya. Walau saat ini tidak ada sedikitpun senyum di wajahnya. Hanya raut tegas dan mata yang awas memandang keluar kubus. Sesekali kulihat Yaoru terdiam dengan tatapan tajam di sudut matanya. Dia sedang berusaha mendengarkan apa yang terjadi di luar sana.
"Kubus ini tidak kedap suara. Belum ada pertempuran apapun yang pecah di sekitar sini setidaknya tidak ada dalam radius sekitar 500 meter." Jelas Yaoru.
"Karena itu, kau tenanglah sedikit." Tambahnya sambil terus menajamkan pendengaran.
"Kau yakin?" Tanyaku menyelidik.
"Pendengaranku tidak akan salah." Jawabnya singkat. Huh! Sikap seriusnya lebih menyebalkan dari pada sikap hiperaktifnya. Dasar Charming Prince satu ini.
Dua puluh menit sudah Yaoru konsentrasi mendengarkan suara dari luar academy. Dan menurutnya masih belum ada tanda-tanda bahwa peperangan di barat sudah dimulai. Sesekali dia mengomel jengkel karena aku membuat ledakan dengan elemen api untuk menghancurkan kubus ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Fantasy"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...