***
Keesokan harinya, keadaan Lisa semakin buruk. Beberapa penggemar yang marah, kini berani mendatangi rumahnya, memukul-mukul pintu apartemennya dan menganggu hari liburnya. Lisa yang kemudian tidak bisa lagi menahan dirinya, lantas pergi ke gedung agensi Suga dengan taksinya. Bahkan saat ia pergi, beberapa orang diam-diam mengikutinya.
Begitu tiba di gedung agensinya, Lisa melangkah masuk dengan sepatu hak tingginya, juga pakaian resmi yang terlihat angkuh nan mengintimidasi. Ia melangkah ke meja resepsionis dimana seorang pegawai wanita berdiri di sana. "Aku ingin bertemu seseorang yang bertanggung jawab atas konfirmasi ini," ucap Lisa, menunjukkan berita tentangnya melalui handphonenya.
"Tapi-"
"Manager Suga, atau manager BTS, atau CEO tempat ini, telepon dia. Tanyakan padanya, ia ingin bertemu denganku atau bertemu pengacaraku di pengadilan." Lisa memotong ucapan wanita itu sembari mendorong rambutnya ke belakang, membuat helai halus itu bergerak dengan sangat cantik.
Sang resepsionis hanya bisa menghubungi atasan langsungnya atas permintaan Lisa tadi. Ia buat keinginan Lisa untuk bertemu seorang berpengaruh di sana jadi terasa begitu sulit, hingga akhirnya wanita itu memutuskan untuk menelepon Suga. "Ah aku memblokirnya? Pantas saja dia tidak menghubungiku sama sekali," gumam Lisa saat ia menyadari kalau tangannya tidak sengaja memblokir nomor telepon Suga seperti ia memblokir nomor-nomor asing lainnya.
Tiga puluh menit Lisa menunggu di lobby agensi itu. Ia duduk di sebuah sofa tunggu, sembari melirik beberapa penggemar yang berkumpul di depan gedung agensi. Tidak berapa lama, Suga akhirnya datang. Pria itu datang dengan terburu-buru. Ia berlari kecil, menghampiri Lisa kemudian meminta maaf karena telah membuat Lisa menunggu lama di sana.
"Aku minta maaf soal beritanya, agensi salah memahami maksudku dan aku tidak bisa melakukan apapun," bela Suga, seolah bukan ia yang meminta managernya mengkonfirmasi hubungannya dengan Lisa.
Suga berbohong dan Lisa tahu itu. Kini semua yang Suga lakukan terlihat jelas di mata Lisa, sebab sangat mustahil agensi akan mengeluarkan konfirmasi seceroboh itu. Mereka perlu menghasilkan uang, mereka tidak bisa sembarangan menutup sumur pemasukan mereka. Mungkin Suga pikir Lisa sama naif dengannya Stephanie. Mungkin Suga lupa kalau Lisa juga bekerja di dunia hiburan– dimana semua langkah yang keluar dituntut untuk menghasilkan keuntungan.
"Aku ingin-"
"Yoongi-"
Belum sempat Lisa bicara, seorang pria sudah lebih dulu menegur Suga. Lisa dan Suga sama-sama menoleh, mereka lihat pria yang bicara tadi dan beberapa langkah di belakang mereka, ada CEO Bang Sihyuk di sana. Tiba-tiba saja sebuah ide muncul di kepala Lisa. Melihat sang CEO terkejut karenanya, membuat Lisa menemukan sebuah ide yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan.
"Kita bicara lagi nanti, oppa," susul Lisa, yang kini tersenyum pada Suga, juga pada CEO yang masih tertegun di tempatnya. Tanpa sempat mengatakan alasannya datang, Lisa melangkah pergi meninggalkan gedung agensi itu.
Lagi, Suga menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Tapi Lisa menolaknya. Beruntung CEO Bang yang juga mencegah Suga meninggalkan gedung itu. CEO Bang Sihyuk ingin bicara dengan Suga, empat mata. Singkat cerita, seperginya Lisa dari sana, Bang Sihyuk marah karena Suga mengencani Lisa. Awalnya Bang Sihyuk memang tidak seberapa peduli, skandal itu membuat Suga kembali ramai dibicarakan dan mereka dapat sedikit keuntungan dari sana. Tapi saat ia melihat Lisa, bayang-bayang akan Stephanie muncul dalam benaknya. Meski tidak seberapa mirip, karena mereka memang lahir dari ibu yang berbeda, Bang Sihyuk bisa melihat Stephanie dari diri Lisa. Cara keduanya melihat sesuatu benar-benar mirip, cara keduanya meremehkan sesuatu juga terlihat sama. Tatapan Lisa kali ini, sama persis dengan tatapan Stephanie dikali terakhir Bang Sihyuk menatapnya.
"Kau harus putus dengannya sekarang juga! Dia adik Stephanie!" bentak CEO Bang, di ruang kerjanya, beberapa menit setelah mereka melihat Lisa meninggalkan gedung agensi itu. "Kau bisa mengencani semua wanita di dunia ini tapi tidak dengannya!" tegas Sihyuk namun tidak membuat Suga langsung menyetujuinya.
"Tapi aku menginginkannya," balas Suga. "Kau ingat apa yang kau katakan saat itu? Kau harus putus dengan Stephanie lalu debut. Nanti, setelah kau cukup terkenal, kau bisa mendapatkan semua wanita yang kau inginkan. Itu yang kau katakan waktu itu, dan aku menginginkan Lisa sekarang," balas Suga tidak kalah tegas.
"Ya, kau bisa mendapatkan semua wanita yang kau inginkan. Tapi coba lah untuk menaikan standarmu! Kenapa kau terus menyukai gadis-gadis bermasalah? Kau berjanji tidak akan membuat masalah lagi kalau aku menutupi skandalmu dengan gadis gila waktu itu!" protes Bang Sihyuk yang justru membuat Suga menggelengkan kepalanya.
Suga bersikeras, kalau Lisa berbeda dengan Nana. Memang sepintas mereka terlihat sama, keduanya sama-sama punya kecantikan yang luar biasa, "tapi Lisa tidak gila seperti Nana," bela Suga, mempertahankan pilihan juga seleranya. "Lisa tidak akan meneleponku dan mengancam akan bunuh diri kalau aku tidak datang. Lisa adalah versi sempurna dari Nana! Kalau tahu Stephanie punya adik secantik Lisa, aku tidak akan merebut Nana dari kekasihnya yang kasar itu. Saat ini aku benar-benar menginginkannya," desak Suga membuat siapapun yang mendengarnya jadi sakit kepala.
"Lalu apa yang akan kau lakukan kalau dia tahu tentang hubunganmu dan Stephanie?"
"Hubungan apa? Aku dan Stephanie sudah lama putus. Lagi pula sekarang Stephanie jadi sangat idiot, apa kata orang kalau aku berkencan dengan wanita idiot? Ah! Kenapa kau bilang kalau Stephanie sudah mati? Dia masih hidup. Aku sudah melihatnya sendiri, tapi kurasa semuanya akan jadi lebih baik kalau dia mati saja," angkuh Suga sementara di tempat lain, Lisa justru di hadang beberapa anak belasan tahun.
Mereka berdiri, menghalangi jalan Lisa dengan tubuh mereka. Ada empat gadis, yang kelihatannya masih kecil, empat anak sekolah yang tidak memakai seragam sekolah mereka di hari Minggu. "I'll call you later, " ucap Lisa, mengakhiri panggilannya dengan Jennie, karena keempat gadis itu enggan memberinya jalan untuk melangkah mendekati gedung apartemennya. Lisa baru saja memberitahu Jennie tentang rencananya dan Jennie kelihatan senang karena rencana itu terdengar mudah juga cepat baginya. Lisa senang karena Jennie menyukai rencananya, tapi kini gadis itu kesal karena dimarahi anak-anak kecil di depannya.
Empat anak itu marah, karena Lisa menggoda Suga. Mereka kesal karen Lisa berkencan dengan Suga, dan kini mereka ingin Lisa meninggalkan Suga. Tapi meninggalkan Suga adalah bagian terakhir dari rencananya, ia belum boleh melepaskan Suga sekarang.
"Kau tahu? Kau hanya jadi tameng yang dipakai agensi untuk menutupi hubungan Yoongi oppa dengan Jimin oppa! Kau tidak malu?!" marah seorang anak dengan rambut sebahu di depan Lisa. Gadis itu kelihatan seperti anak sekolah menengah. "Jangan berlaga seolah kau terkenal, kau hanya wanita tua yang dipakai untuk media play!" susulnya sembari mendorong bahu Lisa dengan tiga jari tangannya, seolah ia jijik menyentuh Lisa.
"Siapa yang memberitahumu? Suga?" tanya Lisa, dengan tatapan sinisnya yang biasanya berhasil membuat seseorang merasa sangat rendah di hadapannya. "Darimana kau tahu kalau aku hanya media play untuk menutupi hubungannya dengan seorang pria? Dia pernah mengatakan padamu kalau dia menyukai sesama pria? Menjijikan-"
"Homophobic-"
"Bukan homoseksual yang menjijikan, tapi kau!" potong Lisa, balas mendorong bahu anak-anak itu dengan jarinya. Raut jijik justru lebih terasa dari tatapan Lisa yang sudah berpengalaman dibanding anak-anak itu. "Kau menjijikan karena mengira dirimu yang paling tahu tentang kekasihku dibanding denganku, kekasihnya. Tahu apa kau tentang kekasihku? Kau pernah tidur dengannya? Kau pernah menerima telepon darinya? Kau pernah bicara dengannya? Kau hanya mengenalnya dari rekaman kamera, kenapa berlaga kau tahu segalanya?" susul Lisa, terus mengintimidasi anak-anak di depannya dengan matanya.
Empat anak itu kelihatan gemetar karena ucapan Lisa. Namun Lisa salah kalau mengira mereka takut padanya. Mereka memang terintimidasi, namun sama sekali tidak takut padanya. Mereka hanya kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan Lisa, karenanya hal yang selanjutnya Lisa terima bukanlah permintaan maaf tapi makian juga sebuah jambakan di rambutnya yang baru ia cuci. Mereka marah karena hinaan kasar dari Lisa, hingga mereka merasa pantas untuk melukai wanita itu. Mereka marah karena ejekan Lisa tentang isi kepala mereka, karenanya mereka merasa berhak untuk menyumpahi Lisa agar cepat mati.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkling Society
FanfictionUang bukan segalanya, uang tidak bisa membeli kebahagiaan, begitu kata sebagian orang naif yang kutemui. Entah apa alasan mereka mengatakannya, tapi untukku, meski bukan segalanya, uang bisa membeli kebahagiaan. Kalau uang yang kau miliki sekarang...