“Ini jebakan!” Seruku cemas. Aku yang masih memeluk lengan kiri Yaoru, langsung berdiri. Membuat anak di sampingku ini juga tersentak kaget.
Perasaanku makin kalut. Belum lagi aku tidak tahu keadaan di luar sana. Bagaimana dengan Mama dan para pemimpin pilar lainnya. Bagaimana kondisi Ryu dan Kiara? Dan.. dan bagaimana dengan Yoshio?
“Apa maksudmu? Jebakan apa?” Tanya Kak Naoki heran melihatku berseru. Yaoru yang juga tidak kalah kagetnya mendongak memandangku heran.
“Peperangan ini. Puluhan ribu pasukan itu. Semuanya.” Jawabku.
Aduh. Bagaimana cara menjelaskannya. Aku juga tidak pasti dengan pemikiranku ini. Tapi ada kejanggalan dari ini semua.“Pokoknya kita harus keluar dari kubus ini.” Jawabku memukul-mukul keras kubus itu—putus asa.
“Ini bukan akal-akalanmu agar bisa keluar dan pergi ke medan perang bukan.” Tanya Kak Raiga mendelik. Dia hanya berujar dingin. Yeah, wajar dia curiga.
“Tentu saja tidak. Aku tidak ingin bercanda masalah perang. Tapi jika kita tidak keluar, sungguh! Academy ini akan menjadi medan pertempuran sesungguhnya.” Jawabku serius menatap Kak Raiga tidak berkedip.
Kak Raiga terdiam, tidak menemukan rencana kabur di dalam benakku. Ayolah, aku benar-benar serius tahu!
"Aku takut kita tidak bisa mengatasinya." Tambahku dengan tatapan sendu. Aku mengedarkan pandangan ke tiap sudut ruang yang masih bisa terjangkau dalam penglihatanku. Kubus ini terasa semakin panas untukku karena kecemasan ini. Aku takut, dia tiba-tiba saja muncul di hadapan kami. Aku tidak ingin kehilangan sesuatu yang berharga lagi.
“Jelaskan dulu agar kami mengerti.” Putus Kak Naoki sambil meraih lenganku dan memintaku duduk kembali.
“Hnghh...” aku menghela napas panjang kembali duduk bersila di lantai kubus ini.
“Kita terlalu sibuk dengan portal raksasa yang muncul di barat sehingga mengabaikan portal kecil yang muncul di rooftop.” Jawabku tidak sabaran.
Jika perkiraanku benar, academy akan jadi medan pertempuran karena dia dan Sekai lebih dari cukup untuk membuat academy tanpa pengawasan ini jadi luluh lantah. Semua petarung terbaik dan Raja dari empat pilar utama sudah bergerak ke arah barat. Mereka memutuskan menunggu dan memantau situasi dari jarak 500 meter dari pasukan musuh. Mama juga menghimpun kekuatan yang besar, namun tidak menyadari niat kegelapan itu.
"Karena hal besar kita mengabaikan hal kecil yang akan menjadi bom waktu bagi kita." Jelasku.
“Daidan menjadikan puluhan ribu pasukan sekaligus tiga teman kita menjadi pengalih perhatian di barat sehingga pasukan kita akan fokus pada pertempuran di Barat termasuk Mama dan pemimpin pilar lainnya. Meninggalkan academy dengan sedikit pasukan untuk berjaga. Sementara, yang diincar Daidan ada di sini.” Jelasku.
“Tadi, portal yang pertama muncul ada di rooftop yang dibuka oleh Ryu dan Kiara. Entah bagaimana mereka membukanya. Lantas mereka menyandera Yoshio. Tidak ada laporan ada yang muncul dari sana, tapi juga tidak ada laporan kalau portal itu sudah terutup. Informasi portal raksasa dan puluhan ribu pasukan kegelapan di barat lebih menggemparkan dan menjadi perhatian utama.” Tambahku.
Aku menghela napas sejenak, berusaha menjelaskan kembali apa yang ada di pikiranku. Mengingat aku anak yang kesulitan merangakai kata, semoga saja aku tidak menjelaskan secara berbelit.“Aku tidak mengatakan bahwa pertempuran di barat tidak akan pecah, tapi aku yakin bahwa Daidan tidak akan berada di sana. Bahkan aku ragu, Sekai akan muncul di barat.” Ujarku serius.
“Kenapa?” tanya Rin penasaran.
“Karena hal yang diinginkan Daidan ada di sini.” Jawab Kak Raiga memandang cemas ke arahku. Aku mengangguk, tak kalah cemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Fantasy"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...