chapter 9

680 78 3
                                    

    Hari ini jaemin dan teman-temannya membolos sekolah.

  Entah apa yang akan mereka lakukan sekarang.

"Jaemin lo yakin nerima tantangan mereka? " Jeno.

"Mereka itu tidak bisa ditebak, mereka bisa menggunakan segala cara untuk menang" Haechan.

"Lo pikirin lagi, jaem, kita bisa mundur sekarang" Jeno.

"Taruhannya harga diri guwe, kalian gak ngerti, kalau kalian emang gak mau, ya udah gak usah ikut, biar guwe sendiri yang hadapi mereka" Jaemin.

"Jangan keras kepala, kita juga hawatir tentang keselamatan lo" Jeno.

"Terserah kalian mau apa, tapi guwe tetap nerima tantangan ini" Jaemin.

   Jaemin pergi dari sana meninggalkan temannya yang sudah lelah dengan sikap jaemin.

   Bukan karena apa, tapi ini hanya jebakan, dan jaemin bisa aja terluka.

  Jaemin emang jago bela diri tapi dia tidak tau jika mereka bisa saja menggunakan senjata tajam.




   Disisi lain renjun sedang berada di sekolah bersama teman nya chenle, mereka berdua sedang berada dikantin.

   Mungkin hari ini renjun bisa lebih tenang, karena tidak ada yang mengganggunya.

  Ya, karena jaemin yang selalu mengganggu renjun tidak datang.

"Ge, nanti jadikan nemenin chenle? " Chenle.

"Hhmmm, tapi gege bilang dulu sama baek hyung" Renjun.

  Mereka berdua melanjutkan makan dengan tenang tanpa hawatir apapun.

  Renjun hanya berteman dengan chenle adik kelasnya.
Siapa juga yang mau berteman dengan anak panti, ya walaupun renjun tidak tinggal dipanti, tapi tetap mereka menganggap asal usul renjun tidak jelas, bisa jadi dia anak dari pelacur diluar sana lalu dibuang demi menutupi aib.

   Renjun tidak pernah masalah dengan apa yang diucapkan mereka, renjun masih bersyukur ada yang mau berteman dengannya.

  Chenle orang pertama yang mau berteman dengan renjun, walaupun chenle anak orang kaya tapi dia tidak pernah membeda bedakan dalam memilih teman.

  Chenle tidak pernah melihat dari mana asal usul tersebut dalam mencari teman, menurut dia jika orang tuanya punya dosa, apakah anaknya juga berdosa, bahkan anaknya saja tidak tau apa kesalahan orang tuanya tapi justru anaknya yang jadi korban.

    Saat hendak kembali ke kelas renjun tidak sengaja mendengar salah satu murid membicarakan nya.

"Pasti orang tuanya butuh duit tuh, hingga menjual tubuhnya, lalu setelah lahir dia buang anaknya ke panti"

"Bukannya panti asuhan emang teman anak buangan seperti dia, malu maluin sekolah saja"

  Renjun terdiam sejenak mendengar cacian mereka, jujur renjun merasa sakit hati, dia emang di buang keluarganya tapi dia bukan anak dari seorang jalang, dia tidak terima itu semua apalagi mereka sudah menghina panti asuhan tempat dia sering dititipkan dulu saat baekhyun bekerja.

   Chenle yang masih berada di samping renjun tidak bisa tinggal diam, tapi lagi lagi renjun menghalanginya untuk membalas mulut pedas mereka.


   Jam pulang sekolah tapi kali renjun berada di dalam mobil milik chenle sesuai rencana, hari ini pulang sekolah dia akan menemani chenle membeli sesuatu.

"Pulang jam berapa ? " Baekhyun.

  Renjun tengah menghubungi hyungnya untuk izin pulang terlambat hari ini.

"Tidak tau hyung, mungkin sore atau gak malam" Renjun.

"Jangan terlalu larut, diluar bahaya" Baekhyun.

"Iya hyung, janji sebelum makan malam aku ada dirumah kok" Renjun.

"Hyung pegang janjimu, yaudah hati hati" Baekhyun.

   Baekhyun mematikan sambungan terlebih dahulu,
mungkin hyung nya masih sibuk, itu yang ada dipikiran renjun.

  

   Malam hari jaemin pemuda itu pergi ke suatu tempat yang sepi sendirian, tidak ada kata takut dalam dirinya jika itu menyangkut harga dirinya.

"Ternyata kau datang juga, SENDIRI!! Waow kau datang sendiri" Felix.

   Felix dan teman-temannya memang selalu mencari masalah dengan jaemin yang merupakan musuh bebuyutan nya, mereka bukan anak sekolahan, mereka bahkan tidak punya tempat tinggal, bisa dibilang mereka berandalan yang suka buat polisi kewalahan jika ingin menangkap mereka.

"Kenapa jika aku datang sendiri? " Jaemin.

"Waow besar juga nyalimu melawan kita bertiga tanpa bantuan siapapun, hebat HEBAT! Kau siap mati rupanya" Felix.

"Guwe muak liat mukanya" Hyunjin.

"Sebelum kita lawan dia bukannya lebih baik kita bicarakan fakta disini" Bang chan.

"Na jaemin, waow beruntung sekali kau karena tuan park mau mengadopsimu hhmm" Felix.

"Apa maksudmu? " Jaemin.

"Na jaemin itu nama aslimu bukan park jaemin, kau bukan anak kandung keluarga park jaemin, seharusnya yang ada di posisimu saat ini adalah renjun, park renjun yang merupakan putra kandung dari seorang park chanyeol" Felix.

   Jaemin sudah tersulut emosi saat ini, dia tidak bisa menerima dan mempercayai begitu saja ucapan felix.

"Kau pikir aku percaya" Jaemin.

"Eettss, aku belum selesai bicara, kau tau saat itu park renjun terlahir cacat sedangkan park chanyeol tidak mau mempunyai anak cacat, akhirnya dia menyuruh seseorang untuk melenyapkan bayi renjun, dan menggantikannya dengan mu jaemin, coba bayangkan jika keluarga park bertemu dengan anak kandungnya yang dulunya cacat sekarang sembuh bahkan menjadi murid beasiswa yang berarti mempunyai kepintaran diatas rata-rata bukan, pasti mereka akan berusah mendapatkan renjun kembali dan mengusir anak yang bahkan selalu membuat ulah dan tidak punya catatan prestasi sedikitpun sepertimu"Felix.

"Cukup kau berbohong" Jaemin.

   Tidak jaemin tidak mau itu terjadi, apa yang sekarang menjadi miliknya akan terus menjadi miliknya.

   Jaemin yang sedang tersulut emosi karena ucapan felix langsung menyerang ketiga orang itu tanpa ampun.

   Perkelahian mereka cukup sulit tapi jaemin walaupun sendiri bisa menjatuhkan mereka bertiga.

   Tapi sepertinya perkiraan nya salah, saat jaemin lengah dan tanpa diketahui salah satu dari mereka ada yang membawa pisau dan....

jleb

  Jaemin tidak bisa menghindar saat pisau itu tertancap secara sempurna di perutnya.

   Sedangkan felix dan teman-temannya memilih kabur sebelum ada seseorang yang datang.


    Renjun yang saat itu baru pulang harus berhenti digang sepi karena melihat seseorang yang sedang terluka.

   Renjun mendekati orang itu perlahan karena takut orang itu hanya pura-pura terluka lalu balik melukainya.

   Renjun terkejut meliha siapa yang sedang terluka itu, orang yang selama ini membully nya disekolah, tapi apalah daya renjun memiliki hati seperti malaikat.

  Renjun tidak bisa melihat orang yang terluka, renjun berjongkok dan melihat ada pisau yang masih tertancap diperut jaemin.

   Renjun perlahan menarik pisau tersebut tapi
















"Jangan bergerak....... "

senja ( End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang