10

601 130 0
                                    

***

Setelah menikmati ayam goreng dan bir, mereka pergi untuk ronde kedua. Kali ini mereka menikmati sesuatu yang hangat, mie instan dengan soju pahit. Lisa mengeluh karena rasa pahitnya, tapi mereka tetap memesan botol soju yang kedua. Setelahnya, di pukul tiga pagi, Jiyong memanggil seorang supir pengganti. Ia merasa mabuk, karenanya ia memilih untuk tidak mengemudi.

Lisa bersandar ke mobil sembari menunggu supir pengganti mereka datang. Sementara Jiyong berjongkok di sebelahnya. Dengan kepala yang sama-sama tertunduk, mereka terkekeh. "Aku..." mabuk Jiyong, setengah tertawa. "They said, i look like the hot bad boy. But- no. I'm not. I'm like the most soft marshmallow, soft nice boy.

Lisa tertawa mendengarnya. Sembari mengangguk, gadis itu mengatakan kalau ia menyetujui pendapat Jiyong. "Aku jadi ingin makan marshmallow," komentarnya.

Jiyong mengangkat tangannya ke hadapan Lisa. Ini marshmallow– itu yang ingin Jiyong katakan dengan gerakannya. Tapi, tanpa tahu apa yang pria itu rencanakan, Lisa meraih tangan itu kemudian menariknya, meminta Jiyong untuk berdiri. Jiyong berdiri, mereka bertatapan kemudian sama-sama tersenyum. Malam ini, alkohol membuat mereka bahagia, membuat keduanya merasa senang tanpa alasan.

"I'm like the most soft marshmallow, soft nice boy," ulang Jiyong dan Lisa menganggukan kepalanya, menyetujuinya.

"Okay, soft nice boy," angguk Lisa sembari menepuk-nepuk bahu Jiyong. "Tapi... Soft nice boy seharusnya tidak mengumpat," geleng Lisa, masih sembari tersenyum, masih sembari terkekeh.

"Fuck you hoe, i don't want you back. Leave me alone. Die out like a candle in the wind. Get out of my house, bitch-"

"Kenapa kau mengumpat padaku?" cemberut Lisa dan Jiyong menggeleng, mengatakan kalau ia tidak mengatakan semua umpatan itu untuk Lisa.

Lisa kembali terkekeh. Ia tahu umpatan itu bukan untuknya. Mereka hanya terlalu mabuk untuk bisa mengobrol dengan benar, dengan runtut, dengan jelas. Ditengah tawa mabuk itu, seorang pria tiba, supir pengganti yang Jiyong pesan beberapa menit lalu. Sejurus kemudian, mereka duduk di kursi penumpang bagian belakang, sedang mobil melaju menuju tempat tinggal Lisa.

Mereka tertidur saat mobil melaju, Jiyong bersandar pada jendela di sebelahnya. Sedang Lisa meringkuk ke samping, menekuk setengah tubuhnya menjadi kecil agar tidak mendorong Jiyong. Saking mabuknya, keduanya tidak sadar seberapa jauh perjalanan itu. Jiyong bangun tepat di saat mobilnya berhenti di depan gedung apartemen Lisa.

"Parkir mobilnya," pinta Jiyong sembari menoleh, memperhatikan Lisa yang meringkuk seperti kucing rumahan di sudut dapur. "Pinggangnya pasti sakit setelah ini," gumam pria itu sembari mengusap helaian rambut Lisa, perlahan membangunkannya.

Mobil selesai diparkir dan mereka keluar dari sana– kecuali Lisa. Jiyong mengeluarkan dompetnya, memberikan beberapa lembar uang tunai pada supir penggantinya kemudian melihat punggung si supir yang pergi menjauh. Berbisik, Jiyong itu kembali mengumpat. Setelah bangun tidur, mabuknya mulai reda, tapi kepalanya jadi luar biasa sakit sekarang.

Jiyong kembali membuka pintu belakang mobilnya, pintu yang ada di sebelah kepala Lisa. "Lisa, kita sudah sampai," lembut pria itu, disusul uluran tangan Lisa yang tidak bisa bangun. Posisi tidurnya membuat gadis itu semakin tersiksa saat bangun.

"Pinggangku," keluh Lisa, yang akhirnya masuk ke dalam gedung apartemennya dengan bantuan Jiyong– pria itu merangkulnya, membantunya berjalan bahkan memeganginya ketika mereka berdiri di dalam lift. "Aku punya wine di rumah, mau mampir?" tawar Lisa, yang kemudian mengingat supir pengganti mereka. "Oh! Si supir! Dia pasti menunggumu-"

Sparkling SocietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang