***
"Kalau aku memberitahu Jiyong soal ini, dia akan sangat marah," ucap Lisa, pada pria yang tengah ia telepon. Gadis itu sudah berada di bandara. Ia tengah menunggu kopernya, lantas memakai sedikit waktunya untuk menelepon Eric. "Hubungi seorang reporter, minta dia mengikuti Suga. Hari ini, aku akan menghabiskan waktuku dengannya."
"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Eric, yang tengah berada di studionya sendiri.
"Mantan kekasihnya Jiyong yang memberiku ide. Aku sudah lama memikirkannya... Sejak bertemu dengan Nana dan mendengarkan kisahnya? Kurasa sudah sejak saat itu aku membayangkannya," jawab Lisa. "Tapi aku akan mengemasnya dengan sangat baik, seperti dalam film. Aku produser, aku pernah memproduksi film. Percayakan ini padaku, kau hanya perlu menjaga rahasia seperti biasanya."
"Bagaimana kalau kau terluka?" tanya Eric. "Seperti dalam Gone Girl? Kau akan menusuk vaginamu sendiri dengan botol kemudian mengaku di perkosa? Kalau iya, saat ini juga aku akan menelepon polisi, bukan reporter," resah pria itu, yang sebenarnya ingin menemui Lisa di bandara namun Suga sudah lebih dulu melaju ke sana, untuk menjemput Lisa.
"Kau pasti sedang sendirian, karena itu kau bisa bicara dengan sangat santai begitu," Lisa berkomentar. "Tidak, tentu saja aku tidak akan melukai asetku satu-satunya untuknya. Lagi pula, aku tidak menelepon untuk mendapatkan izinmu. Aku menelepon karena aku butuh asuransi. Aku akan menghapus semua nomor telepon di handphoneku, kecuali nomor teleponmu. Kalau aku terluka, aku akan meneleponmu, tapi, jangan datang, kirim saja ambulance atau seseorang untuk datang padaku. Tapi jangan Jiyong, jangan Jennie, jangan menelepon seseorang yang mengenalku. Kirim saja petugas kebersihan di perusahaanmu atau petugas keamanan, tapi jangan seseorang yang mengenalku."
Awalnya Eric mendengarkan permintaan aneh itu dengan tenang, namun di detik selanjutnya pria itu marah. Eric berteriak, membentak Lisa dan mengatakan kalau apapun yang sedang Lisa rencanakan saat ini adalah hal paling gila yang pernah Eric bayangkan. Lisa bisa menelepon polisi. Lisa bisa melaporkan semua yang terjadi pada Stephanie kepada polisi. Lisa bisa menuntut mereka, dan itu adalah cara yang sangat mudah, sangat aman– pikir Eric. Namun Lisa berfikir sebaliknya, sebab melaporkan apa yang terjadi pada Stephanie hanya akan membuat keadaan jadi riuh. Lisa tidak menginginkan keriuhan itu. Lisa tidak ingin Stephanie di sebut kembali. Lisa tidak ingin Nagyeom melihat Stephanie yang sakit ada di berita.
Rencana pertama Lisa– tanpa izin maupun restu siapa pun– dimulai dengan munculnya berita kalau Suga datang ke bandara untuk menjemput kekasih Michigannya. Suga sudah memakai penyamarannya– topi dengan masker– Lisa pun sama, namun reporter yang memang diundang tadi bisa dengan mudah menemukan mereka juga sudut-sudut foto mesra yang bisa dipamerkan.
Lisa merasa tengah berada di dalam sebuah film, dimana ia yang jadi tokoh utamanya. Tapi Suga tidak menyadari banyaknya kamera yang diam-diam merekam mereka. "Bagaimana kalau ada reporter yang melihatnya?" khawatir Lisa, namun Suga meyakinkan gadis itu kalau mereka akan baik-baik saja. Suga bilang kalau hotel yang ia pilih punya sistem keamanan sempurna untuk melindungi mereka dari reporter. Padahal mereka hanya pergi untuk makan, tapi reporter yang Eric kirim nyatanya bisa menulis sebuah berita panas hari itu.
Semuanya kacau, tampa Suga sadari. Pria itu terlalu lembut– Lisa pikir– sebab Suga jadi sangat perhatian, sangat ramah, sangat manis setelah tahu kalau Lisa baru saja mengunjungi Stephanie. Suga dan aktingnya yang berlebihan– demi mendapatkan simpati dari Lisa– tidak peduli pada panggilan panik dari orang-orang di agensinya.
Puncaknya terjadi saat Lisa sengaja memesan sebuah kamar di dalam hotel itu. Awalnya Suga pikir Lisa akan semudah itu, dijemput satu kali, dihibur satu kali dan wanita itu bisa langsung membuka kakinya untuknya. Tapi Suga salah, Lisa menyuruh Suga untuk pergi.
"Terimakasih karena sudah menjemput, mentraktir sampai mengantarku," pamit Lisa tanpa mengizinkan Suga untuk menetap di dalam kamar hotelnya. "Pulanglah, akan jadi masalah kalau ada orang yang melihat kita di sini," susul Lisa, yang sebelumnya mengatakan kalau ia terlalu lelah untuk pulang ke apartemennya.
"Tapi-"
"Jangan khawatir, aku benar-benar baik sekarang. Aku tidak akan melakukan sesuatu yang buruk di sini, hanya tidur, kau bisa menjemputku lagi besok," potong Lisa, yang kemudian memeluk Suga, mengecup pipi kirinya, memberi salam sederhana sebelum benar-benar mendorong pria itu untuk pergi. Ia hanya melakukan sapaan yang biasa dilakukannya pada teman-temannya di Michigan, namun perbedaan kultur membuat Suga jadi gila– Suga tersenyum sangat lebar kemudian melangkah pergi. Ia suka sesuatu yang sedikit sulit di raih dan kini Lisa tengah mempermainkannya– tarik ulur, pikir Suga.
Hari itu, bukan hanya CEO Bang yang kesulitan karena berita-berita yang keluar. Berita-berita, komentar-komentar yang mengalir deras bagai sebuah sungai berarus juga membanjiri perusahaan tempat Lisa bekerja. Jiyong, semua karyawan sampai Seunghyun dibuat kebingungan karena tulisan para reporter yang membicarakan Lisa. Berita kali ini lebih berisik daripada berita sebelumnya, namun apa yang Jiyong bisa lakukan? Ia bahkan tidak tahu apa yang sedang Lisa pikiran sekarang.
"Oppa apa yang sebenarnya sedang terjadi?" tanya Jennie, yang tidak punya tujuan lain selain studio rekamannya, ia tidak punya orang lain yang bisa ditanyainya selain Jiyong. Seunghyun sibuk dengan panggilan dan aktivitasnya di Michigan, sedang Lisa tidak bisa di hubungi.
"Yang aku tahu, aku sedang di selingkuhi sekarang, tapi tidak bisa meninggalkan kantor. Sialan," umpat Jiyong, hampir membanting telepon di meja kerjanya yang terus berdering karena panggilan para reporter. "Tanya Eric. Tadi Lisa bilang kalau Eric yang akan- sial! Dia bilang Eric yang akan menjemputnya tapi berita apa ini?! Dia pergi ke hotel dengan Suga?! Apa dia sudah gila?! Ya! Dimana otak temanmu itu?!" marah Jiyong, melampiaskan semua emosinya pada siapapun yang ada di hadapannya.
"Ini bukan rencananya untuk-"
"Aku juga tidak tahu! Harus berapa kali aku bilang padamu kalau aku tidak tahu, Kim Jennie?!"
"Lalu pada siapa aku harus bertanya?! Eric juga tidak tahu! Lisa tidak bisa dihubungi, lalu apa yang harus aku lakukan?!" kesal Jennie, membentak tidak kalah kencang.
"Lisa hanya staff di sini, kita tidak berhak mencampuri urusan pribadinya. Tulis itu di website kantor. Tulis kalau kita tidak tahu apapun dan tidak berhak ikut campur dalam urusan pribadinya, Lisa bukan public figure," suruh Jiyong, pada BIBI, mengabaikan Jennie yang sudah buru-buru datang karena panik.
Bahkan saat Jennie dan Jiyong ingin pergi ke hotel tempat Lisa menginap, mereka tidak bisa melakukannya. Alasannya? Karena ada banyak reporter yang mencari Lisa di sana. Demi melindungi pengunjungnya, pihak hotel tidak mau memberikan informasi apapun bahkan pada Jennie dan Jiyong yang mengaku sebagai keluarga Lisa. Kecuali Lisa sendiri yang ingin menemuinya, tidak ada seorang pun yang bisa meraihnya. Padahal itu hanyalah sebuah hotel di tengah kota, tapi Lisa tersembunyi seolah ia tengah melarikan ke hutan terpencil.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling Society
FanfictionUang bukan segalanya, uang tidak bisa membeli kebahagiaan, begitu kata sebagian orang naif yang kutemui. Entah apa alasan mereka mengatakannya, tapi untukku, meski bukan segalanya, uang bisa membeli kebahagiaan. Kalau uang yang kau miliki sekarang...