YOSHIO POV
Semua hal yang berharga bagiku direnggut begitu saja. Kakakku, orang yang selalu menemaniku, yang selalu bermain denganku, dia pergi untuk selamanya.
"Onee-sama! Onee-sama! Bangunlah... aku mohon... buka matamu, onee-sama.. onee... sama... onegai... Yuuna nee-sama..." Masih segar dalam ingatanku saat kakakku meninggal. Meski saat itu aku masih 4 tahun. Pedang menancap tepat di ulu hatinya dan darah segar mengalir begitu saja. Entah bajingan mana yang berani membunuh Kakak perempuanku.
Waktu terus berlalu, aku masih belum bisa melepas kepergian Kakakku. Namun, karena aku akan menjadi pewaris tahta, aku sering bepergian bersama Ayah, sehingga aku tidak boleh larut dalam kesedihan perkepanjangan.
Tapi, tetap saja, tidak ada yang bisa menghapus rasa kehilanganku. Berulang kali aku pergi, tapi kesedihan akan kepergian Kakak masih belum hilang dari ingatanku.
Dan hari kami diharuskan pergi ke Istana Keiza. Keiza adalah istana yang paling ingin aku kunjungi sejak lama, karena Istana ini merupakan penegak dari Lima Pilar Utama dan menjadi penyangga terkuat Magic Fantasy .
Di Istana inilah aku mulai bisa merelakan kepergian Kakakku. Karena di Istana ini terdapat seorang Putri cantik dengan manik biru yang selalu ceria. Dia juga memiliki kakak laki-laki yang sangat sayang padanya.
Tatapan dari manik safirnya seolah menyihir siapapun yang memandangnya. Tapi, dari tatapan matanya aku tahu ada banyak misteri yang dipendamnya.
Pernah suatu ketika, saat ada pertemuan antara Kerajaan Onawa dan Keiza. Sebuah rapat besar mengenai kekuatan kegelapan yang mulai muncul dan mengharuskan kami menginap di Kerajaan megah ini selama beberapa minggu. Diluar urusan Kerajaan, Raja Keiza dan Ayahku bersahabat baik sejak dulu.
Aku merasa sangat senang saat pergi ke sana, karena mungkin saja aku bisa berbicara dengan Sang Putri, Permata Biru Keiza. Begitulah para Raja Pilar Utama menyebutnya. Selama ini, Putri Keiza itu selalu melakukan hal yang dia suka dan terkadang sangat nakal. Namun tampaknya, Sang Putri saat itu sedang dirundung duka. Maid yang sudah membesarkan Sang Putri meninggal karena faktor usia dan di saat itu juga, Pangeran Raiga yang mampu menghibur Sang Putri juga mengadakan pertemuan bersama Ibunya ke Kerajaan Isao.
Sang Putri tidak tersenyum beberapa hari dan memilih menyendiri. Dia tidak tersenyum, dan juga tidak menangis. Dia juga tidak mau makan dan minum apapun selama beberapa hari. Yuzuru hanya terdiam dan memandang dengan tatapa datar pada setiap orang. Dia melampiaskan kesedihannya dengan menahan semua air matanya. Saat itu juga, aku tahu Sang Putri adalah anak yang keras kepala.
"Ayolah Yuzuru, kau tidak boleh bersedih seperti ini terus. Lizie juga akan sedih nantinya. Nee, jangan-jangan Lizie sekarang sudah berubah menjadi peri dan suatu saat akan menjadi perimu." Raja Keiza berusaha menghibur putri tercintanya saat tengah berkumpul dengan Ayahku. Saat itu kami baru tiba di Istana Keiza dan Sang Raja menceritakn keluh kesahnya pada Ayahku.
"Pembohong!" Ujar Sang Putri dingin. Saat itu aku juga tahu bahwa Yuzuru tidak seperti Putri lainnya. Dia berbeda. Ada yang istimewa darinya. Sekilas aku bisa melihat manik matanya bewarna merah dan kembali seperti semula. Itu tidak alami bagi seorang reitouko seperti Sang Putri. Sejenak aku berpikir, apa dia juga menguasai api dan es sepertiku.
Dia terus bersikap dingin pada orang-orang istana. Tidak terkecuali padaku dan para maid serta prajurit istana ini. Menurut Ayahnya, hanya Raiga yang bisa membuatnya ceria lagi.
"Terkadang aku tidak mengerti dengan putriku itu." Ujar Raja Keiza pada Ayahku.
"Dia marah-marah seperti itu hanya karena tidak bisa meluapkan emosinya, Briant. Dia tidak ingin menangis karena dia berpikir, kalau aku menangis, berarti aku anak yang lemah. Itulah yang dipikirkan olehnya." Jelas Ayahku. Entah memang membaca pikiran sang Putri atau hanya menerkanya, aku pun tidak tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Fantasy"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...