CHAPTER 27: HARAPAN DAN MALAPETAKA

787 78 6
                                    

Kami semua sudah kehilangan harapan sejak Daidan muncul di depan kami. Ditambah lagi saat ini dalam hitungan detik kami akan ditelan oleh sihir ini. Kami akan berpindah entah ke dunia yang mana.

“Hakai!” Saat kami semua benar-benar sudah putus asa, secercah harapan kembali muncul membuat kami kembali berharap.

Portal perpindahan dimensi yang dibuka Daidan hancur berkeping-keping, membuat penguasa kegelapan itu terkesiap. Dia mengedarkan pandangan dengan manik merah kelamnya keseluruh ruangan. Tapi tidak menemukan orang yang memecahkan portalnya.

“Yoshio!” seru Rin dan langsung menutup mulutnya sendiri—tak percaya.

“Lalat kecil penganggu. Seharusnya kau tidak bisa kemari. Wahai, atau pertarungan sudah pecah di Barat. Aku tidak peduli. Karena tiga kelinci percobaanku ada disini.” Jawabnya tetap tenang.

Aku tahu, sihir kegelapan Daidan sangat kuat. Tapi aku yakin, kebaikan tidak akan kalah melawan kejahatan, karena dimana ada kegelapan, pasti akan selalu ada cahaya yang menerangi. Kedatangan Yoshio membuktikan keyakinanku yang satu itu.

“Karena satu dua hal aku bisa bebas dari belenggumu itu, Pangeran galau.” Jawab Yoshio terengah-engah. Walau terluka, dia masih sempat menghina Daidan.

“Kita harus keluar dari sini secepatnya! Kalau Yoshio sendiri, dia bisa mati. Dia sudah kelelahan.” Jelasku panik.

“Wah wah. Sepertinya, keponakan cantikku menyukai pelompat waktu ini.” Daidan kembali angkat bicara. Dia memandang ke arahku sejenak lalu memandang Yoshio yang masih kesulitan mengontrol napas.

Dengan cepat, dia menggunakan sihir kegelapannya dan muncul tangan-tangan hitam yang membawa Yoshio padanya. Kondisi Yoshio yang sejak tadi sudah buruk, tidak bisa melakukan banyak perlawanan. Daidan mencengkram leher Yoshio dan mengangkatnya. Membuat Pangeran berambut coklat emas itu tidak lagi menapak di tanah. Kakinya meronta, menendang kesana kemari.

“Lepaskan dia!” Seruku mengepalkan tangan menahan amarah. Aku tidak boleh lepas kendali di dalam kubus ini, atau... mereka semua bisa terkena imbasnya.

“Tenanglah, wahai, aku tidak akan membunuhnya Yuzuru. Kau tahu, dia bagian dari rencanaku.” Ujarnya.

"Tapi, suatu kesalahan kau datang kemari, pelompat waktu." Ujar Daidan yang mencengkeram Yoshio dengan tangan kegelapannya.

"Ini bukan kesalahan, Pangeran galau. Karena aku berhasil menghancurkan portal perpindahanmu." Jawab Yoshio terengah. Napasnya tersengal, sesak menahan cekikan tangan-tangan itu.

"Ya aku pun cukup terkejut melihat hal itu." Jawab Daidan santai.

"Kita harus keluar secepatnya..." lirihku.

Walau dia bilang tidak akan membunuh Yoshio, tetap saja dia mencekik Yoshio sampai Yoshio tidak bisa bergerak. Melihat hal itu, dadaku sesak menahan tangis dan amarah. Matakupun turut memanas. Sementara orang-orang yang ada di sini berseru tertahan melihat Yoshio yang mulai melemas.

“Kau tidak akan aku maafkan!” Aku menggeram. Tanganku sudah terkepal sejak tadi. Tapi, untung saja aku masih bisa menahan kekuatanku agar tidak lepas kendali.

“Oh ya? Aku tahu itu. Tapi, kau tahu, aku punya sedikit rahasia kecil yang bisa membuat kalian membenci saudara kalian sendiri, terutama untuk kalian, Isaoka bersaudara.” Jelasnya.

"Siapa yang peduli dengan rahasia bodohmu itu hah?! Cepat lepaskan Yoshio!" Kak Raiga lebih dulu berseru membungkam Daidan.

"Kau mungkin tidak peduli Raiga, tapu aku yakin Isaoka bersaudara ini akan tertarik." Daidan tersenyum miring .

KISEKI ACADEMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang