Hari-hari berlalu. Kondisi Kak Raiga juga semakin membaik. Dia sudah lepas dari kursi roda dan kini sedang berlatih dengan Master Zinan di aula academy. Untuk mengoptimalkan kembali tubuhnya yang sempat kaku, Kakak harus melakukan latihan intensif agar kondisinya kembali optimal.
Entah sudah berapa bulan aku tinggal di academy ini. Mungkin sudah sekitar 4 bulan 2 minggu. Sebentar lagi ujian juga akan diadakan. Tapi, persetan dengan ujian. Pikiranku lebih dulu dipenuhi oleh kemungkinan-kemungkinan buruk mengenai penguasa kegelapan yang mungkin akan menyerang. Di academy ini, ada tiga anak dengan kekuatan langka. Aku yang mengusai hampir seluruh kekuatan. Onawa Yoshio yang memiliki kekuatan menembus waktu dan Hideaki Asami yang memiliki kekuatan Oracle.
Aku menengadah memandang langit yang mulai menjingga. Bola bundar mentari sudah siap membenamkan diri di kaki langit sebelah barat. Sudah begitu lama aku berada di academy. Semester pertamapun sudah hampir berakhir, tapi belum pernah aku merasakan ketenangan di academy ini. Setiap hari, aku selalu dikhawatirkan dengan penyerangan yang mungkin saja akan terjadi di academy ini.
Andai saja, andai saja aku bisa kembali ke masa lalu, aku pastikan aku akan membunuh Daidan dalam penyerangan lima tahun yang lalu. Penyerangan yang membuatku kehilangan Ayahku. Nee, jika aku melakukan itu, tentu saja sejarah dunia ini juga akan berubah. Apa akan jadi lebih baik, atau malah semakin kacau? Yah, walau bagaimanapun, kekuatan untuk melakukan hal itu mustahil aku dapatkan. Tidak ada sejarah yang mencatat kekuatan sedahsyat itu pernah terlahir ke dunia.
"Kyaaa!!! Sebenarnya apa yang harus aku lakukan?!" Ujarku frustasi mengacak-acak rambutku sendiri.
"Bagaimana caranya mengakhiri semua ini?" Tambahku pelan. Kilas balik peristiwa menyedihkan yang terjadi dalam hidupku terputar di benakku layaknya film hitam putih.
"Sampai kapan aku harus terus begini?" Tanpa sadar air mataku mengalir dan aku mulai terisak pelan.
"Apa aku harus kehilangan semua hal yang berharga dulu baru ini akan berakhir?" Rungutku kesal kehabisan akal.
"Aku tidak minta terlahir dengan kekuatan ini..." isakku.
"Semuanya tidak harus kau tanggung sendiri Yu-chan. Bagaimanapun ini bukanlah salahmu." Jawab seorang laki-laki dari arah belakangku.
"Yoshio! Sejak kapan...?"Tanyaku berusaha menghapus air mata secepat yang aku bisa.
"Nee, kau tidak perlu menyembunyikannya. Setidaknya, tidak perlu dariku, Yu-chan." Ujar Yoshio saat melihatku menyembunyikan air mataku.
"Huh! Dasar kau ini, sedari dulu selalu saja membuntutiku. Lebih baik kau menjadi Kazuo saja. Yang SOK cuek dan tidak peduli padaku." Ujarku menekankan kata sok padanya.
"Hahaha... gomen. Aku sudah meminta maaf mengenai hal itu, bukan?" Jawabnya terkekeh pelan.
"Huh!!"
"Kau tahu, ada satu hal yang tak pernah aku ceritakan pada siapapun." Ucap Yoshio menengadah, memandang lagit yang menjingga.
"Apa?" tanyaku penasaran.
"Yah.. kau harus berjanji satu hal padaku." Jawabnya dan memndang jahil kearahku.
"Apa memangnya? Jangan macam-macam Yoshio. Aku tidak akan melakukan hal aneh." Jawabku tegas.
"Aku tidak ingin kau menanggung semua ini sendiri. Kau harus cerita padaku apapun masalah yang kau hadapi. Itu saja cukup." Jawab Yoshio penuh kharisma.
"Aku pernah dengar sebuah ungkapan, kau hanya perlu melihat senyuman dariku, kau tidak perlu melihat dukaku." Jawabku mencoba tersenyum manis.
"Kami ada di sini untuk berbagi kesakitan itu denganmu. Kak Raiga, Kak Naoki, Hanami-sama, aku, Yaoru, Kiara dan teman-teman kita di academy ini." Jawab Yoshio menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISEKI ACADEMY
Fantasy"Aku tidak pernah mencari masalah. Tapi masalah itu yang selalu mencariku dan sialnya, dia selalu bisa menemukanku"~~Yuzuru. ~"Hidup tak hanya untuk kekuatan dan pengetahuan" Sepatah kata dari ibuku. Benar, memang benar. Namun hidupku tak berjalan...