***
Jiyong datang bersamaan dengan seorang kurir kilat. Mereka berpapasan di depan pintu, juga dengan Lisa yang membuka pintu itu karena seseorang menekan belnya. "Paket dari Eric," ucap Jiyong, menyerahkan paket yang beberapa detik lalu dititipkan padanya.
Lisa membuka paket itu sembari berjalan ke meja makannya. Ia menemukan sebuah handphone siap pakai di sana. Ia juga menemukan sepucuk surat dalam sebuah kartu ucapan– "Your smile in the rain is the most beautiful thing. Breathe again, just breathe again," tulis Eric dalam kertas tebal itu. Membacanya justru membuat Lisa merasa sesak. Entah apa alasannya, saat seseorang memintanya untuk tetap kuat, untuk berhenti menangis, untuk tetap tersenyum, ia justru ingin melakukan yang sebaliknya, hatinya justru terasa sesak.
"Kau sudah memesan makanan?" tanya Jiyong, yang terlihat tidak peduli pada paket yang baru saja Lisa buka. Bukan benar-benar tidak peduli, Jiyong hanya ingin cepat-cepat mencari topik lain hingga mereka bisa segera menyingkirkan paket itu seolah paketnya tidak pernah datang.
"Belum," geleng Lisa sembari tersenyum, seperti yang Eric minta.
Masih sembari tersenyum, gadis itu memasukan kembali kartu ucapan dari Eric ke dalam kotaknya. Ia hanya memerlukan handphonenya, jadi ia nyalakan handphone itu setelah menyingkirkan kotak paket serta surat kecilnya di tempat sampah.
"Apa yang ingin kau makan? Aku tidak tahu harus memesan apa," balas Lisa, masih sembari tersenyum namun kini ia memberikan seluruh perhatiannya pada Jiyong, handphone barunya bisa menunggu, Eric juga bisa menunggu. Tapi Jiyong mungkin akan langsung pergi kalau terus diabaikan. Lisa perlu mendahulukan prioritasnya.
"Masakanmu?"
"Maksudmu mie instan?"
"Kau ingin aku mengajarimu memasak?"
"Aku bisa memasak, hanya saja tidak ada yang bisa aku masak sekarang."
"Kalau begitu kita bisa pergi berbelanja," tawar Jiyong namun Lisa menggelengkan kepalanya. Ia enggan pergi berbelanja, ia enggan pergi keluar rumah. "Kenapa? Karena penggemar Suga mengganggumu? Aku melihat beberapa wanita di tempat parkir, tapi aku yakin mereka tidak akan melakukan apapun padamu."
"Bukan itu," geleng Lisa. "Aku tidak ingin mandi dan memakai make up-"
"Tidak perlu melakukannya."
"Tidak mau," tolak Lisa dan akhirnya mereka berbelanja dengan handphone Jiyong– mereka berbelanja dengan layanan pesan antar dari supermarket terdekat.
Jiyong menggeser meja di ruang tengah. Membuat ruangan itu jadi semakin luas, hingga mereka berdua dapat berbaring di atas karpet lembut. Dengan dua bantal dari kamar tidur, keduanya berbaring berdampingan. Jiyong memegang remote TV, sedang Lisa memakai handphone Jiyong di sebelahnya. "Apa yang harus aku masak?" tanya Lisa, sembari menunjukan katalog yang ia lihat di handphone itu. Lisa masih belum menyalakan handphone barunya, sedang handphone lamanya sudah ia matikan karena tidak berhenti berdering. "Daging ayam, atau sapi? Atau ikan?"
"Sapi? Steak dan wine."
"Bukankah ini masih terlalu pagi untuk segelas wine? Ini baru jam sepuluh."
"Bukankah kita baru bisa makan di jam makan siang?"
"Kalau begitu, bukankah ini masih terlalu siang untuk wine?"
"Kau tidak ingin makan steak kan?" balas Jiyong dan Lisa mengangguk, dengan sedikit kekehan kecil dari bibirnya. "Kalau begitu masak apa saja yang kau inginkan. Aku memakan apapun."
"Beritahu aku apa yang ingin kau makan selain steak dan wine," bujuk Lisa, yang kini merubah posisinya menjadi telungkup, sengaja agar ia bisa menatap Jiyong yang ada di sampingnya. Gadis itu menumpu dada serta kepalanya menggunakan siku, sedang tangannya masih memegangi handphone Jiyong. Rambutnya yang panjang, ia biarkan tergerai, membuatnya jadi terlihat sedikit berantakan. Kalau bukan teman dekat, Lisa tidak akan membiarkan Jiyong melihatnya berantakan begini. Bahkan di depan Seunghyun maupun BIBI, Lisa tidak akan menunjukan wajah tanpa riasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling Society
FanfictionUang bukan segalanya, uang tidak bisa membeli kebahagiaan, begitu kata sebagian orang naif yang kutemui. Entah apa alasan mereka mengatakannya, tapi untukku, meski bukan segalanya, uang bisa membeli kebahagiaan. Kalau uang yang kau miliki sekarang...