35

524 106 18
                                    

***

Dua hari kemudian, Jiyong berlari di lorong rumah sakit. Yongbae yang menghubunginya, mengatakan kalau Lisa ada di rumah sakit dan akan di rawat untuk beberapa minggu. Sebelah kaki Lisa patah, sebab gadis itu jatuh dari lantai dua hotel tempatnya menginap. Bersamaan dengan Yongbae yang memberitahu Jiyong, Seunghyun juga memberitahu orangtua Lisa, sebelum kedua orang tua itu mengetahui kejadiannya dari berita.

Lisa tengah melakukan panggilan video ketika Jiyong datang dengan raut paniknya. "Baru kali ini aku merasa tenang karena kau pernah ikut parkour," ucap Diane, mengomentari putrinya yang bisa duduk dengan tenang meski ia punya beberapa luka di tangan dan bibirnya. "Bagaimana kau bisa jatuh? Kau benar-benar di dorong?" susulnya, sedang Jiyong masih terpaku di pintu, memperhatikan Lisa yang duduk sendirian di ranjangnya, di ruangan itu.

"Iya, dia salah paham. Dia marah karena dia kira aku berkencan dengan artisnya. Tapi aku tidak berkencan dengan artisnya, aku berkencan dengan orang lain," ucap Lisa, yang kini menoleh pada Jiyong, tersenyum pada pria itu meski ia sendiri tahu kalau Jiyong sangat marah sekarang.

Agar Diane tidak khawatir, Jiyong tersenyum saat Lisa memperkenalkannya pada orangtuanya. Pria itu bersikap seolah ia khawatir akan keadaan Lisa, namun tetap tersenyum sebab ia senang berkenalan dengan orangtua kekasihnya. Panggilan itu berakhir, hampir bersamaan dengan tibanya Jennie di sana. Lisa tidak tahu kenapa Jiyong dan Jennie datang hampir bersamaan, di jam kerja, tapi gadis itu tidak begitu peduli, ia justru tersenyum pada Jennie, melambaikan tangannya untuk menyapa wanita yang membuka pintu tanpa mengetuk sebelumnya. "Kenapa kau sengaja jatuh begitu?! Kau gila ya?!" seru Jennie, menunjukan sebuah video amatir yang di rekam orang-orang di sekitaran hotel saat kejadian itu terjadi.

"Aku tidak sengaja jatuh, tanganku memang tidak- kau akan pergi?"

Jiyong melangkah menjauh, berencana keluar dari ruang rawat itu namun Lisa sudah lebih dulu menahan tangannya. Gadis itu turun dari ranjang, berdiri, menahan Jiyong agar tidak pergi. "Ya! Kau tidak- kau baik-baik saja? Kau hanya berpura-pura?!" seru Jennie, meski setelahnya Lisa menggelengkan kepalanya karena pada kenyataannya kaki gadis itu tetap terluka, meski tidak sampai patah tulang.

Kwon Jiyong menyuruh adiknya keluar. Ia minta Jennie agar meninggalkan mereka berdua, supaya mereka bisa bicara sebelum Jiyong ketinggalan lebih banyak hal mengenai kekasihnya. "Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? Kemana kau beberapa hari ini? Kau bilang Eric yang akan menjemputmu di bandara, kenapa justru Suga yang datang? Ada apa dengan berita yang muncul? Kau bersama Suga di hotel itu? Kau tidur dengannya? Lalu kenapa kau terluka? Kau bilang kau pernah belajar parkour, tapi apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? Apa yang sebenarnya kau rencanakan? Kenapa kau tidak mengatakan apapun padaku?" cerca Jiyong, terus bicara tanpa memberi Lisa cukup jeda untuk menjawab. Pria itu khawatir. Jiyong hampir gila karena khawatir, dan Lisa memilih untuk membiarkannya.

"Kau tahu bagaimana perasaanku? Aku tidak mengetahui apapun. Tidak ada seorang pun yang menjawab pertanyaanku. Aku tidak bisa menghubungimu. Aku tidak bisa menemuimu di hotel. Kau seperti sedang mengurung diri, aku tidak bisa meraihmu dan itu membuatku hampir gila! Menurutmu ini menyenangkan sampai kau bisa tersenyum seperti tadi?!" kesal Jiyong, yang setelahnya sibuk mengatur nafas sementara Lisa memeluknya tanpa mengatakan apapun.

"Maafkan aku, aku kehabisan waktu," ucap Lisa, masih memeluk Jiyong, meski pria itu tidak membalas pelukannya.

"Tetap saja. Bagaimana bisa kau tidak memberitahuku sama sekali?" balas Jiyong, masih kesal, luar biasa kesal.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk meyakinkanmu. Kau tidak akan mengizinkannya kalau aku memberitahumu," jujur Lisa. "Aku hanya punya satu kesempatan, waktunya tipis, terdengar seperti alasan tapi aku rasa, aku harus menyelesaikannya sekarang atau tidak sama sekali. Stephanie mungkin tidak akan memahami situasi ini, tapi Nagyeom tumbuh semakin besar, orangtuaku semakin tua, aku- kalau aku tidak melakukannya sekarang, aku akan melukai lebih banyak orang. Aku salah, padamu, jadi aku minta maaf."

Jiyong masih kesal seharian itu. Tapi ia tidak pergi. Sesekali pria itu keluar untuk menjawab telepon, atau sekedar membeli beberapa keperluan di minimarket, tapi ia tidak melangkah keluar dari area rumah sakit. Ia ada di sana, menemani kekasihnya yang tidak seberapa sakit namun dikhawatirkan banyak orang seolah tengah berada di masa kritis.

"Sebenarnya aku sama sekali tidak merencanakannya," ucap Lisa, bercerita pada Jennie sementara Jiyong menelepon Seungri di lorong rumah sakit. "Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali aku belajar parkour, kau pikir aku masih mengingatnya? Tentu saja tidak. Untungnya aku tidak memilih kamar di lantai sembilan belas atau dua puluh. Aku ingin mendengar obrolan orang-orang di depan hotel, jadi aku memilih kamar yang tidak terlalu tinggi. Aku pikir mereka hanya akan menampar atau memukulku, aku menyimaknya lilin siapa tahu mereka mau membakar hotel itu. Aku menyiapkan gelas, vas bunga, siapa tahu mereka mau memukulku dengan itu. Aku bahkan berencana membeli stik golf. Aku sengaja berdiri di dekat jendela, aku membuka jendelanya, agar seseorang di bawah bisa samar-samar mendengar kami. Dorongan pertama aku membentur meja. Tapi tiba-tiba dia mendorongku lagi dan aku kehilangan keseimbangan. Aku menginjak kuas make up-ku yang jatuh dari meja lalu terhuyung dan jatuh. Ku pikir aku akan mati. Aku sangat takut jadi aku berusaha mencari pegangan. Aku berhasil dan ini hasilnya."

"Kalau Jiyong oppa mendengar ini, dia akan mengamuk dan marah lagi. Karenamu, akhir-akhir ini dia terus marah," gumam Jennie, menanggapi cerita itu. "Tapi kau bilang mereka, siapa mereka? Bukan hanya CEO Bang?"

"Seorang manager senior, sama menyebalkannya dengan CEO Bang. Dia bilang aku sengaja mendekati Suga agar aku ikut terkenal. Kalau memang hanya terkenal yang ku inginkan, aku sudah melakukannya dengan Tom," gerutu Lisa.

"Tapi kau sungguhan tidak tidur dengan Suga?"

"Ya! Apa menurutmu aku masih-"

"Maksudku, dia tidak memperkosamu kan?" potong Jennie dan untungnya Lisa menggelengkan kepalanya. "Kemarin aku hampir menampar Jiyong oppa," cerita Jennie kemudian. "Awalnya aku hanya ingin bercerita. Aku ingin menanyakan tentang Seunghyun oppa padanya. Tapi setelah aku bercerita, tiba-tiba saja dia bertanya padaku– mau berciuman denganku?– begitu katanya. Aku hampir menamparnya, tapi saat aku melihat wajahnya, dia terlihat kesal. Lalu aku bilang, kalau aku akan berpura-pura tidak mendengarnya, dan setelahnya dia menepuk-nepuk bahuku. Aku tidak memahaminya, ku rasa dia hanya terlalu merindukanmu, kalian sudah lama tidak berciuman karena kau pulang. Tapi akhirnya, aku mengerti, Seunghyun oppa mengatakan sesuatu yang membuatku sedih, bukankah itu artinya Jiyong oppa ingin aku berpura-pura tidak mendengarnya?"

"Jadi kalian tidak berciuman?" tanya Lisa, hampir bersamaan dengan kembalinya Jiyong di pintu ruang rawat.

"Tidak," geleng Jennie.

"Ah... Tidak menyenangkan," susul Lisa sementara Jiyong masih sibuk dengan pesan di layar handphonenya. Terlihat dengan seorang bintang besar dan agensinya membuat kantor mereka jadi ikut kewalahan. "Jiyong, kiss me," ucap Lisa setelahnya, sengaja untuk mencari perhatian kekasihnya.

Lisa mendapatkannya, perhatian Jiyong. Awalnya Jiyong hanya mengecup lembut bibirnya, tapi Lisa sengaja menahan pria yang membungkuk itu. Ia buat ciuman mereka terasa jadi lebih menantang, di depan Jennie yang selanjutnya berdecak. Gadis itu belum selesai bercerita tapi Lisa sudah memamerkan kemesraannya di hadapan Jennie.

"Augh! Menyebalkan! Ya ya ya aku pergi," keluh Jennie, yang setelahnya melangkah keluar sembari membawa handphone Lisa yang berdering– panggilan dari Seunghyun.

***

Sparkling SocietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang