***
Hari sudah malam, Lisa tidur di kamarnya sendiri, Stephanie pun berbaring di kamarnya, begitu juga dengan orangtua mereka. Sedang Seunghyun dan Nagyeom, berbagi ranjang di kamar tamu. Tengah malam sudah datang ketika Lisa melangkah keluar dari kamarnya. Gadis itu berjalan menuruni tangga rumahnya kemudian membuka pintu belakang dan duduk di teras belakang rumahnya.
Lisa duduk di sana, menatap halaman gelap di hadapannya kemudian meraih handphonenya yang bergetar. Jiyong menelepon. "Semuanya baik-baik saja. Daripada ibu dan anak, Stephanie dan Nagyeom kelihatan seperti dua anak kecil yang sedang bermain. CEO Choi ada di antara mereka sebagai penerjemah. Sore ini mereka bahkan bertengkar karena berebut mainan. Stephanie juga kesal karena tidak boleh tidur bersama teman barunya, dia merajuk, menangis lalu tidur. Stephanie dan Nagyeom tidak akan tidur kalau terus bersama. Mereka terus bermain. Kasihan CEO Choi, dia kelelahan," cerita Lisa di tengah-tengah panggilan itu.
Pembicaraan mereka berlangsung setidaknya selama satu jam, mungkin juga lebih. Lantas, tidak lama setelah panggilan itu berakhir Lisa menoleh ke pintu belakang rumahnya karena di sana ada Seunghyun yang baru saja tiba. "Apa kau butuh sesuatu CEO Choi?" tanya Lisa, ia langsung menyimpan handphonenya begitu menyadari keberadaan Seunghyun di belakangnya.
"Sejak kapan kau berkencan dengan Jiyong?" tanya Seunghyun, yang kini duduk di kursi lain, di sebelah Lisa. Ada dua kursi kayu di teras belakang itu, dengan sebuah meja yang juga dari kayu diantara keduanya. "Apa aku boleh merokok di sini?" susulnya, sembari mengeluarkan sebungkus rokok dengan pematiknya.
"Belum lama," jawab Lisa yang setelahnya mempersilahkan Seunghyun untuk menghisap tembakaunya.
Lisa duduk dalam diam, begitu juga dengan Seunghyun yang merokok dalam diam. Hanya ada suara pelan bara api dari tembakau yang terbakar setiap kali Seunghyun menghisap rokoknya. Sesekali suara tarikan dan helaan nafas menemani mereka. Kali ini malam sedang terlalu sunyi, hingga Seunghyun bisa mendengar bisikan Lisa.
"Ayahku ingin Nagyeom tinggal di sini," bisik Lisa, yang kemudian kembali membisu. Ucapannya sukses membuat Seunghyun semakin tertekan. Pria yang sebelumnya hanya menghisap sebatang rokok, kini menyulut sebatang lainnya– ia menghisap dua rokok sekaligus– menggambarkan rasa kalutnya dengan sangat jelas meski tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. "Tapi aku tidak menyetujuinya," susul Lisa setelah lima menit berlalu. "Nagyeom tidak akan hidup dengan baik di sini. Orangtuaku sudah cukup kewalahan mengurus Stephanie. Aku ragu Nagyeom akan bahagia kalau tinggal di sini."
"Biarkan Nagyeom tinggal bersamaku. Aku akan langsung membawanya ke sini kalau orangtuamu ingin bertemu dengannya, kalau Stephanie ingin bertemu dengannya," jawab Seunghyun, merasa sedikit lega meski ia ragu Lisa akan berhasil membujuk ayahnya.
Lisa akan tetap jadi putri bagi orangtuanya, setua apapun usianya dan Seunghyun rasa dalam masalah ini, orangtua Lisa tidak akan mendengarkan pendapat putri mereka. Lisa hanya seorang anak, ia tidak akan memahami bagaimana perasaan orangtuanya, bagaimana perasa kakek dan neneknya, bagaiman perasaan Stephanie, jadi pendapatnya tidak aka berguna– tebak Seunghyun, setelah semua pengalamannya sendiri. Tahu apa kau tentang mengurus anak? Tahu apa kau tentang yang terbaik bagi Nagyeom? Kau hanya anak-anak, kau bahkan belum menikah– Seunghyun yakin kalau ayah Lisa pasti akan mengatakan itu pada putrinya. Seunghyun harus mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan paling buruk dalam hidupnya kali ini.
"Ayahku menolak pendapatku," susul Lisa, membuat Seunghyun kembali menarik dalam-dalam tembakaunya meski ia tahu kalau itu akan terjadi. "Tapi, ibuku bilang kita tidak boleh memaksa Nagyeom untuk tinggal di sini. Jadi, kami memutuskan untuk meminta Nagyeom memutuskan sendiri dimana ia akan tinggal. Tidak masuk akal kan? Nagyeom bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya besok lusa. Dia masih terlalu kecil untuk membuat keputusan, dia belum tahu apapun-"
"Nagyeom tahu," potong Seunghyun. "Nagyeom tahu lebih banyak hal dari kita. Apa kau tahu bagaimana caranya membedakan kecoa jantan dan betina? Tidak kan? Mungkin kau pernah tahu tapi melupakannya, tap Nagyeom tahu cara membedakannya. Nagyeom tidak bisa menghitung uang di rekeningmu dan memutuskan apa yang harus kalian beli, tapi Nagyeom tahu barang apa yang harus dia beli untuk membuatnya senang. Orang dewasa seperti kita menunda memiliki sesuatu karena berbagai alasan, tapi Nagyeom tidak, dia tahu apa yang dia inginkan dan akan berusaha mendapatkannya, sampai dapat. Kau pernah mendengar anak-anak bilang terserah saat ditanya apa yang ingin ia makan? Tidak kan? Mereka tahu, apa yang mereka inginkan. Hanya saja orang dewasa sering meragukan kata-kata mereka, hanya saja orang dewasa sering bersikap seolah-olah mereka tahu mana yang terbaik untuk anak-anak itu."
Malam itu, Seunghyun bercerita, kalau selama dua tahun terakhir ini– beberapa waktu setelah perceraiannya– ia merubah caranya merawat Nagyeom. Seunghyun tidak mengatakan alasannya bercerai, namun pria itu mengatakan kalau Nagyeom sangat sedih karena perpisahan itu. Awalnya semua buruk, Nagyeom sedih dan sakit, Seunghyun pun tidak bisa berbuat apa-apa sebab ia tidak bisa rujuk begitu saja. Hari-hari berlalu dan setiap menitnya benar-benar menyiksa Seunghyun.
"Orangtuaku tidak bisa membantu," cerita Seunghyun. "Aku juga tidak mungkin meminta bantuan mertuaku. Saat itu aku juga tidak bisa bertemu dengan mantan istriku, hubungan kami masih sangat buruk. Nagyeom sakit dan terus menangis, ia terus merindukan ibunya– mantan istriku. Lalu pada suatu malam aku menyerah dan memberitahunya, kalau aku dan istriku tidak akan bisa tinggal bersama lagi. Aku mengatakan padanya kalau aku dan istriku akan terus bertengkar kalau kami tinggal bersama, kami tidak bahagia, jadi kami berpisah. Aku mengatakan kalau perpisahan kami bukan karenanya, aku mengatakan kalau istriku masih menyayanginya dan mereka tetap boleh bertemu meski tidak tinggal bersama, aku bilang padanya kalau kita tidak perlu tinggal bersama hanya untuk bahagia dan diluar dugaanku, dia percaya."
Saat itu, Seunghyun berfikir kalau Nagyeom akan membencinya karena pertengkarannya dengan Soyou membuat Nagyeom tidak bisa tinggal bersama dengan ibu angkatnya. Tapi ternyata Nagyeom tidak membencinya. Nagyeom justru merasa senang, sebab ia tahu kalau perpisahan orangtua angkatnya bukan karenanya, ia juga senang karena setelah berpisah ayah dan ibu angkatnya bisa berbahagia, ia juga senang sebab ia tetap bisa bertemu dengan ibu dan ayah angkatnya meski mereka telah berpisah.
"Anak-anak mempercayai semua yang orang dikatakan padanya," susul Seunghyun. "Kalau kita menggambarkan sebuah perpisahan dengan rasa sedih, dia akan percaya kalau semua orang akan terluka karena berpisah. Kalau kita menggambarkan punya orangtua angkat adalah sesuatu yang menyedihkan, dia akan mempercayainya. Kalau kita mengatakan sakit adalah sesuatu yang harus dikasihani, dia akan mempercayainya. Aku tidak bisa mengajarkannya untuk jadi sempurna, tapi aku bisa jamin kalau Nagyeom bisa menerima berita apapun, baik maupun buruk. Aku berjanji tidak merahasiakan apapun darinya. Kadang orangtua tidak mengatakan yang sebenarnya karena mereka bilang anak-anak masih terlalu kecil untuk mengerti. Mereka tidak akan mengerti. Tapi menurutku, anak-anak akan mengerti, apapun itu, kalau orangtuanya mau mengajari, semuanya. Kadang kita kesulitan untuk menjelaskan, jadi kita memilih untuk tidak memberitahunya."
"Kalau aku meminta Nagyeom memilih, menurutmu apa yang akan dia pilih?"
"Aku sudah bertanya padanya sebelum tidur tadi."
"Apa katanya?" tanya Lisa, penasaran bagaimana Nagyeom dan Seunghyun bisa mengobrol sebelum tidur– bukan hanya membacakan dongeng atau menyanyikan lagu pengantar tidur.
"Ia ingin tinggal di sini selama beberapa hari. Ia penasaran tentang ibu kandungnya, ia ingin tahu apakah kakek dan neneknya baik? Tapi dia juga ingin kembali ke Korea. Dia ingin kembali ke sekolah, dia pasti akan merindukan teman-teman juga gurunya," jawab Seunghyun tanpa mengatakan kalau Nagyeom bilang ia juga akan merindukan Jennie jika terlalu lama tinggal di sana. "Kapan kau akan kembali bekerja? Lusa?" tanya Seunghyun kemudian.
Lisa mengangguk, mengiyakannya.
"Kalau aku tinggal di sini selama satu minggu atau mungkin delapan sampai sembilan hari lagi, apa kau dan keluargamu keberatan?" tanya Seunghyun kemudian dan kali ini Lisa menggelengkan kepalanya.
"Tidak, kami tidak keberatan kalau kau dan Nagyeom ingin menginap lebih lama di sini," jawab Lisa tanpa bertanya pada pemilik rumah itu lebih dulu. "Tapi bagaimana dengan urusan kantor?"
"Ada Jiyong. Aku sudah membayarnya sangat mahal, jadi dia harus bekerja."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling Society
FanfictionUang bukan segalanya, uang tidak bisa membeli kebahagiaan, begitu kata sebagian orang naif yang kutemui. Entah apa alasan mereka mengatakannya, tapi untukku, meski bukan segalanya, uang bisa membeli kebahagiaan. Kalau uang yang kau miliki sekarang...