Chapter 33: FREA

346 58 3
                                    

"Peri waktu, Nako." Ujarnya menyebut nama.

"Yang dikatakannya tidak sepenuhnya benar namun juga tidak salah." Siulet bewarna emas bermunculan di hadapanku. Sekelebat ingatan seolah terputar begitu saja di dalam benakku. Mengenai kejadian dua tahun lalu saat aku mengamuk di Istana dan menghancurkan hutan serta juga bukit di dekat Istana. Terlihat beberapa orang terluka dan juga beberapa ksatria juga harus meregang nyawa. Aku terhenyak melihat itu dalam ingatanku.

"Itu hanya kecelakaan your highness. Jangan diambil hati." Suara seperti seorang anak lelaki itu kembali terdengar.

"Aku Nako, peri waktu yang bisa menampilkan masa lalu dan menghimpun masa depan. Aku akan memandumu dalam pertarungan ini." Jelasnya. Siulet emas itu seolah membungkuk hormat di depanku.

"Siapa kau?" Aku yang masih shock melihat kilas peristiwa itu bertanya dengan suara bergetar.

"Pertemuanmu dengan Uine-sama yang membawaku padamu. Kita akan menang, Your highness. Aku pastikan itu." Ujarnya yang terdengar jelas.

"Uine-sama?" Gumamku.

"Gadis bergaun merah di alam bawah sadarmu." Jawabnya.

"Saat dua waktu saling bertemu, saat itulah kami dilahirkan dan memilih tuan kami, membuat kontrak. Tidak seperti peri lain yang akan mengikat konrak setelah pertarungan, kami membuat kontrak dengan orang yang kami pilih." Sesosok manusia kecil bersayap muncul dihadapanku dengan cahaya emas yang indah. Raut wajahnya sama persis seperti anak laki-laki pada umumnya, namun berukuran kecil.

"Yang terpilih tidak bisa menolak tapi bisa menjalin kontrak dengan Peri lain." Jelasnya.

"Uine-sama adalah sosok masa lalu yang bersemayam dalam tubuhmu. Satu tubuh dua jiwa. Sekarang kita kalahkan dia." Tambah Nako.

"Kau mengabaikanku, wahai." Daidan langsung mengirim sihir kegelapan yang kuat padaku bersamaan dengan pisau-pisau hitam yang siap menikamku. Sungguh, sejenak aku melupakan kehadirannya.

"Menghidarlah, My Princess!" Seru Nako yang duduk di pundakku. "Aku akan memandumu." Tambahnya.

Aku mengangguk sekilas dan kembali fokus pada pertarunga kami. Serangan besar dari Daidan berhasil menggores lenganku. Aku memegangi lenganku untuk menghentikan pendarahan. Saat itu juga aku terkesiap karena entah bagaimana tanganku mengeluarkan cahaya hijau. Sejak kapan aku menguasai Curer? Tapi masa bodo. Yang penting kekuatan ini muncul di saat yang tepat.

Aku menyulam luka-luka dengan cepat dan balas menyerang kembali dengan sihir api yang sekarang menjadi sihir paling kuat dalam tubuhku. Aku berhasil mengenai Daidan membuatnya mengibaskan jubah untuk menghalau sihirku.

"Wah wah. Serangan yang hebat. Kau berhasil membuatku terkejut, wahai." Ujar Daidan dengan intonasi khasnya.

"Kemarilah sayangku. Kekuatanmu akan lebih terasah di duniaku." Ajak Daidan.

"Bahkan kau tidak berhak memimpikan aku ikut denganmu!" Seruku enteng.

"Wahai. Kasar seperti biasanya." Jawabnya.

"Orang sepertimu tidak layak mendapatkan perlakuan manis." Jawabku. Daidan hanya tersenyum miring lantas memejamkan mata--merapal mantera sihir kegelapan.

Sepersekian detik kemudian, walau tidak tampak, aku bisa merasakannya. Ada gelombang dahsyat yang siap menghantam kami. Bukan gelombang air, melainkan gelombang sihir yang membuat penerimanya bergerak di luar kendali. Bisa-bisa kami di sini jadi saling bunuh.

Dengan sigap aku menteleport semuanya ke tempat Sekai terbaring karena beresiko memindahkan Sekai dengan luka separah itu. Aku memasang patron power seperti milik mama yang entah sejak kapan itu bisa kulakukan. Sepertinya gadis merah itu tidak bercanda mengenai segelku. Aku memastikan patron powerku kedap suara agar gelombang sihir ini tidak merusak akal sehat mereka dan tentunya akal sehatku sendiri. Tamengku bergetar hebat menahan gelombang suara itu, namun tidak pecah.

KISEKI ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang